Bel pulang pun akhirnya berbunyi. Vebby yang sedari tadi menahan malu dan berdiam diri di ruang guru pun menghela napas lega.
Dia segera bergegas mengemasi barang-barangnya dan keluar dari sekolah untuk mencari bus.
Tiba-tiba langit seakan meledeknya, rasa malu yang dirasakan dari pagi tadi seakan belum cukup untuk menyudahi kesialannya hari ini. Langit mulai mendung, dan hujan rintik-rintik mulai turun.
Dia di halte bus seorang diri, mungkin tadi karena sibuk membereskan barang-barangnya dia jadi tertinggal bus. Hujan makin deras saja, dan halte bus rasanya sangat sepi.
Mobil hitam yang biasa dia lihat berhenti didepannya. Orang didalamnya pun membuka kaca mobil. Dia tersenyum ramah.
"Kamu kok sendirian? Mas anterin pulang ya? " Tanyanya.
"Ih gak usah, Vebby pulang naik bus aja mas. Mas duluan aja. " Katanya sambil menolak.
"Mas anterin seriusan. Mobil juga kosong kok, cuman ada Iqbal aja. " Katanya.
"Tante naik aja bareng Iqbal. " Kata Iqbal yang duduk dibelakang sambil membuka kaca mobil.
"Lagian bunda juga udah lama nggak ketemu tante, katanya kangen. Nanti sekalian tante main kerumah dulu, baru ayah anterin tante pulang. Iyakan yah?" Kata Iqbal yang diangguki ayahnya.
"Iya, bener kata Iqbal. Kakak ipar mu itu loh ngerengek terus minta ketemu kamu." Kata Evans, yang merupakan kakak kandung Vebby.
"Tapi sekarang Vebby kerja mas, kalo dicariin majikan aku gimana? " Kata Vebby khawatir.
"Udah nanti biar mas yang urus. Kamu masuk gih, diluar dingin. " Kata Evans, mau tidak mau Vebby pun masuk kedalam mobil.
Dalam perjalanan jalan terasa agak longgar, mungkin karena sudah lewat jam pulang bekerja dan sekarang sedang turun hujan.
"Gimana kuliah sama kerja kamu Veb? Semuanya lancar? " Tanya Evans.
"Alhamdulillah lancar mas. Ini Vebby udah mulai nyusun skripsi. " Kata Vebby.
"Terus kerjaan kamu gimana? Lancar juga kan? Kamu nggak kesusahan kerja dirumah tangga kan? " Tanyanya beruntun.
"Kerjaan baik kok mas. Lagian aku juga udah biasa ngekos jadi udah nggak kaget kalo suruh masak dan beres-beres." Katanya.
"Padahal kamu tinggal fokus kuliah aja Veb, biar mas yang fasilitasin semuanya. Mas kan bilang kamu nggak usah kerja, kalo masalah biaya mas bisa nanggung. Kamu kok ya ngeyel banget kalo dibilangin. " Kata Evans sedikit kesal karena Vebby menolak dibantu olehnya. Padahal dia sama sekali tidak keberatan, toh Vebby juga adik satu-satunya. Evans tidak tega kalau Vebby harus memaksakan diri begini.
Evans merupakan salah satu direktur di rumah sakit elite di kota mereka. Dengan gajinya, dia pasti mampu untuk membiayai keluarga dan juga adiknya. Tapi Vebby tetep kekeh ingin menghasilkan uang sendiri.
"Mas kan udah punya tanggungan sendiri mas. Mas ada keluarga yang harus dinafkahi. Mau sampai kapan coba Vebby ngandalin mas mulu. Dulu aja awal-awal kuliah semuanya mas yang tanggung. Vebby nggak enak hati ah. " Kata Vebby membuat Evans ingin sekali mengocehi adiknya itu panjang lebar.
"Kalo Iqbal sih ogah suruh kerja kaya tante. Udah kuliah pusing mikirin tugas, eh masih juga cape fisik kerja tempat orang. Padahal tante ini punya kakak kaya ayah aku gini. Tante mah aneh. " Kata Iqbal ikut berkomentar.
Ingin Vebby cubit mulut pintar keponakannya itu. Vebby heran, mulut lemes Iqbal memang tidak tahu aturan.
"Itu sih kamu. Tante mah beda. Sukses sama keringet sendiri itu puas Bal rasanya. " Kata Vebby.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PAPA Is A DUREN [ END ]
Genç Kız EdebiyatıBudayakan follow sebelum baca. Lika liku hidup seorang Alea karena punya papah super keren walau sudah label duda. Duda keren , ganteng, dan kaya. Nggak ada cela sedikit pun. Sekali papah kedip ganjen, para kaum hawa merapat. Entah itu remaja yan...