Bab 9

88K 4.5K 967
                                    

Malam ini terlihat begitu indah. Bulan berbentuk sabit dengan bintang disekelilingnya sungguh menakjubkan menghiasi langit malam yang gelap gulita.

Terlihat seorang lelaki manis yang berdiri menanti kehadiran seseorang yang berstatus sebagai kekasihnya. Ya, Haechan sedang menunggu Jeno yang baru saja sampai di Seoul.

Saat ini Haechan sedang di bandara untuk menjemput Jeno yang datang dari Jeju. Ia sangat merindukan kekasihnya yang tampan. Sudah lama ia tak melihat senyuman dari Jeno.

Matanya menangkap seseorang yang baru saja keluar dengan memakai kaos tanpa lengan dan kacamata yang menggantung dikaosnya. Ah dan juga membawa sebuket bunga mawar yang indah.

Itu kekasihnya, Lee Jeno.

Haechan menatap Jeno tidak suka. Ia melihat penampilan kekasihnya dari ujung kepala sampai kaki. Otot lengan yang kekar, rahang yang tegas.

Sangat sempurna!

Namun ia tak rela jika semua orang memperhatikan kekasihnya! Tubuh itu hanya bisa dinikmati olehnya.

Jeno menghampiri Haechan dan langsung memeluknya erat.

"Hai sayang. Ini untukmu." sapa Jeno dan langsung memberikan sebuket bunga yang ia bawa sedari tadi.

"Terimakasih sayang." kata Haechan sambil tersenyum manis. Lalu ia ingat lagi dengan kekesalannya tadi.

"JENO! MAKSUDMU APA? HAH?!" kata Haechan kesal sambil menghentak-hentakkan kakinya.

Jeno menyengit pelan. Padahal baru saja kekasihnya itu bahagia saat ia berikan bunga, lalu kenapa sekarang malah terlihat kesal dan marah?

"Hah? Ada apa sayang? Kenapa kau terlihat marah begitu?" tanya Jeno bingung.

"KENAPA PAKAI BAJU KAYAK GINI? MAU PAMER BADAN? MAU TEBAR PESONA?!" Jeno yang mendengar ucapan Haechan pun terkekeh pelan.

Ah ternyata ia tahu masalahnya, kekasihnya kesal melihat dia memakai baju tanpa lengan karena tak suka miliknya diperhatikan orang lain.

"Hehehe, maaf sayang. Tadi di Jeju sangat panas, makanya aku memakai pakaian ini. Aku akan memakai hoodie ku sekarang." Jeno pun membuka tas yang ia bawa dan mengenakan hoodienya agar Haechan tak marah lagi padanya.

"Maaf ya sayang, aku janji tidak akan membiarkan tubuhku menjadi tontonan orang. Aku hanya milikmu seorang." kata Jeno sambil memeluk Haechan.

"Iya, kau hanya milikku!" katanya sambil membalas pelukan Jeno.

Akhirnya mereka pun melepas pelukan dan beranjak untuk pulang ke apartemen milik Jeno.

"Sayang." panggil Jeno.

Saat ini mereka sedang menuruni eskalator. Haechan yang disebelahnya pun menoleh.

"Ada apa?"

"Aku sangat mencintaimu. Jangan pernah meninggalkanku, ya?" Tangannya menggenggam tangan Haechan. Ia menatap kekasihnya dengan penuh cinta.

Haechan pun mengangguk. "Pegang janjiku baik-baik. Aku tak akan meninggalkanmu."

***

Pipi Haechan bersemu merah saat ini. Ia menatap sebuah kalung perak yang berliontin bunga matahati. Sangat indah!

Sungguh Jeno benar-benar memberikan sebuah kejutan untuknya. "Apakah kau menyukainya?"

Haechan langsung memeluk Jeno erat. "AKU SANGAT MENYUKAINYA! TERIMAKASIH SAYANG!!!"

"Kalung ini sangat cocok untukmu."

"Jelas! Apapun yang aku pakai itu selalu cocok untukku. Aku akan pamer pada Renjun, pasti mulut tajamnya itu akan mengumpatku habis-habisan. Ah, aku jadi merindukan si mulut pedas macam cabai itu."

Haechan membayangkan bagaimana Renjun akan mengumpatinya dengan kata-kata kasar setelah ia pamer kalung ini.

"Persahabatan kalian sungguh unik ya. Kalian seperti kucing dan tikus, selalu bertengkar jika bersama tetapi rindu jika tak bertemu."

"Entahlah, aku sangat senang jika bertengkar dengan Renjunie. Bahkan jika aku tak bertengkar sehari itu membuatku kesepian. Aku sangat menyayanginya." kata Haechan sambil tersenyum manis.

"Jangan sampai bertengkar masalah serius ya sayang." kata Jeno sambil memasangkan kalungnya di leher Haechan.

Wajah Jeno mendekat kearah leher mulus Haechan. Bibirnya menyentuh dan menyesap leher mulus kekasihnya.

"Aku mencintaimu, Lee Haechan." bisiknya.

"Ahhh..."

-tbc-

MORE AND MORE [MARKHYUCK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang