Alea berdiri di halte bus sambil menekuk muka macam lipatan buku, kusut banget kelihatannya.
Tadi, setelah bel pulang berbunyi, alea sengaja menunggu sang papa diparkiran mobil. Hampir setengah jam alea menunggu,
Rasa-rasanya alea ingin menenggelamkan papanya kedasar laut, tapi alea cukup waras untuk melakukan hal tersebut ke papa tercintanya.Dan setelah sekian lama mengunggu, boro-boro utuh orang, batang hidung papanya pun tak kelihatan. Alea memayunkan bibirnya, mungkin bibirnya sekarang jadi mirip bibir bebek.
Beberapa menit kemudian , sebuah pesan singkat dari sang papa membuat alea makin memanyunkan bibirnya.
"Sayang, papa ada rapat yayasan. Kamu pulang sendiri ke rumah. Papa nggak bisa nganterin , soalnya rapatnya udah mau mulai. See you, dada ,darlingnya papa."
Setelah membaca pesan tersebut, alea jadi merutuki betapa pintar sang ayah. Kalau tahu mau rapat ngapain nggak bilang dari tadi? Jadi sekarang alea menunggu sesuatu yang sia-sia maksutnya? Alea tak habis pikir, ini ceritanya papa sengaja ngisengin alea, atau papanya itu lupa apa fungsi handphone? Benar-benar papa yang tak patut ditiru.
Sudah nggak jadi dianter, nunggu bus nggak ada satupun yang lewat. Alea makin kesal sendiri, giliran nggak dibutuhin aja busnya lewat wara-wiri , sekarang pas lagi butuh-butuhnya malah nggak ada satupun yang lewat.
Dari mulai alea berdiri sampai duduk, dan jadi berdiri lagi, tak ada satupun bus yang lewat. Cukup lama alea menunggu , sampai sebuah motor ninja hitam berhenti didepannya. Alea cukup was-was, dan memundurkan langkahnya bersiap untuk mengambil langkah seribu. Pikiran negatif memenuhi pikiran alea, jangan-jangan itu begal yang mau merampoknya, tapi kalo dipikir-pikir begalnya blo'on juga. Masa iya mau begal di tempat umun yang ramai orang lalu lalang? Yang ada digebukin sampe ringsek, kan sayang motornya, udah ninja mengkilat lagi. Siapa yang nggak sayang kalo sampe ringsek. Kalo orangnya sih los bodo amat.
Orang yang disangkanya begal itu membuka helm fullface-nya. Wajah yang tak asing bagi alea, ingin sekali ditimpuk pake tas punggungnya yang seberat gaban. Cengiran terpampang jelas diwajah yang pas-pasan bagi alea. Dibilang ganteng, nyatanya biasa aja. Dibilang jelek, tapi nggak jelek. Jadi kategorikan saja pas-pasan. Ganteng enggak, jelek juga nggak.
"Sialan lo bras! Gue kira tadi begal !"
"Dih begal juga milih-milih kali kalo mau ngerampok orang. Kalo model lo gini, mana ada begal yang doyan?"
"Hih!"
"Ngapain lo sendiri disini? Lagi nunggu tumpangan?" Ibras turun dari motornya dan berjalan kearah alea.
"iya. Abis si papa gans gue lagi ada rapat yayasan. Maklum lah namanya juga orang busy." Jelas alea membuat ibras hanya mangut-mangut.
"Ikut gue aja kalo gitu. Sekalian bareng, kan searah juga."
"Ogah! Ntar lo minta bayarin duit bensin ke gue. Jatohnya malah lebih mahal dari naik bus. Rugi bandar aing!"
"Yaelah, medit amat lo jadi orang. Lagian ngasih gue duit bensin juga nggak bakal bikin lo mlarat lagi."
"Asal lo tau aja. Rahasia bokap gue bisa kaya tuh gara-gara medit. Lah kalo bokap gue main pral-prol soal duit, bisa-bisa bangkrut usaha moyangku. Endingnya gue jadi melarat."
" Serah. Ini lo mau gue anter nggak? Bayarain bensin setengah liter deh, yah? Kan udah dikasih diskon, masa iya masih nggak mau?" Bujuk ibras.
"Bras alangkah baiknya lo itu kalo mau nolong itu yang ikhlas. Kan enak jadinya, lo dapet pahala, gue dapet senengnya tumpangan gratis."
"Dih itu sih maunya elo boboho!"
"Lagain lo jadi cowo bujang kok kere amat sih. Emang selama ini pacar lo dijajanin apaan? Batu kerikil?"
"Orang pacar gue yang jajanin kok." Jawab ibras .
"Najis! Pantesan viola lebih milih gibran dari pada lo! Siapa juga yang mau sama cowo perhitungan kaya lo?"
"Banyak tuh yang mau sama gue. Buktinya mantan gue segudang." Jawab ibras dengan bangganya.
"Miris gue bras sama pacar lo nanti. Kayanya hidupnya bakal ngenes banget kalo jadian sama lo."
"Ngoceh lah! Udah yok, kita pulang. Nunggu lo selesai kotbah, bisa-bisa sampe waktu sholat tahajud ." Ibras berjalan menuju motornya.
"Tapi beneran diskon kan bras?"
"Yaelah iya bawel! Kalo gini gue juga turut miris sama pacar lo nanti. Bisa kena kanker dia kalo pacaran sama lo. "
"Lah itu kata-kata gue bego! Jangan di copas!"
"Iya iya. Ngoceh mulu lo dari tadi. Budek tau nggak !"kata ibras sambil memberikan helm kepada alea.
Setelah alea naik ke motor ibras. Motor melaju seperti orang kesetan. Main salip sana sini , udah mirip valentino rossi . Bahkan tronton yang segede bagong pun tak luput dari kegilaan ibras. Rasanya seperti mau mati sekarang ini. Alea benar-benar masih sayang nyawa, mana nyawa ini cuma satu-satunya. Nggak ada yang jual kalo ilang.
"Bras! Lo gila ya?! Kalo lo mau mati jangan ngajak gue dong! Gue masih banyak yang sayang disini! Gue nggak rela buat pergi! Kasian juga papa gue! Sengklek-sengklek gitu papa juga tetep heronya gue! Gue nggak sampai hati bikin papa nangis kejer! Papa bisa nangis tujuh hari tujuh malam bras kalo gue mokad sekarang!" Jerit alea membuat ibras sedikit mengurangi aksinya. Dia lupa kalo alea itu gadis cengeng yang gampang takut dan dikit-dikit nangis.
Ini kali pertama ibras kebut-kebutan saat membonceng alea. Lagian kan biasanya pake si butut vespa, ya kali mau buat kebut-kebutan , bisa-bisa muka semua orang cemong, karena asapnya nyabar kemana-mana. Dan pasti ibras juga kena batunya. Tapi sekarang kan beda, bawaannya udah ninja. Nyoba jadi valentino kan nggak masalah, wajah semua orang juga nggak bakalan pada cemong, kan asapnya nggak kemana-mana.
Yang kiranya nggak masalah, malah sekarang jadi masalah. Si alea mengkirut ketakutan sambil memeluk pinggang ibras kencang sekali. Sesak banget rasanya. Tapi yah mayan juga dipeluk sama cewek. Walupun ceweknya nggak sebahenol viola yang mirip gitar spanyol.
"Iya ini juga pelan lea. " kata ibras setelah benar-benar menyudahi kegilaannya.
Sekarang ibras jadi kepikiran gimana kalo viola liat dia naik ninja begini. Sedang dulukan viola lebih milih gibran karena dia pake vario dan ibras ditinggal karena hanya pake vespa. Tapi sekarang kan lain, ibras bawaannya sudah ninja hitam mengkilat yang pasti mahal harganya. Jadi nggak sabar buat pamer ke viola. Yah gitulah ibras, suka pamer!
Ibras berhenti didepan rumah alea yang terlihat mewah dengan warna putih yang mendominasi.
"Bras ongkosnya gue bayar besok aja. Ntar gue traktir makan dikantin." Kata alea sambil turun dari motor ibras.
"Oh oke!"
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PAPA Is A DUREN [ END ]
ChickLitBudayakan follow sebelum baca. Lika liku hidup seorang Alea karena punya papah super keren walau sudah label duda. Duda keren , ganteng, dan kaya. Nggak ada cela sedikit pun. Sekali papah kedip ganjen, para kaum hawa merapat. Entah itu remaja yan...