Bab 47

19.8K 2.1K 237
                                    

Sepertinya Haechan saat ini ingin meleburkan dirinya ke rawa-rawa saja. Ia sudah menjadi tawanan sekarang dengan ribuan pertanyaan yang siap untuk diajukan padanya. Tatapan tajam ketiga orang didepannya membuatnya mati kutu. Somi, Yeri dan Felix, merekalah yang siap mejadi jaksa yang menanyai sang tersangka utama.

"Jangan tatap Haechan seperti itu." suara Mark membuyarkan fokus mereka.

"Ah, oke. Kami tidak akan menatap Haechan seperti itu lagi. Tapi kami sedang menunggu si tersangka mengungkapkan kebenarannya." kata Felix menyindir.

"Chan, ada yang mau lo jelasin ke kita?" kata Somi.

"Heum." Haechan mengangguk.

"Apa? Kita nungguin lho." Desak Yeri. Dia sangat penasaran dengan kebenaran ini, kedua sahabatnya pun juga demikian.

"Gue hamil." cicit Haechan pelan. Ketiga serangkai itu pun terkejut. Rasanya Felix ingin memukul wajah Haechan.

"Bohong lo! Gak usah ngeprank kita anjir. Lo bukan Atta Gledek." kata Felix kesal.

Somi dan Yeri tampak menahan tangisnya. Mereka telah menjadi sahabat, teman, kakak, ibu yang gagal menjaga anak kesayangannya.

"Haechan berkata jujur. Itu anak saya." kata Mark melanjutkan.

Bugh

"Brengsek lo anjing!" Felix memukul wajah Mark dengan pukulan yang lumayan keras. Jangan anggap Felix lemah walaupun dia uke tapi dia juga tetap laki-laki.

Sudut bibir Mark mengeluarkan darah. Tapi ia tak membalas pukulan Felix karena ia tahu bahwa dirinya lah yang salah disini. Haechan, Somi dan Yeri terkejut atas tindakan Felix.

"Felix, kok lo pukul Mark sih?" kata Haechan syok.

"Itu belum seberapa anjing. Rasanya pengen gue bunuh orang yang udah ngerusak lo."

"Sabar Lix, nih minum dulu. Kita bicarakan baik-baik." kata Yeri sambil mengusap punggung Felix.

"Hm. Maaf Mark atas pukulan tadi tapi lo emang pantes dapetinnya." Mark pun mengangguk.

"Jadi gimana plan kedepannya? Kalian bakal nikah? Gimana sekolah Haechan?" tanya Somi.

"Untuk pernikahan masih kami bicarakan dengan keluarga. Haechan masih bisa sekolah sampai kandungannya tampak membesar." kata Mark menjelaskan.

"Som, Yer, Lix, maafin gue ya, hiks." kata Haechan sambil terisak. Lelehan air mata keluar mengalir dipipinya. Yeri menghampiri Haechan dan memeluknya erat.

"Hei baby boy, gak usah cengeng. Kita selalu maafin lo. Kita akan selalu ada disamping lo. Kita kan bestie. Jadi gak usah banyak drama deh lo. Yang terpenting sekarang jaga keponakan gue baik-baik! Jangan sampai sakit, awas aja lo!" kata Yeri.

Mendengar ucapan Yeri, tangis Haechan semakin deras. Ia tak menyangka bahwa sahabatnya bisa menerima keadaannya dengan baik. Kecewa sudah pasti, namun mereka lebih memilih menerima Haechan saat ini. Nasi sudah menjadi bubur.

"Yaelah cengeng banget lo. Mark, jangan mau sama Haechan, dia cengeng terus makannya banyak. Bisa rugi lo kalau jadi nikah sama dia." kata Somi.

"KOK LO GITU SIH SOM, KITA KAN BESTIE. GAK ADA ADAB LO BEGITU YA!!"

Mark melihat interaksi keempat sahabat itu. Ia bersyukur bahwa Haechan memiliki sahabat seperti mereka. Tapi ia masih memikirkan bagaimana bisa Haechan menahan gunjingan dari teman sekolahnya jika mengetahui Haechan tengah hamil. Bisa jadi Haechan akan merasa tertekan dengan bullyan itu dan menjadi stress.

"Mark.." sebuah panggilan terdengar, Felix memanggilnya.

"Tolong jaga Haechan baik-baik. Gue percaya sama lo. Jangan sampai rusak kepercayaan gue. Kalau sampai lo bikin Haechan nangis, abis lo sama Changbin." kata Felix serius. Ia tak segan-segan menyingkirkan Mark jika terjadi sesuatu dengan sahabatnya itu.

"Kok Changbin sih?" kata Somi.

"Mana bisa gue lawan dia sendiri anjir, pacar gue kan kuat, yaudah suruh dia aja yang maju." kata Felix.

"Utututu sayang Felix!!!! Sini peluk!!!!" kata Haechan.

"Idih najis." tapi Felix menghampiri Haechan dan memeluknya erat.

Di sisi lain, Jeno menatap mereka dengan pandangan sulit diartikan. Ia tersenyum tipis.

Chan, aku juga pasti akan menjagamu. Percaya padaku, Bear.

-tbc-

Awas aja lo pada pada nagih lagi buat update, xixixi

MORE AND MORE [MARKHYUCK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang