[ 18 ] Sesuatu.

229 49 5
                                    

Semenjak berjalan dari parkiran sekolah menuju kelas, tatapan orang-orang sepanjang koridor mengarah pada Raina. Perempuan ini sudah bisa menebak semua ini akan terjadi.

Ini bukan tentang kecantikan nya yang tidak luput dari pandangan orang-orang. Namun, Raina tahu alasan apa yang membuatnya seperti ini.

Arga adalah penyebab semuanya. Walaupun Raina berjalan tanpa menoleh ke arah manapun selain ubin, Raina tahu jika para siswi menatap nya dengan murka.

Raina menduduki kursi di mana sudah ada Shasha dan Abian yang duduk di belakang. Raina menyimpan tas berwarna lilac miliknya.

Abian menghampiri Raina dan duduk di meja perempuan itu. Lelaki itu heran mengapa sejak tadi Raina selalu menghembuskan nafas kasar.

"Lo sakit?"

Itu Shasha yang bertanya. Raina menggeleng lalu, menyandarkan kepala nya pada pundak Shasha.

"Rain." Panggil Shasha, Raina berdehem sebagai jawaban. "Lo pacaran sama Kak Arga?"

"Enggak."

"Terus kenapa kalian deket?"

"Gue pelet dia supaya nempel sama gue."

Raina merubah posisi duduk nya menjadi menghadap Shasha. Menatap teman nya itu dengan ragu-ragu. Entah ini pilihan yang tepat atau tidak. Namun, Raina tetap harus memberitahukan Shasha yang sebenarnya.

"Kalo ternyata yang deket sama gue itu Kak Zaidan, gimana?" Tanya Raina dengan hati-hati. Shasha pasti mengerti maksud nya. "Gue bener-bener minta maaf, gue tau gue salah. Gue juga gak tau semuanya bakal kayak gini. Gue bener-bener minta maaf."

Shasha hanya memandang lurus pada Raina yang sekarang memohon padanya. Shasha tidak menyukai ini. Apalagi semua orang sudah menatap heran.

"Laki-laki banyak kali, bukan cuman dia doang." Shasha menggenggam kedua tangan Raina yang berpangku pada pahanya. "Gue gak apa-apa, kok. Asal lo bahagia, gue juga juga ikut bahagia."

Raina mengerti perasaan Shasha sekarang bagaimana. Namun, kalaupun Raina memilih untuk menjauhi Zaidan itu tidak mungkin.

Jika memberitahu yang sebenarnya pada Shasha, Raina takut perempuan itu tidak bisa menjaga rahasia. Karena, bagi Raina semua hal yang bersangkutan dengan Zaidan patut di rahasiakan.

"Gue gak apa-apa, Raina. Lagian, sekarang gue juga lagi deket sama seseorang. Do'ain, ya." Shasha memberikan senyum manis nya pada Raina.

"Gue minta maaf."

"Sekali lagi lo minta maaf, gue beneran marah."

Abian yang sejak tadi menyimak menggelengkan kepala, perempuan memang repot sekali. Jika si lelaki memang menyukai temannya dibanding dirinya, mau bagaimana? Itu berarti teman nya lebih menarik di banding dirinya sendiri.

Sama seperti Shasha dan Raina. Jika ternyata yang di kejar-kejar Zaidan itu Raina, berarti memang perempuan itu yang lebih menarik ketimbang Shasha.

"Tapi janji sama gue, lo enggak akan jauh-jauh dari gue setelah ini." Pesan Shasha yang di angguki semangat oleh Raina.

***

"Lo ada masalah sama gue?"

Semenjak Raina menginjakkan kaki di kantin, bisikan dari meja sebelah sangat mengganggu telinganya. Mereka yang berada di meja itu tidak henti-henti nya menyuarakan umpatan pada Raina.

Mereka berbisik. Namun, seakan sadar Raina berada di sebelah, mereka malah mengeraskan suara membuat orang lain bahkan mendengarnya.

Dinda- pemimpin dari mereka yang sejak tadi membicarakan Raina itu berdiri dengan tegap. Menatap Raina remeh dengan tangan yang dilipatkan di dada.

Bukan Aphrodite  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang