Saat ini Haechan sedang duduk di sofa sambil memainkan ipad miliknya. Ia sedang fokus mencari baju dan peralatan bayi lainnya di online shop orange tersebut.
"Kira-kira adek lelaki atau perempuan ya? Baju bayinya lucu banget warna pink, tapi kalau beli ini, takutnya adek lahirnya laki-laki."
Haechan bingung sekarang. Ten dan Johnny sedang keluar untuk berkencan. Kata mereka sih, emangnya kalau sudah tua tidak boleh mesra mesraan? Masa kalah sama yang lebih tua sih, calon suamimu mana? Suruh ngapel dong!
Tajam sekali mulut sang ibu, setajam silet, tapi benar juga perkataan Ten, mengapa ia tak menyuruh Mark kemari? Ia kan juga ingin bermesraan!
"Telepon atau chat saja ya? Hm, kangen.."
"Ingin menghubungi siapa?" Ucap seseorang yang baru saja masuk ke dalam ruanh tamu.
"Kenapa kesini?" tanya Haechan sinis. Sungguh tsundere sekali si manis ini padahal tadi ada yang bilang kangen.
"Memangnya tidak boleh aku bertemu denganmu dan adek?" Lelaki itu adalah Mark. Ia baru saja datang setelah mengurus hama yang menganggu kehidupannya, seperti Kang Mina.
Gadis itu sudah ia urus dengan apik berkat bantuan anak buah dan ayahnya. Ia menjauhkan gadis itu beserta keluarga dari jangkauannya. Cukup sudah karena Mina, Haechannya marah hingga hampir saja membunuh gadis itu.
"Hm, ya. Sudah kau makan bekalmu?" tanya Haechan. Jujur saja ia mulai cerewet jika berhubungan dengan kesehatan Mark. Setelah kejadian Felix yang lepas kontrol, ia sudah berbaikan dengan Mark. Pernikahan mereka pun akan tetap dilanjutkan dengan kesepakatan bersama. Mungkin ada beberapa yang akan di modifikasi lagi sesuai dengan keinginan keduanya.
"Sudah, setelah meeting tadi." Mark duduk disebelah Haechan sambil menyenderkan bahunya.
Tangan Haechan pun tak tinggal diam, ia mengelus pipi Mark yang sedang memejamkan matanya. Setelah itu elusan itu turun ke dagu yang masih dihiasi oleh rambut-rambut halus. Rasanya sedikit kasar namun sangat menggoda.
"Mark, janggutmu sudah tumbuh lagi. Kau harus bercukur." kata Haechan tak lupa dengan tangan yang masih setia mengelus dagu Mark.
"Malas. Kau saja yang mencukurnya."
Haechan mendecak kesal, namun ia juga kasihan melihat Mark yang sedang kelelahan.
"Hm, baiklah."
***
Alat pencukur sudah ada ditangan Haechan, namun ia tampak kesusahan karena Mark lebih tinggi darinya.
"Ck, kenapa kau tinggi sekali sih!" gerutu lelaki manis itu. Mark yang melihat itu hanya terkekeh pelan. Ia pun mengangkat Haechan dan mendudukkannya di atas wastafel.
"Ehh"
"Sudah kan? Kau bisa mulai mencukur sekarang." kata Mark.
Haechan mulai mengambil cream pencukur dan mengoleskannya ke dagu sang kekasih.
"Kau tahu Mark, sebenarnya kau sangat sexy dengan janggut ini. Apalagi saat berciuman, rasanya geli karena ada yang menusuk wajahku." katanya sambil mencukur.
"Lalu kenapa kau malah menyuruhku mencukur?"
"Aku hanya risih melihatmu dengan janggut, kurang rapi saja."
Setelah itu Haechan menyelesaikan semuanya hingga janggut Mark sudah bersih tanpa ada rambut tipis lagi.
"Akhirnya selesai juga!" pekik Haechan senang. Ia menggantungkan tangannya ke leher Mark lalu menempelkan dahi mereka.
"Aku ingin cium, boleh?"
Mendengar pertanyaan sang kekasih, tanpa basa-basi ia mencium Haechan. Bibir mereka mulai melumat satu sama lain, lidah Mark pun mulai masuk. Haechan juga tak diam saja, ia membalas ciuman Mark dengan brutal. Lidah mereka saling bergelut seolah mencari siapa pemenangnya.
Sepertinya Haechan akan kalah, ia butuh bernafas sekarang. Ciuman pun terlepas dan membuat keduanya terengah-engah. Haechan memeluk dan mencium leher Mark hingga meninggalkan tanda kemerahan disana.
"You're mine."
"I'm yours."
-tbc-
KAMU SEDANG MEMBACA
MORE AND MORE [MARKHYUCK]
Fanfictionyou don't say more, more and more. WARNING⚠️🔞🌚