#57

1K 54 1
                                    

Vebby segera dilarikan ke rumah sakit dengan menggunakan mobil milik Aldric. Untung Vebby segera ditangani dokter kandungan. Jadi sekarang Vebby sedang ditangani di UGD.

"Mang! Istri saya?!" Farza berlari dari kejauhan menghampiri Mang Ujang dan juga Aldric yang terlihat sedang menunggu didepan pintu UGD.

"Tuan, Nyonya pendarahan." Ucap Mang Ujang lirih.

Mendengar itu Farza mematung ditempatnya. Pandangannya mulai mengabur, air matanya lolos begitu saja.

Apa ini? Bagaimana ini bisa terjadi? Padahal tadi istrinya itu masih baik-baik saja saat Farza meninggalkannya. Tapi kenapa sekarang bisa jadi begini?

"Tuan, tolong tenang ya. Nyonya sudah ditangani dokter kandungan." Ucap Mang Ujang sambil menghampiri Farza yang terlihat meringkuk sambil menutupi wajahnya. Dia menangis dalam diam.

Tubuhnya bergetar hebat. Baru kemarin dokter menyarankan agar mereka berhati-hati agar Vebby tidak mengalami pendarahan yang berpotensi menyebabkan keguguran pada kandungannya yang baru memasuki bulan ketiga. Tapi sekarang istrinya itu mengalami pendarahan. Nyawa anak dan istrinya itu sedang dalam bahaya.

"Saya nggak becus jagain mereka, Mang." Ucap Farza dengan suara yang parau. Air matanya terus meluruh tidak peduli seberapa banyak Farza berusaha menghapusnya.

"Saya nggak sanggup kehilangan salah satu dari mereka." Farza berucap pelan sembari memandang pintu UGD yang masih saja tertutup.

Aldric ditempatnya menatap nanar Farza yang terlihat sangat kacau. Ini semua salahnya, nyawa Vebby dan juga janinnya berada dalam bahaya itu karena ulahnya. Karena keegoisannya lah banyak nyawa yang menjadi taruhan.

"Maafkan aku, Mr. Darmawan." Ucap Aldric dengan mata yang berkaca-kaca.

Mendengar itu Farza mendengak, menatap kearah Aldric yang berdiri tepat dihadapannya.

"Aku berdosa." Ucapnya lagi, membuat Farza bangkit untuk berdiri.

"Apa maksudmu?" Tanyanya.

"Ini semua karena ulahku. Aku tidak sengaja mendorong istrimu. Tapi demi Tuhan, aku sama sekali tidak berniat mencelakai nya. " Ucap Aldric lirih.

"Aku tidak akan melawan jika kamu menghajarku. Kamu boleh melakukannya sampai merasa puas." Ucap Aldric yang pasrah.

Aldric menatap kearah Farza. Farza tampak mengeraskan rahangnya, menatap tajam kearah Aldric yang terlihat sudah pasrah menerima amukan dari Farza. Terlihat sekali kilat amarah dalam mata Farza.

"Dasar keparat!" Seru Farza sambil melayangkan bogeman sekuat tenaga kearah rahang Aldric.

Bugh Bugh Bugh

Farza menghajar Aldric secara membabi buta. Persetan jika Aldric akan mati ditangannya. Bisa-bisanya mantan dari istrinya itu melakukan hal seperti ini. Farza sama sekali tidak bisa mentolerir nya lagi.

"Kamu pantas mati!" Geram Farza sambil terus memukuli Aldric yang tampak pasrah. Pria itu tidak berniat untuk melakukan perlawanan sama sekali.

Aldric meringis merasakan nyeri di sekujur tubuhnya. Farza menendang dan juga meninjunya secara membabi buta. Bahkan saat tubuh Aldric jatuh kebawah Farza masih terlihat belum puas. Farza masih lanjut menendang perut Aldric sekuat tenaganya.

"Astaga papah! / FARZA!!" Teriak Alea dan juga Inka yang baru saja datang.

"Mang Ujang ngapain diem aja?!" Teriak Inka.

"H-hah?"

"Pisahin cepet!" Perintahnya membuat Mang Ujang yang sedari tadi syok segera bergeges untuk menghentikan Farza.

MY PAPA Is A DUREN [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang