#38

858 48 0
                                    

Setelah mereka makan siang, Farza mengajak Vebby untuk jalan-jalan dulu ke mall. Hitung-hitung pacaran dulu sebelum seminggu lagi mereka akan dipingit. Sebenarnya Farza sempat menolak mentah-mentah acara pingitan tersebut, tapi kedua orang tuanya dan Evans menolak gagasannya untuk meniadakan acara pingitan. Mereka bilang tetap akan mengikuti bagaimana adat orang Jawa seperti banyak orang diluaran sana.

"Nonton dulu aja yuk." Ajak Farza kepada Vebby yang sedang bergelayut di lengannya.

"Iyah, mending nonton aja. Daripada disini, banyak cewek matanya jelalatan ngeliatin kamu mulu daritadi. Padahal udah kugandeng kenceng bengini, masih aja ngotot." Ucapnya merutuki para gadis-gadis yang melewati mereka.

"Kamu cemburu?" Ucap Farza sambil mencubit pipi Vebby.

"Ya iyalah! Wajar dong saya cemburu. Orang calon suami saya diliatin mulu. Apa ya mata mereka itu kelilipan, sampe-sampe nggak ngeliat saya yang segede ini jalan bareng disamping kamu? Kenapa mereka genit banget begitu sih?" Ujar Vebby kesal.

"Kamu tenang aja dek. Saya nggak tertarik sama mereka kok."

"Bagus! Memang seharusnya begitu. Awas aja kalo sampe mas kepincut salah satunya, saya kelelepin di empang pak RT kalo sampe kejadian. Biarin aja mas tenggelem, biar kapok." Kata Vebby membuat Farza terkekeh geli.

"Tapi dek. Saya itu bisa berenang, jadi nggak mungkin tenggelem. Kalaupun kamu ceburin kesana, mas bakal renang ke pinggir dan naik lagi keatas." Ujar Farza sambil tertawa melihat Vebby yang semakin manyun disampingnya.

"Kalau gitu saya tenggelemin aja di lumpur idup. Mas nggak bisa berenang di lumpur idup kan?" Ucapnya kesal membuat Farza menggeleng heran. Perempuan kalau cemburu itu memang menyeramkan ternyata, dia saja sampai mau dibuat koid begini.

"Jangan ah, nanti mas meninggal gimana?" Ucapnya ngeri.

"Biarin aja. Nanti saya bilang gini sama fans kamu 'Nih orang yang kalian lirikin udah meninggal. Kalau kalian mau sama mayit ya silahkan' gitu." Mendengar itu Farza kembali dibuat terheran-heran dengan jalan pikiran calon istrinya yang antimainstream ini.

"Emang kamu bisa ngomong gitu ke mereka? Bukannya kamu bakal sibuk nangisin saya?" Tanya Farza membuat Vebby terdiam dan berpikir.

"Bener juga. Kok saya nggak kepikiran kesana ya. Kalo mas meninggal pasti kan saya juga nangis-nangis." Kata Vebby.

"Kalau gitu daripada mas saja bunuh, mending saya buat ruang bawah tanah aja di rumah kita nanti. Abis itu mas saya krangkeng disana, biar nggak bisa keluar dan ketemu cewek lain. Biar saya doang yang bisa liat." Lanjutnya.

"Stop dek. Makin lama omonganmu jadi kaya psikopat tau." Kata Farza menatap calon istrinya itu ngeri.

"Loh emangnya mas nggak tau?" Vebby malah menanggapi tatapan Farza dengan sebuah pertanyaan.

"Tau apa?"

"Kalau perempuan yang lagi cemburu itu bahkan lebih berbahaya dari psikopat." Ucapnya sambil tersenyum paksa.

Farza segera memalingkan wajahnya kedepan dan menyeret Vebby untuk menuju bioskop yang ada di mall tersebut. Dia enggan menatap Vebby ataupun melanjutkan pembicaraan tadi. Entah dapat didikan psikopat dari mana calon istrinya itu. Atau jangan-jangan ini didikan Evans? Mengingat Evans itu orang yang sangat unik peringainya.

Setelah sampai disana ternyata jadwal film yang akan diputar hanya bergenre horor saja. Melihat itu Vebby menghela napas kasar, dia sama sekali tidak ingin menonton film horor dengan Farza. Bisa jadi mereka akan diusir ditengah pemutaran film karena ulah laki-laki penakut itu.

MY PAPA Is A DUREN [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang