#28

1K 55 0
                                    

Vebby duduk manis di depan kelas X MIPA 2 sambil mengawasi murid-muridnya yang sedang mengerjakan ulangan harian yang ia berikan.

"Ibras~ tolong kerjain sendiri ya." Ucap Vebby yang melihat Ibras sibuk mengganggu Siti si langganan juara kelas yang nampak bersungut-sungut ditempatnya, mungkin Siti si murid kesayangan guru itu mulai jengah menanggapi ulah teman resehnya itu.

"Iya bu ini ngerjain sendiri kok. Cuman mau nanya soal aja sama Siti bu, saya ada yang nggak paham." Elaknya kembali anteng ditempatnya.

"Kalo gitu tanya aja ke saya, yang guru kamu itu saya, yang bikin soal juga saya, ngapain nanyanya malah sama Siti?" Tanya Vebby membuat Ibras gelagapan ditempatnya.

"Sini, mau nanya nomer berapa?" Kata Vebby agar Ibras kapok.

"Ah itu, tadi nomer sembilan saya nggak paham bu. Tapi sekarang udah paham kok hehe." Alibinya membuat Vebby tertawa dalam hati.

"Saya nggak jadi tanya bu." Ucap Ibras kemudian menunduk.

"Makanya jangan coba-coba sama saya." Batin Vebby.

Vebby kembali menatap jengah kedua muridnya yang tidak ada kapok-kapoknya itu. Ibras yang tadi tertunduk seperkian detik kemudian kembali aktif ,kini dia giliran mengganggu Alea yang duduk disebelahnya. Begitupun Iqbal yang duduk dibelakangnya sibuk dengan sesuatu di laci mejanya sambil terus melempari kertas kearah Siti.

"Ibras~ Iqbal~ bisa anteng tidak? Atau mau saya suruh ngerjain dimeja saya aja? Atau mau dikantor sekalian? Lumayan kan kantor adem ada AC-nya." Kata Vebby sambil memaksakan senyumannya membuat kedua murid nakalnya itu kicep ditempatnya.

"Ah ibu~ kalo kami ngerjainnya dikantor bisa-bisa temen lainnya iri. Masa kami doang yang adem tapi yang lainnya enggak hehe. Iya kan Bras?" Ucap Iqbal yang meminta persetujuan temannya, tentu saja Ibras segera mengangguk cepat.

"Iya bu, kami anteng kok. Kami nggak ribut serius deh bu." Imbuh Ibras.

"Tapi daritadi kamu bisik-bisik gangguin Siti sama Alea ngerjain tugas. Itu walaupun nggak berisik tapi tetep aja dianggap mengganggu." Ucap Vebby membuat dua muridnya itu tidak bisa menjawab lagi.

"Daritadi saya liatin kalian sibuk tengok sana-sini. Sebenernya kalian udah dapet berapa nomer dari tadi hm? Saya liat kalian nggak ngerjain apa-apa. Boro-boro ngerjain, baca soal aja saya nggak liat daritadi." Mendengar itu Ibras dan Iqbal makin cemas. Teman-teman mereka hanya melirik dan menyipitkan mata menahan tawa.

"Itu bentar lagi selesai kok bu. Sedikiiit lagi." Ucap Ibras.

"Kalo gitu mana coba. Saya mau liat, kesiniin." Pinta Vebby membuat Ibras meringis ditempatnya. Boro-boro sudah hampir selesai, lembar jawabannya saja baru diisi satu nomor.

"Ibras~ mana kertasnya?"

"Itu. Anu bu,,, kertasnya,, jadi gini saya tadi ngerjainnya pake pensil. Abis itu pas saya lagi mikir jawaban, eh saya nggak sadar saya pegang penghapus, tau-tau jawaban saya keapus semua bu, ini tinggal kesisa satu nomer aja." Ucapnya mencari-cari alasan yang out of the box sekali.

"Bagus!" Kata Vebby sambil mengacungi jempol.

"Ibras pasti cita-citanya jadi penulis ya?" Tanya Vebby membuat Ibras menyerkit heran. Tapi dia angguki saja, daripada nanti Vebby tambah marah kepadanya.

"Ohhh pantesan bakat ngarang bebas." Kata Vebby disambut tawa seisi kelas membuat Ibras menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Nice bu!"

"Ahh mantab ibu."

"Bagus sekali ibu ini."

Kira-kira begitu komentar teman-teman dikelas Ibras.

MY PAPA Is A DUREN [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang