"Lo anjing!"
Raina menatap datar pada adik laki-lakinya yang kini berdiri tegap di hadapan perempuan ini. Tanpa mempedulikan jam yang sudah menunjukan pukul setengah tujuh pagi, mereka berdua masih tetap dengan posisi seperti itu.
Rizki mengepalkan tangannya di samping celana seragam berwarna biru tua itu. Menahan segala emosi yang dia pendam sejak ibunya pergi kerja.
"Kenapa lo bilang sama mama?"
"Mama berhak tau gimana bego nya lo. Ngasih duit jutaan yang udah lo kumpulin dari lama demi temen yang sama sekali gak guna, bisa nya cuma nyusahin aja." Jawab Raina, kakak Rizki ini menatap lurus pada netra cokelat terang di hadapan nya.
"Salah gua ngasih pinjem duit buat temen gua sendiri? Raka lagi butuh. Lagian itu duit gua, gak ada sepeser pun gua minta sama mama."
"Butuh kata lo? Dia ngasih duit lo buat bapaknya judi, Rahdian!"
Rizki memalingkan wajah sesaat dengan wajah yang sudah memerah. Permasalahan uang tabungan yang sudah Rizki berikan cuma-cuma pada teman dekatnya ternyata di ketahui oleh Raina.
Karena itu, Raina memberitahu mama Risa bahkan tante Laila pun mengetahuinya. Rizki di omeli habis-habisan oleh keluarga lelaki itu. Dan Rizki, menyalahkan Raina karena perempuan itu yang sudah menyebarnya.
"Lo tau gimana kesiksa nya Raka waktu bapaknya pulang minta duit. Lo punya hati gak, sih?" Rizki memiringkan kepala ke samping dengan pertanyaan lirih.
"Hati gue udah mati." Kata Raina. "Lo udah jual motor, laptop dan sekarang ngasih duit jutaan cuma buat modal main judi bapak dia? Di mana otak lo, Rahdian! Lo ikut kena dosanya, bego!"
"Karena Raka temen gua, gak ada yang salah."
Raina tidak habis pikir dengan jalan pikiran adiknya ini. Mengorbankan barang berharga demi seorang teman yang bahkan tidak diketahui asal-usulnya.
"Ada. Dia cuma temen lo, kenal aja baru beberapa bulan. Lo gak seharusnya kayak gitu amat, kalo-" Ucapan Raina terhenti akibat pekikan Rizki yang lantang. Bahkan, Aaracia yang sejak tadi berdiri di ambang pintu menyaksikan kedua kakak nya beradu mulut itu gemetar.
"LO GAK PERNAH NGERASAIN RASANYA PUNYA TEMEN ANJING! LO GAK PUNYA HATI RAINA! LO GAK AKAN PERNAH NGERTI!"
Raina terkekeh pelan mendengar itu. Kesekian kalinya Rizki menuduh jika Raina tidak punya hati. Dan sekarang, adiknya itu berkata jika Raina tidak pernah punya teman.
Raina menarik nafasnya dalam-dalam, melirik Aaracia yang tengah mematung di ambang pintu kamar perempuan ini.
Raina mengambil tas sekolah miliknya yang semula berada di atas tempat tidur dan mengambil kunci yang menggantung di dekat meja belajar.
Memilih untuk mengabaikan Rizki, Raina yang juga sudah siap dengan seragam sekolah itu berjalan menghampiri Aaracia yang memakai seragam merah putih. Meraih tangan mungil itu untuk ikut pergi bersamanya.
"Kabarin gue kalo Raka ngilang sama bapak nya." Raina menutup pintu kamar dengan kencang tanpa mempedulikan adik laki-lakinya yang masih berdiam di dalam kamar.
***
Setelah mengantar Aaracia ke sekolah bocah itu, Raina menjalankan motor dengan kecepatan di atas rata-rata. Jarak sekolah Aaracia dan sekolah nya cukup memakan banyak waktu. Apalagi tadi sempat macet.
Gerbang sekolah masih terbuka lebar walaupun sudah sepi. Namun, tidak bisa membuat Raina bernafas lega karena guru yang sering berjaga di ruang piket melihat kedatangan nya yang sangat terlambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Aphrodite ✔️
FanfictionKata siapa orang cantik selalu jadi prioritas? Kata siapa orang cantik selalu dapat keberuntungan? Kata siapa orang cantik selalu banyak teman? Apa salah mempunyai wajah cantik dan kepintaran? Orang-orang selalu menyamakan nya dengan dewi cinta d...