Air mata yang sedari tadi Vebby tahan akhirnya menetes dengan sendirinya. Dia menunduk dalam agar Farza yang didepannya tidak bisa melihat wajahnya. Dia memakan bubur itu sambil menahan suara tangisnya agar tak sampai ke telinga Farza.
Farza yang sudah menyelesaikan makannya akhirnya mendongkak, dilihatnya Vebby yang sedang menunduk sambil memakan buburnya. Farza sangat penasaran apa yang membuat gadis didepannya ini begitu lama hanya untuk menghabiskan semangkok bubur ayam. Keanehan semakin dirasa Farza saat dilihatnya tubuh Vebby mulai bergetar hebat.
Farza menyerkit bingung, ia yakin sekali jika sekarang ini Vebby sedang menangis, itu jelas sekali terlihat. Tapi kenapa? Apa saking terharunya dengan perhatian yang dia berikan sampai-sampai membuatnya menangis? Tapi kenapa harus menangis, bukannya lebih enak kalau tersenyum lebar saja didepannya. Farza sama sekali tidak paham dengan tingkah Vebby yang begini.
"Veb? " Tanya Farza pelan.
Vebby hanya terdiam lama. Ia takut menjawab panggilan Farza, karna mungkin saja suaranya akan bergetar. Ia malu jika ditanya alasannya menangis. Mungkin Farza akan menganggap Vebby gadis yang cengeng karna menangis untuk hal yang sepele. Mungkin saja ini perkara yang sepele bagi Farza, tapi ini sesuatu yang serius menurut Vebby.
Ingin sekali Vebby bertanya tentang perubahan sikap Farza terhadapnya. Tapi dia tidak punya cukup keberanian untuk menanyakannya, karna mungkin dirinya bukan siapa-siapa bagi Farza. Dia tidak punya hak untuk itu. Dia juga tidak boleh terlalu terbawa perasaan dengan Farza, karna Vebby tau Farza membenci perempuan yang mudah terbawa perasaan dengan apa yang dilakukannya. Itu juga alasan Vebby bisa sampai dibawa ke pernikahan Vanessa untuk menjadi pasangan Farza, karena menurut Farza Vebby sama sekali tidak tertarik dengan dirinya.
Awalnya memang Vebby tidak tertarik dengan Farza. Tapi sikap Farza yang belakangan ini berubah terhadapnya berhasil membuat Vebby goyah. Bohong jika dia bilang tidak tertarik dengan Farza. Dia menyukainya, setiap kali Farza menaruh perhatian terhadapnya dia berharap bisa mendapatkannya selama mungkin.
"Veb? Kamu nggak papa? " Tanya Farza lagi, bahu Vebby semakin bergetar.
"Iya Pak. " Jawab Vebby dengan suara yang tercekat.
"Bohong! Kamu nangis kan? " Cerca Farza, dia jelas tau Vebby tidak dalam kondisi yang bisa dibilang baik. Ini sih sudah pasti bukan karena terharu, masa terharu sampai sebegininya. Vebby juga menyembunyikan wajahnya.
Vebby menggelengkan kepalanya. Dia tidak bisa menjawab, suaranya pasti akan lebih bergetar daripada sebelumnya.
"Kenapa bohong? Saya tau kamu nangis. Tapi kenapa nangis? " Tanya Farza heran. Tapi pertanyaannya itu tidak terjawab. Alih-alih menjawab pertanyaan Farza, Vebby justru semakin menangis dibuatnya.
"Loh Veb jangan nangis, ini saya nggak lagi marahin kamu loh. Saya juga nggak lagi jelek-jelekin kamu kaya sebelumnya. Jadi kenapa kamu nangis? " Tanya Farza sambil menghampiri Vebby dan duduk disebelahnya.
Vebby berusaha tegar dan menghapus air matanya yang terus menetes. Dia mendoangkak dan menatap Farza yang ada disampingnya. Tapi entah kenapa air mata yang dihapusnya tadi masih terus menetes dengan deras setelah dia menatap wajah tampan Farza. Rasanya semakin sakit saja dari sebelumnya.
"Bapak tau? "
"Apa? " Tanya Farza bingung. Pasalnya Vebby menatapnya seolah ingin menelannya bulat-bulat sambil menangis. Dari wajahnya saja Farza tau Vebby sangat marah terhadapnya.
"Asal bapak tau, sadar atau enggak, sikap bapak menghadirkan kebingungan dibenak saya. Saya sakit saat bapak berusaha membohongi perasaan bapak dan memberi saya harapan yang jelas-jelas saya tidak bisa mendapatkannya. " Vebby menatap Farza dalam. Biar saja dia jadi melankolis, dia tidak perduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PAPA Is A DUREN [ END ]
ChickLitBudayakan follow sebelum baca. Lika liku hidup seorang Alea karena punya papah super keren walau sudah label duda. Duda keren , ganteng, dan kaya. Nggak ada cela sedikit pun. Sekali papah kedip ganjen, para kaum hawa merapat. Entah itu remaja yan...