Farza dan Vebby masih duduk di pinggiran pantai sambil menatap laut malam yang bertabur bintang diatasnya dan juga bulan purnama yang bersinar terang. Indah sekali. Beruntung karena langit yang mendukung dan tidak berawan jadi mereka bisa menikmati pemandangan indah ini.
"Udaranya makin dingin. Kamu tunggu sebentar disini ya, saya mau ngambil sesuatu dimobil." Ucap Farza yang diangguki Vebby.
Sambil menunggu Farza kembali, Vebby menatap langit. Disini suasananya sangat sepi, para pengunjung juga hanya tinggal satu dua orang. Entah kenapa suasana sepi ini membuat ingatan tadi siang terbesit dikepalanya. Kejadian yang berhasil membuka luka lama yang ingin sekali dia pendam hingga akhir hayatnya.
Matanya kembali memanas, dia mulai berkaca-kaca lagi. Ternyata memang tidak mudah melupakan kejadian yang sangat menyakiti hatinya itu. Namun tiba-tiba tubuhnya terasa hangat. Vebby mendongak, dia mendapati Farza yang sedang tersenyum kearahnya dan memakaikan jasnya yang kebesaran ditubuh Vebby.
"Masih dingin?" Tanyanya sembari duduk disamping Vebby.
"Hmmm... Ini nggak buruk." Ucapnya sambil menggeleng.
Kemudian keheningan menyelimuti mereka berdua. Baik Vebby maupun Farza mereka berdua terdiam dan hanyut dalam pikirannya masing-masing. Farza sibuk memikirkan sikap Vebby yang jadi sering menangis belakangan ini, gadis itu juga terlihat kurang tidur, entah apa yang mengganggu pikirannya sampai membuatnya jadi seperti itu. Farza sangat khawatir, ingin sekali dia bertanya. Tapi mungkin Vebby akan mengelak dan mengalihkan pembicaraan. Karena gadis itu memang tidak berniat memberitahu dirinya. Dan dia juga tidak ingin memaksanya dan malah menambah beban pikiran gadisnya itu.
Sementara Vebby juga sedang memikirkan kejadian saat mereka di restoran dan juga di mall. Kejadian yang sama sekali tak pernah Vebby duga. Kejadian yang belakangan ini selalu berhasil mengusiknya, mengganggu ketenangannya, dan membuat dia kembali tertekan.
"Mas." Panggil Vebby pelan.
"Iya sayang." Jawabnya sambil membawa kepala calon istrinya itu untuk bersender didada bidangnya.
"Tadi waktu di mall mas tanya apa saya baik-baik aja atau enggak kan?" Tanya Vebby yang diangguki Farza.
"Saya bohong." Ucapnya lagi.
"Hm?"
"Saya bohong sama mas kalau saya baik-baik aja." Ucapnya yang lagi-lagi diangguki oleh Farza.
"Saya tau itu." Ucapnya membuat Vebby sedikit terkejut. Vebby kira dia berhasil membuat Farza mempercayai ucapan bohongnya.
"Lalu kenapa mas nggak bilang apapun setelahnya?" Tanya Vebby yang heran.
"Karna saya menunggu." Ucapnya membuat Vebby mendongak, menatap Farza yang tengah menengadahkan kepalanya, melihat ribuan bintang diatas sana.
"Menunggu?" Ucap Vebby yang sama sekali tidak mengerti dengan ucapan calon suaminya itu.
"Hmm." Ucapnya dengan nada lembut sembari menunduk dan menatap Vebby yang ada di dekapannya. "Saya menunggu calon istri saya yang cantik ini untuk mempercayai saya dan menceritakan semua yang dialaminya kepada saya." Ucapnya yang menatap lurus kearah mata Vebby. "Saya hanya tidak ingin memaksanya menjelaskan kepada saya. Saya sangat yakin ketika dia siap nanti, dia pasti akan mengatakan segalanya kepada saya." Ucapnya sambil mengelus pipi Vebby yang menatapnya dengan pupil mata yang bergetar. Gadis itu berkaca-kaca.
Vebby terdiam sejenak, kemudain dia berkata, "Sebenarnya saya tidak baik-baik saja. Saya sakit sekali." Ucapnya sambil menunduk dan memegangi dadanya yang terasa nyeri.
"Saya tau." Ucap Farza sambil mengelus kepala Vebby sayang.
"Saya bener-bener nggak ngerti harus mulai cerita dari mana. Saya bingung." Ucap gadi itu sambil meneteskan air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PAPA Is A DUREN [ END ]
ChickLitBudayakan follow sebelum baca. Lika liku hidup seorang Alea karena punya papah super keren walau sudah label duda. Duda keren , ganteng, dan kaya. Nggak ada cela sedikit pun. Sekali papah kedip ganjen, para kaum hawa merapat. Entah itu remaja yan...