#4

2.7K 132 2
                                    

Bel rumah di tekan berkali-kali membuat farza yang sedang santai menonton tv terusik, hampir budek kupingnya.

Farza berjalan menuju pintu utama rumahnya, yang begini pasti ulah anaknya si alea. Siapa lagi kalau bukan dia.

Farza membuka pintu dengan malas, awas saja si alea.

"Lea berap-" ucapan farza terpotong ketika menyadari sosok dibalik pintu tersebut bukanlah alea. Sosok tersebut terlalu dewasa untuk ukuran anaknya. Atau ada keajaiban jadi alea berubah drastis dalam waktu yang singkat? Ah abaikan pemikiran koyol farza!

"Loh kamu? / Bapak?" Ucap mereka bersamaan.

"Bapak ngapain disini?" Tanya wanita tersebut.

"Harusnya saya yang tanya begitu. Kamu ngapain dirumah saya?" Tanya farza balik.

"Oh jadi ini rumah bapak?" Tanyanya lagi, hadeh! Padahal udah dibilangin.

"Yaiya lah, tadi kan saya udah bilang." Ucap farza kesal.

Gausah ngotot juga pak boss! Batinnya meneriaki farza.
"Oh, saya yang mau kerja disini pak. Bapak lagi butuh orang buat bantu-bantu kan?" Tanyanya lagi.

"Oh kamu toh yang dikirim yayasan ke sini. Hmm yaudah silahkan masuk." Ucap farza mempersilahkan wanita tersebut untuk masuk kerumahnya. Ternyata ART-nya datang lebih cepat dari seharusnya. Ah baguslah.

"Oh ya , kamu kenapa bisa kerja jadi ART? Gajih honor disekolah saya kurang banyak?" Tanya farza pada wanita dihadapannya yang ternyata guru honor baru disekolahnya.

"Bukan begitu pak, hanya saja saya butuh tambahan biaya." Jawabnya .

"Siapa nama kamu? Saya tadi lupa menanyakan disekolah." Tanya farza, lagian kok bisa saking pikunnya sampe lupa buat tanya nama. Bego!

"Vebby Rashia, pak." Jawab vebby.

"Nah vebby, kamar kamu ada di sana." Ucap farza sambil menunjuk kamar diujung ruang lantai satu. Setelah itu farza berbalik badan meninggalkan vebby.

"Pak." Panggilnya, dan farza menoleh.

"Iya?"

"Pak, apa boleh saya bekerja sambil menjadi guru honor dan juga menyelesaikan tugas kuliah saya? Saya janji pekerjaan dirumah ini tidak akan terbengkalai sedikit pun." Katanya sambil menyatukan kedua tangannya memohon. Jadi model pembantu jaman sekarang begini? Berani tawar-menawar kerjaan dengan majikan?

"Kamu nawar kerjaan sama saya?" Tanya farza tak habis fikir.

"Saya mohon pak." Katanya masih dengan tangan yang menyatu seperti tadi.

"Kamu in-? / PAPAH!" Suara menggelegar dari luar rumah memotong kalimat yang hendak farza katakan.

"PAPAH GIMANA SIH?! LEA KOK NGGAK DIJEMPUT? LEA NUNGGUIN JEMPUTAN DARI TADI TAU, SAMPE AKHIRNYA TERPAKSA NGUTANG LAGI SAMA IB-?! Loh bu cantik ngapain disini?" Tanya alea ketika sadar kalau guru matematika barunya ada didalam rumahnya. Apa-apaan ini? Kenapa papanya bisa membawa gurunya kesini? Masa iya papa ada hubungan yang iya-iya dengan guru barunya?

"Papah ngapain bawa bu cantik kesini? Bu cantik pacar baru papa? Sejak kapan papa pacaran? Kok lea nggak dikasih tau? Jangan bilang papa sama bu cantik juga udah ngelakuin hal yang iya-iya ?" Serbu lea tak memberikan kesempatan untuk farza menjawab pertanyaannya.

"Sembarangan! Vebby bukan pacar papa lea." Jelas farza untuk meluruskan pemikiran anaknya yang melenceng jauh dari keadaan yang sesungguhnya.

"Oh jadi bu cantik tutor baru lea pah! Ayo bu, lea ada pr mtk banyak buaaanget!" Serunya sambil menarik lengan vebby tanpa mendengar penjelasan farza lebih lanjut. Dasar alea! Selalu saya seenaknya.

"Eh eh lea tunggu dul-"

"Hus! Papa berisik ih, kapan lea bisa mulai belajarnya!" Katanya sambil membawa vebby kekamarnya.

Vebby yang binggung hanya sedang berusaha mencerna keaadaan. Jadi muridnya anak dari bosnya? Yang benar saja! Alea bahkan tidak ada tampang-tampang putri seorang tuan kaya raya. Imejnya terlalu serampangan untuk jadi tuan putri. Alea bahkan tidak ada anggun-anggunnya dan dia bahkan bisa bergaul dengan baik dengan semua temannya, tidak angkuh seperti tuan putri kaya raya yang biasanya. Bahkan tampilannya saja sederhana.

"Bu cantik?" Tanya alea membuyarkan lamunan vebby.

"Ah iya, maaf ibu melamun."

"Haduh! Jangan banyak ngelamun buk, apalagi ngelamunin papa saya. Ati-ati bu, ngelamunin papa saya bisa buat kesambet loh." Kata lea membuat vebby terkekeh geli. Ada-ada saja alea.

"Saya ini sebenernye bukan tutor kamu belajar, saya kerja bantu-bantu disini." Jelas vebby membuat alea ber-oh ria.

"Ya sekalian aja bu jadi tutor saya. Tenang soal bayaran bu, papa saya itu sultannya rupiah." Kata alea sambil terkekeh.

"Ada-ada aja kamu. Kamu tanya papa kamu dulu, dia setuju atau tidak." Kata vebby.

"Ibu jangan terlalu formal dong bu, saya ngomongnya jadi nggak enak."

"Saya akan usahakan."kata vebby sambil tersenyum.

"Yaudah saya ijin papa dulu ya bu, ibu tunggu sini aja, jangan kemana-mana bu, apalagi sampe kabur lewat jendela, bahaya bu. Saya udah pernah soalnya."kata alea membuat vebby kehabisan kata-kata. Orang gila mana yang mau loncat dari lantai dua untuk kabur? Walaupun mungkin ada,alea contohnya. Tapi dia tidak segila itu, lagi pula dia tidak ada niatan untuk kabur dihari pertama kerja . Pikiran alea memang terlampau jauh cabangnya, dia bahan bisa memikirkan hal-hal yang tidak lazim seperti kabur dari rumah ini. Sebenarnya dapat gen dari mana dia? Sampai-sampai pemikirannya bisa sejauh dan setidak masuk akal itu.

"PAPAH ! PAPAH DIMANA?!" Teriaknya membuat vebby menutup telinganya, apa alea tidak bisa mencari dengan baik-baik? Kenapa perlu teriak sedangkan papanya ada di lantai satu sedang asik bersantai ria sambil menonton chanel tv kesukaannya yang menayangkan anime naruto. Bahkan memanggilnya dengan nada biasa saja pasti sudah bisa didengar oleh farza.

"Astagfirullah alea! Kamu kenapa sih? Nggak bisa sehari nggak teriak-teriak? Jangan-jangan kamu selama ini kerasukan jin toa?" Tanya farza tidak masuk akal. Bisa-bisanya orang waras sepertinya bertanya pertanyaan tidak masuk akal seperti itu. Ah atau kita perlu mempertanyakan kewarasan orangtua dan anak tersebut?

"Sembarangan! Papah doain alea kesambet?"

"Ya enggak juga lea. Papa heran aja, itu pita suara kamu nggak rusak buat teriak sekenceng itu tiap hari?"

"Ya nggak lah. Pita suara lea mah anti pecah. Tapi ini beneran anti pecah, bukan kaya baskom yang ada tulisan anti pecahnya tapi tetep aja masih bisa pecah." Kata alea menjelaskan panjang lebar.

"Iyain deh."

"Pah lea mau punya tutor. Masa si mia temen lea punya tutor tapi lea nggak punya? Lea mau satu pokoknya! Titik! Gamau tau!" Ucapnya. Dasar iri-an , temennya punya apapun dia harus punya. Untung anak sultan!

"Yaudah iya besok papa cari. Udah sana balik kekamar mu, jangan ganggu papa, papa sibuk." Ujarnya sambil mengibaskan tangan menyuruh alea untuk enyah dari singgasananya.

"Sibuk apanya! Papa cuma sibuk nonton kartun doang! Kaya bocah!"

"Anime! Bukan kartun!" Seru farza tak terima.

"Sama aja mah, mau kartun kek mau enim kek, sama aja mah dua-duanya." Balas alea tak mau kalah.

"Anime! Enim enim, emangnya kamu kira muara?" Ucap farza masih tak terima.

Sementara vebby yang melihat perdebatan itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala tak percaya. Jadi gini modelan bosnya waktu dirumah. Nggak ada wibawanya sama sekali. Berbeda 180 derajat dari yang biasa ia lihat.

Parah nih si boss. Ucap dalam hati.

Tbc

MY PAPA Is A DUREN [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang