"WOY TETANGGA! KALO MAU NYAPU TUNGGU KELUARGA GUA SENYAP, JANGAN LU NYAPU PAS KELUARGA GUA LAGI PADA NGERUMPI DI TERAS! TENGAH MALEM KEK NYAPU TUH BIAR JIN DOANG YANG MUJI LU!" Teriak Raina mengarah pada rumah depan yang terdapat perempuan sedang menyapu.
Perempuan bernama Winda itu menatap Raina dengan takut, dia tidak berani untuk melawan.
"NGAPA MAU PROTES? GUA LEBIH TUA SATU BULAN DARI LU YE."
Winda memilih untuk menyudahi acara menyapu teras rumahnya, takut jika Raina menghampiri. Winda masuk ke dalam rumahnya, menutup pintu dengan kencang dan terburu-buru.
Raina memandang remeh, Winda itu orang yang mudah di gertak, terlalu polos dan menyebalkan bagi Raina.
Raina melanjutkan mengelap kaca jendela luar rumahnya dengan perasaan kesal. Marah-marah itu membuat dirinya lapar sekarang.
"Cewek modelan si Winda pasti inceran kakak kelas noh, gampang di buli, kesian dah," Kata Raina sambil menggelengkan-gelengkan kepalanya.
Raina menghentikan kegiatannya untuk sesaat lalu, menatap rumah Winda yang sudah tertutup.
"Si Winda ngadu nggak ya sama orang tua nya? Duh kalo sampe ngadu gue yang kena semprot satu komplek," Lanjut Raina dengan cemas. Raina menggigit bibir bawahnya, "Bodo lah," Finalnya.
Wiper yang sudah perempuan ini naikan untuk mengelap kaca, mendadak berhenti karena suara knalpot motor yang membuat dirinya terkejut.
"NGAJAK GELUD LU BROTHER?" Teriak Raina dengan melengking. Dirinya merasa semakin kesal karena ulah sepupu lelaki nya itu.
"BUKAIN PAGER BEGO!" Teriak balik lelaki yang memakai hoodie berwarna hitam itu.
Raina menghampiri sepupu lelakinya itu dengan kaki yang di hentakkan, membuka pagar dengan sarkas dan sesekali mengeluarkan umpatan tanpa suara.
Lelaki itu menjalankan motornya hingga masuk ke pekarangan rumah Raina. Memarkirkannya asal lalu, membuka helm dan menatap heran Raina yang sedang berjalan menghampiri nya.
"Kenapa lo?" Tanya Dias, sepupu lelaki Raina yang lebih tua dua tahun darinya.
"Apa peduli lo?" Tanya Raina balik. Lagian sih, sok peduli sekali Dias ini.
"Gue nggak peduli, cuma basa-basi aja." Setelah mengatakan itu Dias memasuki rumah Raina dengan wajah santainya.
Rasanya Raina ingin sekali menendang motor matic milik Dias hingga tidak berbentuk lagi jika bisa.
Raina memilih untuk menyudahi kegiatannya karena sudah tidak mood. Kebiasaan Raina jika sedang bersih-bersih rumah ada yang menganggu pasti ke sananya jadi malas.
"Orang tuh pake motor sport, ini pake motor matic, nggak cool banget lo," Kata Raina duduk di samping Dias yang sedang memainkan Handphone nya.
"Gosah belaga kalo nggak ada duit intinya, buat apa luar nya kayak sultan tapi dompet kosong melompong," Ucap Dias, lelaki ini menyilangkan kedua kakinya membuat Raina berdecih.
"Kalo niat beres-beres rumah itu subuh selepas salat subuh, jangan sore."
Raina tidak menanggapi perkataan Dias yang pasti akan membuat amarahnya memuncak. Perempuan ini merasa haus, rasanya Raina ingin meminum yang segar-segar saat ini.
"Beli Thai tea dong, 'A. Aa 'kan baik sama Rain, Raina doain deh semoga korban php Aa makin banyak." Pinta Raina sambil menoel pundak Dias. Dias mengangguk lalu, mengeluarkan dompet di dalam saku celananya.
Dias mengeluarkan uang senilai lima ribu rupiah satu lembar, membuat Raina mengerutkan alisnya, "Kok cuma segitu, Mana cukup?" Tanya Raina.
Dias menjauhkan sedikit kepalanya ke belakang, mendongak menatap Raina dengan alis yang terangkat satu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Aphrodite ✔️
FanfictionKata siapa orang cantik selalu jadi prioritas? Kata siapa orang cantik selalu dapat keberuntungan? Kata siapa orang cantik selalu banyak teman? Apa salah mempunyai wajah cantik dan kepintaran? Orang-orang selalu menyamakan nya dengan dewi cinta d...