Mata Vebby melihat sekitar, mencari diamana calon suaminya itu berada. Matanya sudah sangat berkaca-kaca, sampai akhirnya pandangannya tertuju pada sesosok pria yang Vebby yakini itu adalah calon suaminya hanya dengan melihat perawakan tubuhnya yang sedang berdiri membelakanginya.
Grep
Vebby memeluknya dari belakang membuat bahu pria tersebut naik sebentar karena terkejut. Dia membalikkan badannya dan melihat siapa yang sedang memeluknya.
"V-vebby?" Ucapnya terbata saat mendapati calon istrinya itu memeluk dirinya dari belakang dengan kondisi wajah yang basah penuh dengan air mata.
Vebby hanya diam dan menyembunyikan wajahnya didada bidang calon suaminya itu. Dia menangis sesegukan disana. Farza yang terkejut bukan main pun mendekap Vebby dan menepuk-nepuk punggung gadisnya itu pelan.
Farza diam saja ditempatnya. Dia tetap pada posisi memeluk Vebby agar orang-orang tidak bisa melihat bahwa gadis itu sedang menangis di pelukannya. Dia menunggu sampai Vebby tenang dan berhenti menangis.
Setelah dirasa Vebby mulai tenang dan getaran dipundak gadis itu mulai menghilang, Farza segera menangkup pipi calon istrinya itu. Dia menatap mata indah gadis yang sangat dicintainya itu, disana terlihat jelas bekas tangisan Vebby.
"Kamu baik-baik aja?" Tanya Farza khawatir. Pasalnya situasi ini hampir sama dengan kejadian yang lalu, dimana Vebby mendatanginya dan tiba-tiba menangis.
Gadis itu mengangguk, " Saya baik-baik aja." Katanya dengan suara yang pelan. Jelas saja Farza tidak mempercayai itu, tapi dia memilih diam. Di lihat dari gelagatnya, Vebby seperti enggan membahas masalah ini. Dan seperti biasanya, Farza akan tetap menunggu sampai gadis itu sendiri yang menceritakan semuanya kepadanya. Dia sama sekali tidak ingin memaksa Vebby untuk menceritakan segala hal kepadanya.
Farza kemudian mengangguk. "Kalau suatu saat kamu butuh tempat curhat, kamu bisa panggil saya kapanpun. Dimanapun kamu saat itu, saya pasti akan datang." Kata Farza membuat Vebby mendongkak menatapnya.
"Mas janji?" Katanya pelan, Farza yakin bahwa Vebby menangis cukup lama mengingat suaranya yang masih saja tercekat hingga sekarang.
Farza tersenyum dan mengelus pucuk kepala calon istrinya itu. "Saya janji. Kapanpun dan dimanapun itu, saya pasti akan datang." Katanya sambil mengecup kening Vebby cukup lama.
Dan hal itu sontak membuat banyak pasang mata menatap mereka, mengingat mereka masih berada di kawasan mall. Tapi Farza tidak perduli dengan tatapan yang banyak orang itu lemparkan kepadanya.
"Mau pulang aja?" Tanyanya lembut dan diangguki oleh Vebby.
Farza segera merangkul calon istrinya itu dan pergi menuju parkiran. Farza membukakan pintu mobil untuk Vebby, membuat secercah senyuman akhirnya terbit diwajah Vebby yang sembab.
"Makasih mas." Ucapnya seraya masuk kedalam mobil.
"Sama-sama sayang." Kata Farza sambil tersenyum lembut kearah calon istrinya itu dan kemudian segera menutup pintu mobil dan ikut masuk ke kursi pengemudi. Dia segera tancap gas menuju rumah Evans.
Di perjalanan Vebby hanya diam dan memandangi jalanan yang mereka lewati.
"Sayang, mau ke suatu tempat sebelum pulang?" Tanya Farza kepada Vebby yang ada disampingnya.
Gadis itu menengok dan menatapnya. "Mas mau mampir dulu?" Jawabnya malah balik bertanya.
Farza tersenyum tipis sambil tetap melihat kedepan. "Itu kalau kamu nggak keberatan sih." Katanya pada Vebby.
"Saya nggak keberatan." Katanya yang diangguki Farza.
Farza segera berbelok dan menuju tempat yang dia inginkan. Perjalanan lumayan panjang dan memakan waktu hal itu membuat Vebby terlelap di samping Farza.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PAPA Is A DUREN [ END ]
ChickLitBudayakan follow sebelum baca. Lika liku hidup seorang Alea karena punya papah super keren walau sudah label duda. Duda keren , ganteng, dan kaya. Nggak ada cela sedikit pun. Sekali papah kedip ganjen, para kaum hawa merapat. Entah itu remaja yan...