[ 1 ] Dia, Dewi Aphrodite.

2K 139 51
                                    

Aphrodite adalah seorang dewi muda yang cantik, menarik, dan selalu berbusana elegan. Aphrodite juga dewi yang dikenal suka mengenakan perhiasan di tubuhnya.

Bulu matanya lentik dan senyumnya sangat tulus. Tubuhnya juga sangat menawan, seolah-olah menawan mata yang memandang.

Sebagai dewi yang cantik dan menawan, Aphrodite juga dikenal sebagai dewi yang membangkitkan gairah muda bagi para dewa lainnya dan manusia.

Seorang pujangga menggambarkan pada puisinya bahwa Aphrodite merupakan sosok yang lemah dan penakut.

Perwujudan kecantikan dari dewi aphrodite diturunkan pada seorang gadis yang saat ini masih menginjak umur enambelas tahun.

Ia sering kali di samakan dengan dewi kecantikan pada Mitologi Yunani itu.

"Kita emang belum pernah liat dewi Aphrodite secara langsung, tapi gue yakin banget, kalo Raina itu reinkarnasi nya."

Sepanjang koridor ricuh karena gadis cantik yang sering di panggil dewi Aphrodite itu berjalan dengan lembut menuju kelasnya yang berada di lantai dua.

"Sip. Bener tuh, bang. Dan katanya, salah satu produser perfilman pernah minta dia jadi pemeran utama karena cantik banget, cocok juga buat film nya." Timpal seorang lelaki yang sedaritadi mengikuti langkah kaki gadis itu.

"Gue denger juga, dia pernah mau jadi trainee agensi besar di Korea anjir. Tapi dia beralasan gak mau karena bakal jauh dari orang tuanya, dia juga merasa nggak percaya diri."

Raina Aphrodite Lauzziya, gadis remaja itu menutup kupingnya rapat-rapat, enggan untuk mendengar lebih percakapan antara dua lelaki dibelakangnya.

Hari ini Raina menggerai rambut sepinggang nya juga memolesi wajahnya dengan bedak bayi. Raina sudah amat cantik tanpa memakai riasan apapun di wajahnya.

Raina memejamkan mata sesaat dan berbelok memasuki kelasnya, kelas XI IPS 1. Raina segera duduk di kursi kebesarannya yang berada di dekat jendela barisan ketiga.

"Selamat pagi tuan putri." Sapa Abian yang duduk di belakang kursi perempuan itu.

Raina mendudukkan dirinya dan mengeluarkan buku novel didalam tas yang ingin perempuan itu baca tanpa menoleh kebelakang.

Raina menyimpan tas miliknya yang berwarna Lilac dibelakang punggungnya.

Abian menggoyang-goyangkan kursi yang sedang Raina duduki dengan kedua kakinya, membuat Raina mendengus kesal.

Raina membalikan tubuhnya, mengeluarkan buku tulis sejarah lalu menyerahkannya pada Abian. Raina menatap Abian sengit.

"Biasain berusaha dulu, kalo lo gak paham tanya google. Kerjaan jangan tidur mulu kalo gak mau dicap jelek." Tutur Raina, lelaki itu hanya cengengesan menganggap omongan Raina tidak penting baginya.

Abian mendekatkan buku tulis Raina, membuka halaman yang di carinya. Setelah ketemu, Abian segera menyalin pada buku tulis miliknya.

"Gue sibuk, Rain, makanya gak sempet ngerjain." Ucap Abian sesekali melirik Raina.

"Sibuk apa? Nge game? Cita-cita pengen banggain orang tua, tapi makin gede bukannya berusaha ini malah makin jadi beban keluarga." Tambah Raina dengan tenang.

"Sungutmu, neng."

Raina memutar bola matanya malas, sudah jadi kebiasaan Abian menyalin pekerjaan rumah miliknya. Dan Abian, bukannya makin sadar ketika Raina mengeluarkan sindiran, lelaki itu malah bersikap tidak peduli. Menganggap perkataan Raina itu angin lalu.

"Rain, Sejarah udah?" Tanya perempuan yang baru tiba dan langsung duduk di kursi sebelah Raina yang kosong. Tempat itu memang miliknya.

Raina menoleh kearah samping dan mengangguk sekali, "Udah, di Abian."

Bukan Aphrodite  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang