#46

876 47 0
                                    

Alea berlari tergesa-gesa menuju mading sekolah. Disana sudah banyak sekali siswa-siswi berkumpul untuk melihat peringkat yang didapat masing-masing. Kerumunannya sangat ramai membuat Alea yang berbadan mungil ini kesulitan untuk menerobos nya.

"Alle, mau aku liatin?" Tanya Axel yang entah sejak kapan sudah berdiri di sampingnya.

Alea menatap tidak yakin saudara tirinya tersebut, pasalnya dia masih sungkan meminta bantuan jika bukan kepada Axiella. Alea bahkan masih sungkan meminta bantuan kepada Harris yang merupakan ayah sambungnya.

"Nggak ngerepotin?" Tanya Alea.

"It's okay. Bukan masalah." Ucap Axel.

"Kalau gitu tolong liatin ya. Kalo dapetnya peringkat bontot jangan disebar-sebar ya." Ucap Alea membuat Axel tertawa pelan.

"Enggak, paling cuman ke mamah aja." Ucap Axel membuat Alea memukul pelan  lengan saudaranya itu.

"Justru itu yang paling dilarang." Ucap Alea sebal.

"Bercanda." Ucap Axel sambil mengacak kucir kuda Alea.

"Xel!"

"Sorry sorry." Ucapnya sambil melambaikan tangan diudara.

Axel segera menerobos kerumunan yang lumayan banyak itu. Karena badan Axel yang tinggi dan besar ia bisa dengan mudah menerobosnya. Melihat itu membuat Alea tersenyum kecut. Padahal sedari tadi dirinya berusaha menerobosnya tapi usahanya selalu saja gagal.

Tak selang beberapa lama, Axel kembali dari kerumunan. Menghampiri Alea dengan raut wajah yang tidak terbaca.

"Kenapa Xel? Buruk banget ya?" Tanya Alea was-was.

Axel diam sejenak. "Tiga." Ucapnya singkat membuat Alea menyerkit bingung.

"Tiga apa? Tiga puluh?" Tanya Alea yang tidak puas dengan jawaban yang diberikan saudaranya itu.

"Tiga.... Besar paralel." Ucapnya membuat Alea membelakakkan mata sempurna, dia menutup mulutnya sendiri, tidak percaya dengan apa yang Axel katakan kepadanya.

"Serius? Tapi ini nggak bercanda lagi kan?" Tanya Alea.

"Hm, serius." Ucapnya membuat Alea tersenyum lebar.

"Alhamdulillah! Akhirnya penantian ku terbayarkan juga." Ucapnya sambil loncat-loncat kegirangan.

"Ah yang dapet nomor satu siapa?" Tanya Alea penasaran.

"Paralel?" Tanya Axel.

"Yaiya lah."

"Aku." Jawab Axel singkat membuat Alea tertawa keras.

"Jangan ngada-ngada deh. Khayalanmu itu loh astaga." Ucapnya masih dengan tawa renyahnya.

"Liat aja sendiri kalo nggak percaya." Ucap Axel penuh keyakinan.

"Duh bohongnya kok bisa meyakinkan begini sih?" Ucap Alea heran dengan Axel yang memasang wajah polos seolah  yang dikatakannya itu memang sebuah kebenaran.

"Orang jujur malah dikira bohong. Giliran bohong malah dipercaya." Ucap Axel yang terkekeh sambil meninggalkan Alea yang kebingungan ditempatnya.

Tidak mungkin yang Axel katakan itu benar kan? Alea bahkan tidak pernah melihat saudara laki-lakinya itu berkutat dengan buku, yang Axel kerjakan selama dia menginap dirumah mamahnya adalah pergi menongkrong bersama teman-temannya. Jadi mana mungkin dia menjadi juara 1 umum.

"Waw waw amazing." Ucap seseorang yang mengagetkan Alea.

"Lo! Ngapain sih?!" Ucap Alea kesal saat melihat Ibras berdiri di hadapannya. Rupanya Ibras juga baru saja keluar dari kerumunan itu.

MY PAPA Is A DUREN [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang