[ 3 ] kalian wow banget.

669 88 30
                                    

"Piring banyak banget di dapur, nggak mungkin kerjaan kamu di rumah cuma belajar terus, ada waktu senggang 'kan? Buktinya kamu bisa makan dulu, mandi dulu. Coba urusin dulu tuh dapur, tadi aja Tante liat banyak juga pakaian yang belum di cuci." Jelas Tante Laila. "Nyuci baju bisa pake mesin cuci jadi gak makan banyak waktu, nyuci piring juga sebentaran. Coba deh, nanti-nanti urusin dapur. Kamu 'kan udah besar, Rain." Tambahnya.

Raina yang tengah duduk di kursi belajar membelakangi Tante Laila dengan mata yang terpejam, telinga nya merasa pengang mendengar perkataan beliau.

"Iya, nanti Raina beresin." Raina menunduk, sedikit meremas kepalanya yang pening sekali.

Tante Laila bangkit dari duduknya, agak menjauh dari sisi kasur yang sedari tadi beliau duduki.

"Kebiasaan kamu mah, Rain. Iya-iya tapi ujungnya apa? Mama kamu lagi yang cape ini-itu, kamu emangnya nggak kasian liat mama kamu pulang kerja langsung beresin rumah?"

Raina diam, membuka matanya sesaat dirasa sakit pada kepalanya agak reda. Raina berpura-pura menulis sesuatu dibuku.

"Denger nggak sih, Rain?" Tante Laila meninggikan suaranya, merasa jengkel karena Raina diam saja.

"Raina denger, Tan."

Tanpa mengatakan apapun lagi, Tante Laila keluar dari kamar Raina, membuat Raina menghela nafas panjang.

Tante Laila itu kakak Mama nya Raina, beliau tinggal di samping rumah Raina. Beliau sering ke rumah Raina hanya untuk memastikan Raina tidak hanya berdiam diri saja di rumah.

Mama Raina alias Mama Risa- beliau bekerja di salah satu kompeksi yang cukup jauh dari rumah mereka. Mama Risa juga tidak menggunakan kendaraan, beliau berjalan kaki pulang dan berangkat kerja.

Dan sekarang di hari Minggu, mama Risa tetap bekerja. Lumayan katanya, nambah-nambah penghasilan.

Raina meletakkan pulpen yang ia genggam, membereskan buku-bukunya yang berserakan di meja belajar.

"Ku ingin kaya, supaya bisa membanggakan orang tua," Ucap Raina dengan bernada.

"Mengapa kamu ingin kaya?"

"Agar tidak miskin." Sambungnya dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.

Raina terkekeh sendiri mendengar celotehan nya yang ngawur. "Gila nih gue,"

Raina bangkit dari duduknya, keluar kamar dan mendapati Aaracia, adik perempuannya sedang duduk di sofa menghadap TV yang menayangkan kartun kesukaan anak itu.

"Hari Minggu nganggur gini si bos, gak sibuk bos?" Tanya Raina, duduk di samping Aaracia yang masih fokus pada Televisi.

"Iri? Bilang bawahan!" Jawab adik Raina yang bernama lengkap Aaracia Rahdian putri. Raina menjitak kepala Aaracia pelan dan terkekeh karena tingkah gemas adiknya.

Raina memilih untuk segera ke dapur, mencuci piring, mencuci baju, lalu setelahnya membersihkan rumah.

Raina menghela nafas panjang, memasukan semua pakaian kotor pada mesin cuci dan menuangkan deterjen secukupnya.

"Nih ya Tan, Raina itu niat awal juga emang mau beresin rumah, cuma mau belajar dulu, nanti siang baru lanjut nyuci biar bisa langsung mandi terus rebahan. Tante datang kenapa selalu di waktu yang nggak tepat, sih." Celotehnya, memasukan air pada mesin cuci dengan kesal.

"Apa gue kalo beres-beres rumah harus bilang dulu 'Tante, Raina beresin rumah nih, catet tanggalnya, ya.' Begitu?"

"Marah-marah mulu, tuh ada tamu." Aaracia datang dengan sedikit berlari.

Bukan Aphrodite  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang