Bab 56

21.8K 1.8K 89
                                    

Haechan menatap sengit lelaki di hadapannya. Ingin rasanya ia mengangkat kursi dan melemparkannya ke wajah calon suaminya. Bagaimana tidak, Mark mempersiapkan pernikahan mereka sendirian tanpa meminta pendapatnya dulu.

Sejujurnya pernikahan ini sangat mendadak mengingat kesepakatan dari kedua belah pihak keluarga mereka. Namun Haechan kan ingin yang terbaik untuk pernikahannya sekali seumur hidup.

"Kenapa indoor? Aku ingin pernikahanku outdoor, Mark! Aku ingin di pantai." kata Haechan kesal.

"Sayang, outdoor resikonya sangat besar. Apalagi kondisinya sangat tidak memungkinkan karena ini dilaksanakan mendadak." jawab Mark memberi calon suaminya pengertian.

Ia juga lelah mengurus persiapan pernikahan mereka. Apalagi ia juga harus bekerja mengurusi perusahaan milik sang ayah.

"Ck, tidak bisa begitu. Memangnya yang menikah hanya kau saja? Aku juga! Terus juga masalah baju, kenapa kau seenaknya? Apa kau pernah berpikir aku suka dengan model dan warna itu atau tidak? Belum lagi masalah cincin. Itu bukan cincin yang cocok. Desainnya terlalu norak." Haechan memandang Mark tajam.

Pertengkaran mereka mengundang tatapan dari sekitar. Saat ini mereka sedang di kafe setelah mengambil cincin pernikahan yang Mark pesan.

Wajah Mark memerah menahan amarah. Ia mengepalkan tangannya untuk menyalurkan rasa kesalnya.

"Apa kau tak bisa menghargai usaha yang aku lakukan untuk pernikahan kita? Maaf jika aku mengambil keputusan sendiri tanpa pertimbanganmu, tapi aku terpaksa karena sudah tidak ada waktu lagi."

"Tapi kau bisa meminta bantuanku, jangan seenaknya sendiri! Kau pikir aku ini apa? Pajangan? Aku juga berhak dalam persiapan ini. Aku yang akan menikah." jawab Haechan keras.

Mark benar-benar geram. Ia tidak menyukai Haechan yang pembangkang dan egois seperti ini.

"Aku memikirkan kandunganmu, sialan! Kau sedang hamil dan itu sangat beresiko! Bisakah kau mengerti sedikit saja? Aku sangat lelah! Kau hanya bisa marah-marah dan menyalahkanku terus menerus. Kau sangat egois, Haechan. Terserah! Aku sudah tidak mau mengurusnya lagi." Bentak Mark.

Akhirnya emosi Mark meledak. Semua unek-uneknya sudah tersampaikan semuanya. Ia hanya ingin istirahat, namun Haechan hanya bisa merecokinya saja.

Tubuh Haechan menegang. Ia kaget dengan bentakan Mark. Pelupuk matanya basah. "Ya, aku egois dan hanya bisa marah-marah saja. Baiklah jika itu maumu. Mari lupakan saja pernikahan ini. Aku permisi."

Haechan bangkit dari tempat duduknya dan melangkahkan kakinya menjauh dari Mark. Air matanya jatuh. Ia pun menangis.

Sedangkan Mark menjambak rambutnya kesal. Bukan ini yang diinginkannya. Ia ingin menyusul Haechan, namun emosinya sedanh tidak stabil saat ini. Takut jika ia berbuat yang lebih buruk dari ini. Apalagi Haechan sangat sensitif karena kehamilannya.

"Maafkan aku.."

***

Malam harinya Mark mendatangi kediaman Haechan, bermaksud untuk meminta maaf dan tidak membatalkan pernikahan mereka. Mana mungkin ia bisa hidup tanpa lelaki manis dan calon buah hati mereka.

Namun harapannya pupus karena Johnny menyuruhnya pulang. Haechan tidak mau bertemu dengannya. Sepertinya kesalahan yang telah dibuatnya cukup fatal.

Mark menceritakan kejadian tadi kepada Johnny dan Ten. Mereka sebagai orang tua hanya bisa menasehati dan tidak ikut campur pada urusan mereka. Biarlah mereka berdua yang menyelesaikannya sendiri.

"Pulanglah, Mark. Haechan tidak ingin menemuimu. Beri dia waktu untuk sendiri. Mungkin kehamilannya juga mempengaruhi emosinya saat ini." kata Ten.

"Baiklah, Ma. Mark titip Haechan ya, tolong sampaikan maafku padanya. Tolong jangan batalkan pernikahan kita. Aku mencintainya." kata Mark pelan sambil menunduk.

Ten pun mengangguk. Ia juga tak ingin kehilangan calon menantunya yang tampan dan kaya raya itu. Kapan lagi ia bisa menjadi besan dari sahabat lamanya itu.

"Tenang saja, serahkan semuanya pada Mama."

"Ini hanya sebagian kecil masalah sebelum pernikahan. Masih ada yang lebih besar dari ini. Hahaha." kata Johnny meledek.

Ten menatap suaminya malas. Bisa-bisanya bercanda disaat seperti ini.

"Lebih baik kau diam atau tidur disofa! Jangan ganggu calon menantuku!"

Mark hanya bisa tersenyum tipis sambil berharap jika Haechan memaafkan dirinya dan mau menikah dengannya.

-tbc-

markhyuckist apa kabar?

seneng gak banjir momen di comeback nct 127 ini?

hati masih aman? apa udah mleyot 5l?

MORE AND MORE [MARKHYUCK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang