#59 (End)

4.6K 93 4
                                    

Begitu mengetahui Vebby akan segera melahirkan, semua keluarga ikut mengunjungi rumah sakit. Beruntung Vebby tidak melahirkan di tengah malam, melainkan di sore hari.

Inka bersama suami dan para sepupunya yang kebetulan sedang ada di rumahnya datang secara bersamaan. Tampak ramai sekali, mungkin Inka datang dengan membawa lebih dari delapan sepupunya. Semua tampak heboh. Tak terkecuali Evans dan keluarga kecilnya. Mereka juga ikut datang untuk melihat Vebby.

Didepan ruang bersalin terlihat banyak orang berkerumunan sudah seperti akan mengantri bagi-bagi sembako. Dan jangan lupa, selain ramai, mereka semua juga sangat heboh dan berisik.

"Bunda, nenek-nenek itu kenapa kaya anak TK?" Tanya Naura sambil menunjuk para tante dari Farza.

Yoda yang sedang fokus menimang anaknya yang menangis pun menoleh setelah mendengar pertanyaan Naura.

"Karena mereka lagi seneng banget nunggu dedeknya tante Vebby lahir." Jawab Yoda sambil terus menimang anaknya.

"Sayang, kenapa Rehan nangis terus?" Tanya Evans sambil menilik anaknya yang terus menangis digendongan Yoda.

"Syok kali denger orang-orang pada berisik banget." Celetuk Iqbal.

"Liat noh, heboh semua." Lanjutnya sambil menggeleng pelan melihat betapa antusiasnya ibu-ibu yang berada di depan ruang bersalin.

"Nda, dedek bayinya tante juga jatuh dari langit kaya Rehan ya?" Tanya Naura tiba-tiba kepada Yoda yang sedang sibuk menenangkan anaknya.

Karena melihat istrinya yang sedang sibuk menenangkan anak bungsu mereka, akhirnya Evans pun turun tangan. "Iya sayang, itu karena om Farza metik bintang kaya Ayah dulu." Evans menjawab sembari membawa Naura kedalam gendongannya.

"Ayah, cara metik bintang itu gimana?" Tanya Naura yang masih penasaran.

"Ya pake tangga."

"Yang kaya buat metik kedondong?" Tanya Naura lagi.

"Iyah betul betul betul."

"Terus butuh berapa tangga?"

"Banyak tangga dong, langit kan tinggi."

"Terus cara ayah sama om masukin bintangnya ke perut bunda dan tante gimana?"

".... " Evans terdiam, bingung harus mengarang apa lagi. Lagian kenapa juga anaknya ini punya penasaran yang tinggi, Evans kan jadi kewalahan sendiri.

"Gampang, tinggal mantap-mantap." Ceplos Iqbal seenak jidat, sedangkan Evans sudah mendelik hingga matanya akan keluar. Anak sulungnya ini benar-benar tidak tahu situasi dan kondisi.

"Mantap-mantap?" Naura terlihat kebingungan.

"He'em, itu kalo papah sama mamah dikamar, berduaan, nggak ada kamu. Terus mereka lan-"

"Iqbal!" Potong Evans.

Iqbal langsung diam, tak lupa menepuk-nepuk mulut lemesnya berkali-kali.

"Ih ayah! Abang kan belum selesai!" Ucap Naura sambil mengerucutkan bibirnya.

Lihatlah aura-aura negatif yang meliputi ayahnya, seolah-olah akan menelan Iqbal bulat-bulat jika tidak membereskan kekacauan yang dibuatnya. Iqbal menelan ludahnya susah payah, jangan sampai motor kesayangannya yang akan jadi korban amukan ayahnya.

"Nau suka mas-mas ganteng kan? Abang liat loh tadi di taman rumah sakit. " Kata Iqbal berusaha mengalihkan perhatian adiknya. Iqbal paling tahu kelemahan adiknya, bukan seperti anak-anak biasanya yang lemah terhadap eskrim dan juga permen, adiknya itu lemah terhadap hal yang cukup ekstrim di usianya saat ini, yaitu tidak lain dan tidak bukan adalah cogan alias cowok ganteng. Daebak sekali!

MY PAPA Is A DUREN [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang