Bab 52

19.6K 1.9K 376
                                    

Sedari tadi Mark melihat jam tangannya. Sudah 20 menit namun Haechan belum kembali ke kelasnya. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 3 sore dan mereka ingin menjenguk teman sebangku mantan kekasih Haechan, Jaemin. Sebelum itu Haechan berkata bahwa ia ingin pergi ke toilet sebentar untuk buang air kecil, namun sudah 20 menit berlalu kekasihnya belum memunculkan dirinya.

Perasaan Mark tidak enak, ia langsung menyusul Haechan ke toilet dekat tangga sekolahnya yang lumayan sepi. Ia merutuki kebodohannya.

"Kalau sampai terjadi apa-apa dengan Haechan dan anakku, aku akan membunuhmu."

Mark sudah sampai di toilet. Ia masuk dan mengecek seluruh bilik. Ia menemukan kekasihnya sedang pingsan dengan sudut bibir berdarah. Tak lupa celana panjang dibagian paha robek dan mengeluarkan banyak darah.

"BANGSAT! AKAN KU BUNUH KAU BRENGSEK!"

Mark pun menggendong Haechan dan segera membawanya ke rumah sakit. Ia sangat khawatir dengan kondisi kekasih dan anaknya. Ia benar-benar marah, kenapa ia bisa kecolongan seperti ini? Padahal sedikit lagi ia bisa membongkar kebusukan dari si pelaku.

Sesampainya di rumah sakit, Mark berteriak kesetanan. "CEPAT TANGANI KEKASIHKU!"

Dengan segera dokter dan perawat menghampirinya dan membawa Haechan ke ruang UGD agar segera ditangani.

"Ya tuhan, tolong selamatkan kekasih dan anakku." lirihnya.

Mark pun duduk di bangku depan ruang UGD sambil memejamkan matanya. Pikirannya sudah kalut. Ia benar-benar bingung sekarang. Tak lama kemudian seseorang menghampirinya.

"Mark, ada apa dengan Haechan?" tanyanya. Mark menatap orang itu.

"Kenapa kau ada disini, Jen?"

"Kita kan sudah berjanji untuk menjenguk Jaemin. Aku sudah menunggu kalian, tapi aku malah melihatmu menggendong Haechan. Jadi aku mengikutimu." Kata Jeno.

"Jangan sebut nama lelaki bajingan itu." kata Mark datar. Jeno menyengit pelan. Siapa yang dimaksud oleh Mark?

"Hah? Apa maksudmu?"

"Na Jaemin, dialah yang menyebarkan bahwa Haechan sedang hamil ke penjuru sekolah. Si bajingan itu juga melukai Haechan dan anakku hingga masuk ke rumah sakit!" kata Mark nyalang.

Jeno terkejut bukan main. Na Jaemin pelakunya? Tidak mungkin! Jaemin adalah orang yang baik!

"Kau jangan mengada-ada Mark! Jaemin tidak mungkin melakukannya!" kata Jeno kesal. Ia tak percaya dengan ucapan milik Mark. Bisa saja lelaki itu hanya membual.

"Terserah. Jika sampai terjadi apa-apa dengan Haechan dan anak kami, bajingan itu akan mendapat balasannya." Mark tidak pernah main-main dengan ucapannya. Ia akan melakukan apapun demi Haechan dan anak mereka.

Jeno masih mematung. Tidak mungkin kan Jaemin melakukan hal yang keji seperti ini? Tapi Mark tampak serius dengan ucapannya. Tak ada raut bercanda sedikitpun. Padahal Jeno mengenal Jaemin sebagai lelaki manis yang baik hati, sangat perhatian dan penyayang. Bahkan disaat mereka menonton film sedih, Jaemin menangis sesenggukan. Hatinya sangat tulus. Tidak mungkin Jaemin melukai Haechan, Mark pasti salah!

Namun itu hanya perdebatan di otak Jeno, padahal aslinya ia sedang menelepon Jaemin, namun nomor itu tidak aktif. Oh sial!

Apakah semua yang dikatakan oleh Mark adalah sebuah kebenaran?

Mark dan Jeno sibuk dengana pikirannya masing-masing. Mereka menunggu dokter yang keluar dari ruang UGD. Tak lama kemudian, dokter pun keluar dan menghampiri mereka.

"Selamat sore. Siapa keluarga dari pasien?" tanya dokter.

"Saya suaminya." Mark menjawab.

"Kondisi pasien tidak begitu parah. Terdapat luka goresan benda tajam di pahanya. Selain itu pasien juga terkena tamparan sehingga membuat pipinya memar dan ujung bibirnya terluka. Untung saja anak kalian kuat jadi tidak ada masalah pada kandungannya. Untuk saat ini biarkan pasien beristirahat terlebih dahulu." jelas sang dokter.

"Baik dok, terima kasih." kata Mark dan Jeno. Akhirnya sang dokter meninggalkan mereka.

"Mark, biar aku yang mengurus administrasi dan ruang rawatnya, kau temani Haechan saja, dia lebih membutuhkanmu. " kata Jeno. Ia sadar diri bahwa dirinya hanya mantan kekasih Haechan. Ia juga masih menyayangi Haechan walau lelaki itu sudah bersama dengan yang lain.

"Terima kasih, Jen." Jeno pun mengangguk dan segera mengurus administrasinya.

Mark memasuki ruang UGD. Ia menatap sang kekasih sedang terbaring lemah di atas ranjang. Ia menghampiri Haechan dan menggenggam tangan lelaki manis itu.

"Sayang, terima kasih sudah bertahan demi bayi kita."

Sebuah kecupan mendarat di kening Haechan. Mark benar-benar menyayangi Haechan dengan sepenuh hati. Ia tak main-main dengan ucapannya.

Na Jaemin harus mendapatkan hal yang serupa, bahkan lebih buruk dari ini.

♡♡♡

-tbc-

Tiba-tiba aku lagi mood bgt namatin book ini biar ga ada beban lagi, hahaha.

Siapa tebakannya benar milih Jaemin?😁

MORE AND MORE [MARKHYUCK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang