Haechan saat ini tak tahu lagi harus melakukan apa. Ia ingin kabur, tetapi sebuah tangan melingkar dipinggangnya erat. Apalagi saat ini ia berada di atap sekolahnya.
Mari kita flashback...
Hari ini sebenarnya Haechan libur karena diumumkan oleh pihak sekolah bahwa akan diadakan rapat antar guru dan pemegang yayasan.
Tetapi, entah kenapa ada lelaki yang Haechan malas temui tiba - tiba datang ke rumahnya dan menyeretnya kesini. Orang itu adalah Mark Lee.
Belum lagi setelah perdebatan yang mereka lalui, entah Haechan yang menolak mentah - mentah permintaan Mark dengan segala alasan dan ketusnya.
Saat itu orang tua Haechan juga sedang tidak ada dirumah, Hendery juga sedang mengapeli kekasih hatinya, jadi ia sendirian dirumah.
"Apaan sih? Ngapain kita kesini?" kata Haechan ketus. Mark menyengit pelan. Ia meraih tangan milik Haechan.
"Seharusnya aku yang bertanya, kenapa kau bersikap seperti ini padaku?" tanya Mark.
"Bersikap seperti apa yang kau maksud?" kata Haechan sambil menatap tajam Mark.
"Kau mengacuhkanku, bahkan mendiamiku. Pesan pun hanya dibaca saja. Apa salahku?"
"Sudahlah! Aku tak mau membahasnya!"
"Jelaskan apa kesalahanku, Chan! Jangan mencoba lari dari masalah! Jangan jadi pengecut." kata Mark tegas. Haechan menatap Mark kesal. Tangannya yang digenggam oleh Mark pun dilepasnya kasar.
"Ya! Aku memang pengecut! Aku kesal melihatmu berciuman dengan wanita itu! Aku mempunyai mata untuk melihatmu sedang berdua ditaman dengan mesra! Aku benci itu! Seenaknya dia mencium milikku!" kata Haechan marah. Ia mengepalkan tangannya erat untuk menyalurkan emosinya.
"Karena itu saja?" kata Mark santai.
"Hah? Kau bilang karena itu saja? Aku cemburu sialan! Aku marah! Aku benci padamu!" Haechan tak habis pikir, kenapa Mark malah mengatakan hal seperti itu? Bagaimana ia bisa sesantai itu saat mengucapkannya. Apakah ia tak memikirkan perasaan Haechan?
"Sekarang dengarkan aku. Biarkan aku menjelaskannya. Saat itu memang Mina menciumku, tetapi aku mendorongnya karena ia sangat tidak sopan. Dia menyatakan perasaannya padaku, tetapi aku menolaknya karena aku hanya mencintaimu. Mungkin kau melihat hanya bagian itu saja." jelas Mark. Haechan menatap Mark untuk mencari kebohongan dimatanya, nihil Mark berkata jujur.
"Tapi kenapa kau menghindar dariku?" kata Haechan pelan.
Mark pun menghela nafas pelan. Ia menatap Haechan dalam. "Aku bingung, Chan."
"Bingung kenapa?" tanyanya penasaran.
"Aku bingung harus berbuat apa. Kau kekasihku, walau sebenarnya aku hanya selingkuhanmu saja. Aku tidak mau menjadi selingkuhanmu! Aku mau kau menjadi milikku seutuhnya, Chan! Tidakkah kau memikirkan perasaanku juga? Apakah hanya aku yang harus memikirkan perasaanmu? Kau egois!"
Mark mengungkapkan semua isi hatinya selama ini. Semua kegundahan dalam hatinya yang ia simpan sendirian, akhirnya tersampaikan. Haechan mendengar kata - kata Mark pun terkejut.
"Kau cemburu melihatku dengan orang lain, bersama Mina, tetapi apakah kau tahu, aku juga cemburu melihatmu bersama kekasihmu itu? Setiap hari aku melihat kemesraan kalian berdua, apakah kau memikirkan perasaanku? Ku pastikan, tidak. Hahaha."
"Jadi apa maumu sekarang?" tanya Haechan pelan. Ia pun menunduk tak berani menatap Mark yang sedang tersulut emosi.
"Kau harus memilih, Chan." kata Mark datar. Kepala Haechan mendongkak.
Memilih?
"Ya, kau harus memilih antara aku atau Jeno."
Haechan bingung. Ia bingung memilih antara mereka berdua. Jeno adalah kekasihnya, Mark pun begitu. Mereka berdua mempunyai tempat di hati nya. Apakah ia bisa memilih?
Tidak, ia tidak bisa memilih.
"Aku... aku tidak tahu, Mark." kata Haechan pelan. Air matanya sudah lolos begitu saja dipipinya.
"Aku bingung. Aku juga tidak tahu harus melakukan apa. Ini semua salahku karena menggodamu duluan. Tapi aku juga mencintaimu, Mark. Bagaimana ini? Aku bingung, Mark. Maafkan aku, hiks."
Haechan menangis dihadapan Mark. Ia sungguh bingung dengan semua ini. Haechan akui bahwa ialah yang memulai permainan ini, tetapi ia malah terjebak kedalam permainannya sendiri.
Karma is real, right?
Mark menghela nafas pelan. Ia tak bisa melihat Haechan menangis seperti itu. Ia pun memeluk sang kekasih. Tangannya membelai pucuk kepala Haechan.
"Sstt. Berhentilah menangis. Kau tahu kan jika kau menangis wajahmu akan semakin jelek?" canda Mark, mungkin saat ini ia harus menepikan egonya dulu dan lebih memilih Haechan.
"Hiks. Jahat sekali kau!" ucapnya serak.
Mark terkekeh pelan. Ia melepaskan pelukannya dan menarik Haechan untuk duduk di bangku yang sudah disediakan di atap sekolah.
"Duduklah." Haechan pun mendudukkan dirinya disebelah Mark.
"Haechan." panggil Mark. Haechan pyn menoleh.
"Berjanjilah padaku untuk tidak menangis lagi. Kau harus mengabulkannya. Anggap saja ini sebagai hadiah ulang tahunku darimu."
Haechan terkejut. Mark hari ini ulang tahun? Ia bahkan tidak tahu hal ini! Ia benar - benar kekasih yang buruk!
"Ah.. maaf Mark aku tidak tahu jika kau ulang tahun sekarang. Sebagai kekasihmu aku merasa buruk sekali. Aku bahkan tidak tahu tanggal ulang tahunmu." mata Haechan kembali berair.
"Kabulkan permintaanku ya? Jangan menangis lagi." Haechan mengangguk. Tangan Mark menghapus sisa - sisa air mata milik Haechan.
"Selamat ulang tahun, sayang." Setelah mengucapkan kalimat itu, bibir Haechan bertemu dengan bibir Mark. Ia melumat bibir Mark dengan penuh cinta.
Tuhan, dihari ulang tahunku, aku ingin meminta satu hal pada-Mu. Aku tahu aku egois, tetapi aku ingin Haechan menjadi milikku selamanya.
-tbc-
saengil chukkae uri Markeu~
maap guys bru up sekarang, kemarin kuota aku abis dan gak ada yang mau nyumbang hotspot sama aku ):
KAMU SEDANG MEMBACA
MORE AND MORE [MARKHYUCK]
Fanfictionyou don't say more, more and more. WARNING⚠️🔞🌚