[ 48 ] Di kurung atau di dorong?

138 37 7
                                    

Shasha Syakira Itania, perempuan ceria yang selalu menebar senyuman nya pada siapa saja, baik pada orang yang tidak dirinya kenal sekalipun. Sikapnya yang mudah bergaul, membuat perempuan itu mempunyai banyak teman.

Keramahan nya, membuat siapa saja nyaman berada di dekat perempuan itu. Dan karena sikap nya ini, Shasha di ingat oleh seantero sekolah. Bahkan, penjaga kantin sekalipun.

"Gue tau lo kuat, sabar, ya."

Semua hal yang telah terjadi, pasti menyisakan luka bagi perempuan itu.

"Lo anak baik, Sha. Tuhan emang lagi nguji lo kayak gini. Tapi, itu tanda kalo Tuhan emang sayang banget sama lo."

Tempat duduk Shasha yang tengah di kerumuni banyak orang ini benar-benar membuat Raina yang duduk di samping Shasha merasa pengap. Namun, memilih abai dengan semua itu, Raina membaca kembali novel yang sejak tadi berada di genggamannya.

"Bener kata Reva. Kadang, orang yang di beri kepinteran kebanyakan di jauhin temen, orang-orang baik sering di sakitin, orang yang cantik aja keluarga nya hancur. Jadi, lo jangan sedih karena semua ini, lo harus bersyukur apapun yang terjadi. Masih ada yang lebih parah dari lo."

Mendengar kalimat dari seseorang yang berada di hadapannya, Raina menatap perempuan berambut pirang itu dengan datar. Apa perlu, menenangkan seseorang dengan cara seperti itu?

"Makasih udah bikin gue ngerasa gak sendirian." Shasha menundukkan kepalanya, menyeka air mata yang sejak tadi turun.

Perempuan yang berdiri di samping kiri Shasha memeluk perempuan itu.

"Iya, sama-sama. Jangan sedih lagi, ya." Ucapnya.

"Kantin, yuk, Rain." Ajak Lea yang sejak tadi menyimak dengan bakso yang sudah habis.

"Bentar lagi masuk."

"Bentar doang, babe. Ayo, gue laper asli." Lea berdiri dari duduknya, membawa serta mangkuk bakso yang kini tinggal kuah nya.

Raina menatap malas pada Lea. Namun, dirinya pun ikut berdiri. Tatapan nya teralihkan pada Shasha yang kini tengah mengobrol santai, tanpa air mata.

"Sha, Gue mau ke kantin, lo mau nitip?"

Shasha menengadah, perempuan itu menatap Lea sekilas. "Enggak."

Raina mengangguk, perempuan itu mengikuti Lea yang sudah berjalan duluan ke luar kelas.

Mata nya tidak sengaja menatap loker yang berada di samping pintu dan berada di dekat bangku panjang yang selalu di sediakan di setiap kelas.

Biasanya, loker dirinya akan ada beberapa kado yang sengaja di simpan. Dengan penasaran, perempuan itu berjalan mendekat ke arah loker dan membuat Lea yang berjalan di sampingnya menghentikan langkah.

"Mau ngambil apaan?" Tanya Lea, berdiri di samping Raina yang sudah membuka pintu loker miliknya.

Dirinya memang belum pernah mengunci loker miliknya karena, tidak ada barang apapun yang Raina simpan juga, Raina selalu lupa membawa kunci nya.

"Keren, ada cokelat." Lea mengambil satu cokelat dengan berbinar. "Buat gue, ya." Pintanya.

"Gak." Raina merebut cokelat itu kembali, menatap Lea dengan sinis.

Raina akan melihat tanggal kadaluarsa makanan itu dan memastikan keamanannya. Rencana nya, semua cokelat batang yang berada di loker ini akan dirinya berikan pada Adiknya.

"Lo pelit! Emang paling anti banget sama yang namanya berbagi!"

"Ya iya lah, siapa yang mau berbagi kalo menyangkut hak milik." Tukas Raina, kembali fokus pada loker nya.

Bukan Aphrodite  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang