#27

1K 57 0
                                    

Sudah seminggu berlalu setelah kepindahan Vebby kerumah Evans. Farza yang setiap harinya mengeluh soal mengasuh Naura sudah seperti makanan sehari-hari Vebby ketika disekolah. Farza selalu menempel dengan Vebby ketika ada waktu senggang disekolah sebelum akhirnya dia harus kembali mengasuh Naura yang astagfirullah centilnya nggak ketulungan.

Seperti biasa juga, pada malam hari Vebby menjalankan rutinitasnya mengajari Alea belajar walaupun mereka tidak satu rumah lagi. Ini semua karena Evans yang bersikeras menyuruhnya pindah dari rumah Farza. Alhasil Vebby terpaksa harus melakukan videocall untuk mengajari Alea. Ini sama sekali tidak etis, sangat tidak nyaman mengajarinya begini. Tapi mau bagaimana lagi, waktu mereka hanya dimalam hari saja.

Saat Vebby tengah asik dengan kegiatannya menjelaskan materi kepada Alea, tiba-tiba Iqbal menyelonong masuk seenaknya.

"Tante, ini gimana sih PR mtknya? Kenapa jawabannya bejibun begini? Nggak sampe otak Iqbal tantee~" Ucapnya merengek pada Vebby yang membuat Alea disebrang sana menyerkit  heran.

"Maho, ngapain lo disitu?" Tanya Alea heran saat Iqbal tiba-tiba meletakkan buku dan bolpoinnya kedepan Vebby dan merengek manja.

"Mata lo, maho! Sembarangan kalo ngomong!" Ucap Iqbal sambil cembetut.

"Emang maho kan lo! Buktinya lo mepetnya sama Ibras mulu! Aduh jijay~" Ucap Alea yang dibuat se-alay mungkin agar Iqbal makin termakan ejekannya.

"Eh kadal berjumbai, jangan sekate-kate lo kalo ngomong! Gini-gini gue nggak suka yang batangan anjir!" Umpat Iqbal saking kesalnya.

"Iqbal!! Nggak bagus ngomong gitu!" Ucap Vebby memperingatkan.

"Astagfirullah, hilap tante~. Iqbal itu anak baik, anak soleh, dan anak yang berbudi pekerti luhur. Ini mulut bawaan dari sononya begini bentuknya, mulutnya bunyi sendiri, padahal Iqbal bukannya mau ngomong begitu. Iqbal kan anak baik." Iqbal yang ketangkap basah masih saja sok mengeles membuat Vebby menghela napas berat. Ada-ada saja kelakuan ponakannya ini.

"Semerdeka Iqbal aja. Tante pusing ngurusin kamu. Mendingan kamu minta ajarin ayah kamu dulu aja sana. Ini tante masih ada perlu sama Alea." Kata Vebby menyuruh Iqbal untuk keluar dari kamarnya. Bisa-bisa tidak jadi belajar jika Iqbal disini. Anak itu hanya akan merecoki dan merengek tanpa henti agar tantenya mau membuatkannya PR. Emang dasar kebiasaan Iqbal sukanya Terima beres. Keberadaan Vebby bagaikan tambang contekan bagi Iqbal. Apalagi saat Vebby dekat dengannya, Iqbal tidak akan menyia-nyiakan hal itu.

"Ayah lagi keluar tente. Mamah pingin es goreng yang dideket taman kantor kelurahan. Ayah masih kesana. Nggak ada yang mau ngajarin Iqbal." Katanya sambil cemberut.

"Itu belahan jiwa lo ngapain dianggurin? Nyontek aja sama dia, biasanya juga gitu." Ucap Alea ikut-ikutan memanas-manasi agar Vebby mengusir Iqbal keluar. Lagian ini masih enak-enaknya tapi malah Iqbal datang mengganggu. Jika Alea ada disana, sudah Alea lempar dengan buku rumus yang sangat tebal disampingnya ini.

"Belahan jiwa gue siapa? Si kampret Ibras? Dih dia mah sama bloonnya kaya gue! Ogah nyontek dia, sekarang dia ngerjainnya sendiri, udah nggak dapet contekan dari Siti lagi. Gara-gara kemarin dia ketahuan gosipin Siti dikelas sebelah." Kata Iqbal dengan raut wajahnya yang masam mengingat kejadian kemarin.

"Alah paling gosipinnya juga bareng sama lo kan? Makanya kalian ga dikasih nyontek lagi sama Siti?"

"Apaan! Si Ibras duluan yang mulai, gua mah cuman nambahin doang. Mana tau gue kalo pacar Siti ternyata anak kelas sebelah. Lagian mulut tuh cowonya Siti kurang ajar banget pake di sampein segala!" Curcol Iqbal yang mendapat gelengan dari Vebby maupun Alea. Alangkah tidak tahu dirinya mereka berdua, sudah untung dicontekin, masih aja ngomongin orangnya dibelakang. Kan ngeselin!

MY PAPA Is A DUREN [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang