Satu minggu sudah berlalu sejak insiden pembullyan yang menimpa Alea yang hanya diketahui oleh Vebby seorang. Sekarang Vebby sudah tidak mendengar adanya keluhan dari Alea tentang masalah dirinya yang ada di sekolah. Kehidupan sekolah anaknya itu tampak damai dan sejahtera.
Sudah beberapa kali Vebby meminta Alea untuk menceritakan jika memang kejadian pembullyan itu terulang kembali. Namun nampaknya Alea sama sekali tidak terganggu lagi dan mengatakan bahwa kehidupan sekolahnya baik-baik saja. Vebby sempat tidak percaya tapi melihat kondisi Alea yang nampak baik-baik saja akhirnya Vebby memutuskan untuk berhenti bertanya. Alea sendiri juga mengatakan bahwa dia bisa mengatasi masalahnya sendiri dan berjanji akan melapor kepada Vebby jika dia mengalami kejadian di luar batas seperti kemarin.
Sekarang Vebby sedang mengajar anak-anak XI IPA 2 yang tidak lain merupakan kelas Alea. Sebenarnya sudah bukan jatahnya untuk mengajar anak kelas sebelas, tapi berhubung guru yang seharusnya mengisi jam ini sedang cuti melahirkan jadi Vebby akan menggantikannya selama beberapa bulan kedepan.
Vebby nampak menulis soal dipapan tulis dan menyuruh beberapa murid untuk maju. Tentu saja dia menyuruh murid legend kesayangannya yaitu Iqbal dan juga Ibras untuk maju kedepan.
Keduanya tampak tenang-tenang saja saat Vebby menyuruhnya untuk menggambar grafik fungsi. Sampai Vebby merasa ada sesuatu yang janggal. Vebby yang merasa ada sesuatu yang tidak beres pun langsung buru-buru melihat hasil kerja dari kedua murid kesayangannya itu.
"Ini kenapa bentuk garisnya begini?" Tanya Vebby heran lantaran garis yang seharusnya digambar dengan apa yang ada di papan tulis melenceng sangat jauh.
Murid di kelas tersebut juga terlihat menahan tawa saat dengan polosnya Ibras memamerkan hasil karya buatannya.
"Loh ini namanya grafik fungsi yang dimodifikasi, dan dituangkan dalam bentuk karya seni yang bernilai estetik tinggi, karya anak negeri yang patut diapresiasi." Ucap Ibras sambil menjelaskan konsep dari grafik fungsi linear yang digambarnya.
"Tapi ini pelajaran matematika bukan seni budaya Ibras. Yang ibu suruh itu gambar garis bukan ikan emas begini." Ucap Vebby gemas dengan kelakuan muridnya yang satu ini. Pantas saja sejak tadi dia nampak tenang-tenang saja, sudah Vebby duga ada yang tidak beres.
"Tapi memang apa salahnya bu belajar matematika sambil berkarya seni?" Tanya Ibras polos.
"Cukup munaroh! Dikau terlihat sangat dungu jika begini." Ucap Iqbal sambil menabok keras lengan Ibras.
"Diam deh. Nggak lucu tau." Ucapnya dengan ekspresi datar sambil melengos membuat seisi kelas tertawa melihat kelakuan dua serangkai sableng didepannya ini.
"Ye bambang! Diajakin bercanda malah kek tai." Ucap Iqbal yang mendapat pelototan langsung dari Vebby.
"Iqbal!" Serunya memperingati murid sekaligus keponakannya itu untuk menjaga tutur katanya saat sedang ada guru.
"Maaf Bu sebelumnya. Mulut suka keceplosan kalo ngomong." Ucap Iqbal sambil menangkupkan kedua tangannya di dada.
"Ya sudah kalian kembali ke tempat duduk masing-masing saja." Ucap Vt yang langsung membuat Ibras dan Iqbal buru-buru menuju tempat duduknya.
Karena sudah tidak ingin coba-coba dengan muridnya, akhirnya Vebby menyuruh Siti dan juga Alea untuk maju. Sudah pasti jawaban dari mereka berdua tidak perlu diragukan. Mereka memang pentolan di XI IPA 2 masalah akademik.
* * *
Saat ini Vebby sedang berada di kantin untuk mengisi perutnya. Vebby nampak duduk sendiri karena Farza yang biasa menemaninya sedang dinas di luar kota. Suaminya itu baru akan kembali besok sore.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PAPA Is A DUREN [ END ]
ChickLitBudayakan follow sebelum baca. Lika liku hidup seorang Alea karena punya papah super keren walau sudah label duda. Duda keren , ganteng, dan kaya. Nggak ada cela sedikit pun. Sekali papah kedip ganjen, para kaum hawa merapat. Entah itu remaja yan...