Bab 38

24K 2.5K 603
                                    

Suasana rumah sakit terasa mencekam. Kemarahan menyelimuti Johnny yang melihat anak bungsunya terbaring lemas di ranjang dengan infus yang menancap. Ten senantiasa menenangkan sang suami agar tidak lepas kontrol.

Teriakan Renjun tadi membuat Johnny, Ten dan Hendery bergegas menuju kamar Haechan. Rasa panik menyerang semuanya. Dengan sigap Johnny mengantar sang anak ke rumah sakit.

Setelah mendapatkan penanganan yang intensif, tak lama dokter pun keluar. Johnny dan Ten pun bertanya kepada sang dokter.

"Dok, bagaimana kondisi anak saya?" tanya Ten lirih. Suaranya serak karena terlalu lama menangis. Bagaimana tidak sedih jika anak kesayangannya sedang terbaring lemas.

"Jika boleh tahu, siapa suami Haechan?" tanya sang dokter. Johnny tampak kebingungan. Suami? Anaknya saja belum menikah, bagaimana bisa mempunyai suami.

"Saya suami Haechan, dok."

Semua orang menoleh ke arah sumbet suara.

"Jeno?!"

***

R

enjun menatap Jeno lekat. Jujur ia kaget dengan pengakuan mantan kekasih dari sahabatnya. Mengaku menjadi suami Haechan? Yang benar saja!

"Kenapa kau datang dan mengaku menjadi suami Haechan?" tanya Renjun sarkas. Seharusnya Mark lah yang berkata seperti itu karena anak yang dikandung Haechan adalah anak Mark.

Setelah Jeno mengaku menjadi suami Haechan, sang dokter pun menjelaskan bahwa Haechan tengah hamil. Kondisi kandungannya lemah karena sang ibu merasa stres dan tertekan.

Jangan tanya reaksi Johnny dan Hendery saat itu, mereka tentu saja terkejut dan ingin memukul telak wajah tampan Jeno, namun Ten dan Renjun segera mencegahnya.

Marah? Tentu saja!
Kecewa? Jelas, tidak usah ditanya.

Johnny merasa menjadi ayah yang gagal karena tidak menjaga anaknya dengan baik. Membiarkan anaknya menderita dan menanggung beban sebesar ini.

Hendery tak jauh kecewanya dengan ayahnya. Ia telah gagal menjadi sosok kakak yang menjaga dan melindungi adik kecilnya.

"Kenapa diam saja? Cepat jawab!" Desak Renjun.

"Karena aku mencintai Haechan." kata Jeno datar.

"Tapi Haechan telah mengkhianatimu! Dia berselingkuh darimu, bahkan ia sedang mengandung anak Mark!" jelas Renjun. Ia bukan menjelekkan sahabatnya, tetapi ia tak ingin ada masalah besar lainnya karena pengakuan dari Jeno. Tentu saja itu akan berdampak pada Mark dan Haechan nantinya.

"Aku tidak peduli jika Haechan sedang mengandung anak bajingan itu. Aku siap bertanggung jawab atas mereka. Aku tak rela jika Haechan pergi dari hidupku."

"Jeno, dengarkan aku. Mereka saling mencintai! Mark dan Haechan bahkan akan mempunyai anak! Tolong jangan ganggu mereka lagi, Jen." pinta Renjun. Ia hanya ingin yang terbaik untuk sahabatnya itu.

"Apa bajingan itu mau bertanggung jawab dan menikahi Haechan?" tanya Jeno dingin. Renjun pun terdiam. Ia pun sebenarnya tidak tahu apakah Mark mau bertanggung jawab atau tidak.

"See? Jadi biarkan Haechan dan anak yang dikandungnya menjadi milikku. Aku akan bertanggung jawab."

Setelah mengatakan itu, Jeno pun pergi meninggalkan Renjun sendirian disana. Pikirannya pun melayang. Ia memikirkan kondisi sahabat dan calon keponakannya.

Apakah Renjun harus menghubungi Mark?

Jelas! Mark lah yang harus bertanggung jawab, bukan Jeno.

Ia mengambil ponsel Haechan dan mengetikkan pesan pada kontak Mark.

"Datanglah ke rumah sakit xx  jika kau tak ingin Haechan dan anak kalian direbut oleh Jeno.

-Renjun"

-Tbc-

Ternyata perkiraanku salah, sepertinya cerita ini akan semakin rumit ya..

MORE AND MORE [MARKHYUCK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang