Farza menghela napas lega melihat Naura yang tidur didekapannya. Setelah bocah itu ngotot meminta ini itu akhirnya dia kelelahan dan tidur. Tapi dalam tidur sekalipun Naura tidak mau lepas dari dekapan Farza, bocah itu selalu bangun dan menangis setiap kali dia dipindahkan ke gendongan Vebby. Alhasil sekarang Vebby yang menyetir dan Farza yang memangku Naura yang tertidur lelap didekapannya.
"Wah mas, kamu udah pantes punya anak lagi loh. " Ucap Vebby sambil terkekeh melihat kondisi Farza yang sudah mirip ibu-ibu rumah tangga.
Penampilannya benar-benar kacau, dari tadi pagi sampai sekarang yang sudah menjelang malam ini Farza menerima perlakuan ekstrim Naura terhadapnya. Mulai dari menciumnya habis-habisan tanpa memperdulikan protesnya, sampai menjambak rambut Farza karena enggan menuruti keinginannya. Alhasil seharian Farza hanya sibuk mengurusi Naura yang sulit sekali dibujuk untuk pulang.
"Diem deh. Saya tau maksud terselubung kamu. Kalo mau ngejek nggak usah pake bahasa halus gitu." Mendengar itu Vebby tergelak ditempatnya. Farza memang sangat peka soal beginian.
"Lagian dek, ini mas mu buatnya nggak pake bismillah apa gimana sih? Kok bisa keluar begini bentukannya." Kata Farza kesal sambil membenarkan posisi Naura yang terlihat tidak nyaman. Bisa berabe kalau sampai bocah kecil ini bangun, tamat sudah riwayat Farza.
" Lah mana saya tau, tanya aja sama orangnya sendiri. Lagian mana sempet mikir baca bismilah kalo mau gituan." Ucap Vebby setelah tawanya reda.
"Kalo gitu pokoknya kita jangan sampe lupa. Kalo nanti kita nikah, kalau misalnya saya khilaf dan lupa, kamu yang ingetin saya baca bismilah biar nggak keluar begini kelakuannya."Ucap Farza frontal membuat Vebby hanya mengiyakan tanpa berniat membahas lebih jauh.
Setelah itu Vebby memilih diam saja sampai akhirnya mereka sampai dirumah Evans. Mereka segera turun dan mengetuk pintu. Evans muncul dibalik pintu dengan baju santainya.
Evans menatap Farza dari bawah hingga atas kemudian terkekeh geli. "Kamu." Panggilnya kepada Farza.
"Iya mas. " Balas Farza sehalus mungkin.
"Saya tiba-tiba dapet ilham, saya pengen kamu jadi adik ipar saya." Ucap Evans enteng. Farza dan Vebby yang mendengar kata-kata ajaib dari mulut Evans itu melebarkan matanya. Mereka sangat terkejut.
Farza tersenyum lebar ditempatnya, " Serius mas? Mas restuin kami?" Tanya Farza masih tidak mempercayai apa yang ia dengar.
"Iya! Saya restuin kalian. Kalian baleh tunangan bulan depan sesuai rencana." Kata Evans membuat Farza kegirangan bukan main ditempatnya. Tidak jauh berbeda dengan Vebby yang ada di sampingnya.
"Asal kamu mau ngasuh Naura sampe kalian tunangan bulan depan." Kata Evans sambil mengedikkan bahu dan melempar senyuman yang dia buat seramah mungkin kearah Farza. Sementara Farza ditempatnya seakan tertampar kenyataan. Tetap saja mendapatkan restu Evans tidak semudah membuat sayur kangkung dan telor mata sapi yang biasa dia buat. Ini sih sangat menyiksa batin jika dia setujui. Tidak sampai sehari saja ingin rasanya Farza menghilang saja, apalagi harus mengasuh bocah tengil yang centilnya minta ampun ini selama satu bulan. Naura bahkan jauh lebih ganas dari ibu-ibu dikompleknya.
"Tapi mas saya kan kerja." Elak Farza, amit-amit mengasuh Naura lagi. Ini bahkan jauh lebih menyeramkan dari film horror yang bisa membuatnya hampir kencing dicelana.
"Kamu kan pekerjaannya bisa dibawa kerumah. Lagian kamu nggak ngajar murid kan? Saya denger kamu direktur sekolahan anak saya." Kata Evans.
"Tapi tetep saya harus kesekolah buat ngontrol mas. " Farza masih terus beralasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PAPA Is A DUREN [ END ]
ChickLitBudayakan follow sebelum baca. Lika liku hidup seorang Alea karena punya papah super keren walau sudah label duda. Duda keren , ganteng, dan kaya. Nggak ada cela sedikit pun. Sekali papah kedip ganjen, para kaum hawa merapat. Entah itu remaja yan...