Bab 11

58.7K 4.6K 698
                                    

Haechan menatap papanya dengan pandangan tidak suka. Ia sungguh kesal dengan papanya saat ini. Ingin rasanya ia melemparkan pie susu dihadapannya ke wajah papanya. Namun itu hanya hayalannya saja, tentu saja ia akan digantung oleh sang papa jika benar hal itu terjadi.

Bagaimana tidak ia tak kesal? coklat yang ia simpan di dalam lemari pendingin raib sekejap mata. Haechan sangat suka coklat. Sang mama biasanya menyetok coklat itu untuk sang putra. Sungguh Haechan tidak bisa berbagi dengan siapapun.

"Papa! Kok coklat Echan di makan sih?" Kata Haechan kesal. Ia merenggut tidak suka.

"Papa kan laper, terus lihat coklat kamu, jadi papa makan." jawab Papa Johnny santai.

"Ihhh! Sebel sama papa!" Haechan menghentakkan kakinya, sudah dipastikan ia sedang merajuk pada Johnny.

Ten menatap kedua orang yang disayanginya hanya terkekeh pelan. Ia sedang memasak makan malam untuk keluarganya. Ia dibantu oleh anak sulungnya, Hendery.

Jangan kalian kira Hendery orang yang mageran, diantara orang rumah, hanya dia yang paling rajin membantu sang mama.

"Bang, anterin beli coklat yuk?" ajak Haechan sambil memeluk lengan Hendery yang sedang menggoreng ikan.

"Lepasin abang, Chan. Nanti kamu kena minyak." kata Ten.

"Gak, mager." jawab Hendery melanjutkan menggoreng ikan. Haechan semakin kesal sekarang.

"OH GAK ADA YANG SAYANG ECHAN SEKARANG. YAUDAH ECHAN PERGI AJA!" Haechan mengambil ponsel dan dompetnya lalu pergi keluar rumah.

"ECHAN MAU KEMANA?" teriak Ten dari arah dapur.

"BELI COKLAT SENDIRI! SEMUA JAHAT SAMA ECHAN!!! POKOKNYA ECHAN KESAL!!!"

Akhirnya Haechan menuju minimarket didaerah rumahnya. Saat ini ia memakai piyama bermotif beruang, itu membuat pengunjung minimarket menatapnya sedari tadi.

Tapi Haechan tak ambil pusing dengan orang-orang karena ia memang tidak tahu malu dan bar-bar. Tetapi dengan Haechan memakai piyama membuat ia semakin lucu dan menggemaskan.

Saat memilih memilih coklat yang akan dibeli, tiba-tiba ada seorang anak perempuan sekitar umur 6 tahun menghampirinya.

"Kakak beruang." panggil anak perempuan itu lucu. Haechan yang dipanggil kakak beruang oleh anak otu pun mengucut kesal.

"Kakak bukan beruang. Panggil kak Chanie saja ya?" kata Haechan sambil mengelus kepala anak itu.

"Hehe, kak Chan lucu deh. Ara suka!" Ah, sungguh gemas sekali! Ingin rasanya Haechan membawa anak ini pulang dan diadopsi menjadi adiknya.

"Nama kamu Ara? Ara juga cantik."

"Ara dengan siapa? Kenapa menghampiri kak Chan?" tanya Haechan. Ia bingung, tidak mungkin Ara di minimarket sendirian.

"Ara dengan kakak. Tapi Ara cari kakak tidak ada. Terus Ara liat kakak beruang, jadinya Ara kesini. Hehehe."

Haechan bingung karena Ara kehilangan kakaknya, jadi ia putuskan untuk menemani Ara didepan minimarket sambil menunggu kakaknya.

Setelah membayar belanjaannya, Haechan dan Ara duduk didepan mini market, kebetulan tidak disediakan tempat duduk, jadinya mereka mengemper.

"Ara mau coklat?" tawar Haechan. Ia memberikan coklatnya pada Ara, sedangkan Ara pun mengangguk senang. Ia mengambil coklat tersebut dan langsung memakannya.

"Ara sangat senang, kakak tidak pernah membelikan Ara coklat karena takut gigi Ara ompong. Terima kasih kakak beruang." senyum Ara mengembang.

"Memang benar sih kata kakak, kalau terlalu banyak makan coklat membuat gigi kita ompong." lanjutnya.

"Kakak beruang jangan bilangin kaka Ara ya!" Haechan hanya mengangguk.

"Ara!"

Tiba-tiba ada yang memanggil nama Ara. Mereka pun menoleh. Haechan menyengit pelan. Ia kenal dengan orang ini, kakak Ara.

"Mark?"

"Kakak!!!" Ara menghampiri Mark dan langsung memeluknya erat.

"Chan? Kenapa Ara bisa denganmu?" tanya Mark. Ia sangat khawatir karena tidak menemukan Ara ditempatnya.

Padahal Mark sudah memberi tahu Ara agar menunggunya karena ia ingin ketoilet sebentar karena panggilan alam.

"Ah, tadi Ara menghampiriku dan bilang kalau ia kehilangan kakaknya, jadi aku tunggu saja disini."

"Terima kasih, Chan sudah menjaga Ara." Haechan pun mengangguk gemas.

"Jadi Ara adikmu?" tanya Haechan.

"Nanti akan aku jelaskan. Kau tidak pulang?" Tanya Mark. Haechan menepuk jidatnya.

"Ah iya, aku harus pulang."

"Mau ikut bersamaku? Aku akan mengantarkanmu."

Mana bisa Haechan menolak tawaran yang sangat menguntungkan. Hehe.

"MAU!!!"

Akhirnya mereka menuju parkiran. Ternyata Mark membawa mobil. "Tumben bawa mobil." kata Haechan.

"Soalnya Ara tidak kuat angin malam. Jadinya harus pakai mobil." jawab Mark.

Mereka akhirnya menaiki mobil dan melajukannya. "Aku antar Ara dulu ya?" Haechan pun mengangguk.

Jalanan pun terlihat lenggang, hingga sampai dirumah Ara. Mark menggendongnya ke dalam rumah. Haechan hanya menunggu dalam mobil.

"Jadi mereka tidak tinggal bersama?" guram Haechan.

Tak lama Mark datang dan memasuki mobilnya. "Maaf jika menunggu lama." kata Mark.

"Tidak apa kok. Kalian tidak tinggal bersama?" tanya Haechan penasaran.

"Hm, Ara adik angkatku. Aku tinggal diapartemen." Haechan hanya mengangguk saja.

Suasana didalam mobil terasa sepi. Jalanan juga tidak banyak kendaraam berlalu lalang. Haechan bosan, ia melirik Mark disampingnya.

Tampan sekali!

Ide gila muncul didalam otaknya. Tangan Haechan menggerayang dipaha milik Mark. Ia meremasnya pelan. Kemudian tangannya naik keatas hingga pada gundukan yang besar.

"Diam atau kau akan mendapatkan hukumanmu, sayang."

-tbc-

Maap guys, aku mau uas, jadi tugas makin banyak, hahaha. Deadline ((:

MORE AND MORE [MARKHYUCK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang