[ 22 ] Karma untuk perbuatan.

161 46 13
                                    

"Piw, cewek."

Seruan dari arah tangga kelas XII membuat Raina semakin menundukkan kepala sambil terus berjalan di antara jajaran para lelaki yang duduk di pinggiran tangga.

"Kagak bisa cemipiw-cemipiw lagi sama Raina, Gas. Dia udah di tandain sama Arga." Celetuk salah satu dari mereka.

Raina yang membawa tumpukan lembaran kertas di tangannya memperlambat langkah kala mendengar sautan dari suara yang berbeda.

"Mainan Arga yang baru maksudnya?"

Anak tangga terakhir yang dia pijaki, Raina benar-benar menghentikan langkah karena sautan lain.

"Cewek bego, cuman karena dia goodlooking mau-mau aja sama cowok bangsat. Giliran yang tulus boro-boro di lirik."

"Raina masih ada, tolol!"

Raina membenarkan letak tumpukan lembaran kertas itu dan segera berbelok menuju kelas XII IPA-2, kelas yang bersebalahan dengan tangga.

Dalam hati Raina sudah mengeluarkan segala macam nama hewan. Benar-benar kesal karena baru saja dirinya disebut bego oleh orang lain.

Tidak tahu-menau dengan faktanya kok langsung beranggapan.

"Kak Haikal!" Panggil Raina pada Haikal yang sedang bermain game di ambang pintu. Raina baru menyadari jika ini kelas Haikal.

Haikal menoleh ke arah Raina yang berdiri agak jauh dari tempatnya, dengan cepat menghampiri Raina dan mengambil alih lembaran kertas yang semula ada di tangan perempuan itu.

"Kata bu Ina ini lembaran ujian harian, bu Ina gak bisa ngajar dulu gak tau kenapa. Kalo udah selesai tolong langsung simpen di meja bu Ina."

Haikal mengangguk di sertai senyuman. "Yoi. Btw, lo sendirian aja?"

Raina meringis saat sadar bahwa dirinya sendiri dan akan bertemu kembali dengan para Kakak tingkatnya yang sedang duduk di pinggiran anak tangga.

Tidak ada jalan lain untuk kembali ke kelas nya, apalagi sekarang masih jam istirahat. Raina semakin malas karena harus berhadapan dengan orang-orang. Juga, semenjak berseteru dengan Anes dan Dinda membuat dirinya di pandang berbeda.

Haikal yang menyadari raut wajah Raina merasa bingung. "Kenapa?"

Raina menggeleng dan pamit untuk segera kembali ke kelasnya. Mau tidak mau Raina harus kembali secepatnya ke kelas dan melewati tangga.

Syukur, kumpulan anak lelaki yang tadi duduk di anak tangga sudah tidak ada. Raina bernafas lega untuk sesaat.

Perempuan ini berbelok ke arah toilet hanya untuk merapihkan pakaian nya. Raina memasuki salah satu bilik kamar mandi dan menutup pintu.

"Si Sisil itu putus sama Abian gara-gara Raina, dan sekarang dia godain si Arga."

Terdengar suara dari luar membuat pergerakan Raina yang semula akan membuka pintu jadi di urungkan. Raina memasang kuping dan duduk di WC duduk yang berada di dalam toilet.

"Gue gak percaya kalo Raina yang hancurin hubungan Abian sama Sisil. Gue tau gimana sikap si Sisil. Dia posesif, egois, makanya Abian gedeg kali. Juga, kalo masalah Arga ya terserah dia mau deket sama siapapun." Jawab lawan bicara perempuan di sampingnya sambil memolesi liptint pada bibirnya.

"Lo tau apa sih, Christiani? Lo gak liat kalo setiap hari aja Raina nempel mulu sama Abian. Dimana letak gak jadi perusak hubungan coba?"

Perempuan yang diyakini bernama Christiani itu memasukan liptint pada saku rok abu-abu nya lalu, menoleh dengan malas ke arah temannya.

Bukan Aphrodite  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang