Setelah acara ciuman yang tak terelakkan, akhirnya Farza dan Vebby sadar diri dan segera berjalan menuju kebun semangka yang sedang dipanen. Beruntung tidak ada yang memergoki mereka, karena semua orang yang ada disana sibuk memanen semangka.
Vebby menarik lengan Farza dengan semangat sambil terus berucap agar Farza mempercepat langkahnya.
"Mas, buruan!" Ucapnya entah sudah keberkian kalinya.
"Pelan-pelan dek jalannya." Ucap Farza yang terlihat khawatir.
Setelah sampai di lokasi, Farza tampak berbicara dengan seorang laki-laki yang terlihat seperti mandor disana. Setelah berbincang sebentar sang mandor tampak mengangguk dan tersenyum kearah Farza yang memberikan beberapa lembar uang seratus ribu kearahnya.
"Ayo." Farza mengajak Vebby untuk turun ke kebun dan memanennya sendiri.
"Mas aja, saya nggak mau turun." Ucap Vebby sambil berjongkok di pinggiran kebun, menolak uluran tangan dari suaminya.
"Tapi kenapa? Katanya mau petik sendiri?" Tanya Farza yang terheran dengan tingkah istrinya.
"Nggak mau! Mas yang petik aja, saya cuman mau liat." Ucap Vebby seperti anak kecil. Akhirnya Farza mengalah, dia melangkah kaki menyusuri kebun semangka.
Sesekali Farza berteriak sambil mengangkat buah semangka yang ditemukannya agar bisa dilihat oleh Vebby. Dan ketika Vebby menggeleng maka Farza akan kembali menyusuri kebun dan mencari buah semangka lain yang sesuai dengan selera istrinya.
"Yang ini??" Teriak Farza sambil mengangkat semangka yang ukurannya lumayan besar dan berat.
"Nggak mau! Jangan yang sebesar itu! Yang agak kecil!" Vebby ikut berteriak dipinggir kebun.
Mendengar itu Farza hanya bisa menghela napas. Dia mengelap keringat yang menetes di pelipisnya. Seumur-umur baru kali ini Farza merasakan yang namanya jadi buruh panen. Dan itupun atas permintaan istrinya. Sebelumnya Farza mana pernah turun ke kebun ataupun sawah, sejak kecil saja dia paling parah main di lapangan dengan lantai semen.
"Kalau segini gimana?!" Teriak Farza entah sudah keberkian kalinya sambil mengangkat tinggi-tinggi semangka di tangannya.
"Iya! Masukin keranjang!" Perintah Vebby yang terlihat mengangguk antusias sambil mengacungkan jempolnya kearah Farza.
"Huft! Buset,, capek banget! Untung sayang istri!" Ucap Farza pelan sambil memasukkan semangka yang di petik nya barusan kedalam keranjang yang dia gendong dipunggung.
"Omaigad!" Ucap Farza terkejut karena dirinya hampir terjungkal kebelakang saat berat keranjang yang di gendongnya tiba-tiba bertambah.
Dari kejauhan Vebby tampak melambaikan tangannya. "Mas!! Udaaaah!" Teriak Vebby sudah seperti tarzan didalam hutan. Keras sekali, sampai-sampai para pekerja dibuat senyum-senyum karena ulahnya. Jangan kira mereka tersenyum karena kagum, yang ada mereka membatin dalam hati akan kelakuan absurd istri Farza itu.
"Astagfirullah, ya gusti!" Ucap Farza sambil mengelus dada dan tersenyum kearah para pekerja yang ada di sekitarnya. Dari senyumannya Farza seolah berkata, 'tolong maklumin istri saya pak, buk.'
Farza malu sekali!
* * *
Farza menggotong-gotong keranjang yang berisi semangka menggunakan tangannya. Keranjang itu lumayan besar, bahkan sampai menutupi sebatas leher Farza.
"Eeghh!!" Geraman Farza terdengar saat dia membenarkan keranjang semangka yang dibawanya.
"Berat ya mas?" Tanya Vebby yang merasa tidak tega melihat Farza yang mengangkut keranjang semangka kedalam mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PAPA Is A DUREN [ END ]
ChickLitBudayakan follow sebelum baca. Lika liku hidup seorang Alea karena punya papah super keren walau sudah label duda. Duda keren , ganteng, dan kaya. Nggak ada cela sedikit pun. Sekali papah kedip ganjen, para kaum hawa merapat. Entah itu remaja yan...