[ 17 ] Raina pacarnya bang Arga.

271 50 7
                                    

"Lo gak cape?" Rizki bertanya tanpa mengalihkan pandangan nya pada buku novel Raina yang lelaki itu baca.

'Cape' yang di maksud Rizki adalah: ketika pagi hari selepas salat Subuh Raina membereskan rumah, bersekolah dan kembali seperti awal juga malamnya perempuan itu manggung di cafe.

Rizki pikir, itu pasti melelahkan.

"Gak."

Raina memasukkan lipbalm ke dalam tote bag hitam bercorak sepatu miliknya. Malam ini Raina mengenakan kemeja polos berwarna abu muda berlengan panjang dan rok plisket berwarna abu yang lebih tua. Rambutnya dia biarkan terurai.

"Apa duit yang Papa kasih, kurang menurut lo?" Tanya Rizki sambil menyimpan buku novel Raina pada jajaran buku yang tersusun rapi di atas meja.

"Emang Papa kasih duit ke gue?"

Rizki menatap Kakak perempuan nya itu dengan santai. "Gue lupa. Kerjaan lo kan emang ngabisin uang, wajar lo kayak gini."

Raina mengambil kunci motor yang semula menggantung di dekat meja belajar. Motor Raina yang semula masih di sekolah, sore tadi di bawa ke sini oleh Arga.

"Kebalik. Lo yang ngabisin duit. Kerjaan main, pergi sana-sini, biarin duit di pake sama temen dengan alasan kesolidan, bela-belain jual motor, selalu minta di beliin anu beliin itu sama Mama. Bukan nya lo ya—" Raina menjeda ucapan nya. "Kenapa? Lo gak terima?"

Rizki berjalan mendekat ke arah Raina, menunduk untuk menatap Kakak perempuan nya itu.

"Gue pengen bunuh lo."

Raina memalingkan wajah sesaat dengan tertawa sarkas. "Telat. Gue lebih dulu pengen bunuh diri gue sendiri."

"Harus nya lo pergi ke psikiater, lo gila."

"Lo baru tau kalo gue gila?"

Rizki tidak menjawab, hanya menatap Raina dengan tajam. Rizki benar-benar sudah muak dengan Raina yang terus mengungkit perbuatan nya.

Rizki pikir di usia yang baru menginjak remaja tentu wajar jika dia bersikap seperti itu.

Rizki ke luar dari kamar Raina dengan menutup pintu sangat kencang. Berhasil membuat Raina memejamkan mata nya sesaat.

"ANJING LO! LO YANG GILA!" Raina berteriak dengan kencang, nafas perempuan itu tidak beraturan. Rasa nya, Raina seperti menyalurkan sebagian amarah yang selama ini dia pendam.

Raina meraih tote bag dan gitar nya yang berada di atas tempat tidur. Keluar kamar tidak lupa mengunci nya dari luar. Perempuan ini turun dari tangga dengan tergesa, melewati Risa yang baru tiba dari tempat kerja.

"Rain?" Panggil Risa. Namun, anak nya itu tetap berjalan ke luar rumah tanpa mempedulikan seruan nya.

Raina membuka pagar dengan kasar, berjalan menaiki motor yang terparkir di depan halaman rumah nya dan segera memakai helm. Raina menyalakan mesin motor lalu, pergi dari sana.

Dengan pedal gas yang terus dia turunkan, motor Raina melaju dengan kecepatan tinggi. Raina tidak peduli walaupun ini masih wilayah perumahan.

Bukan Aphrodite  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang