[ 13 ] Balas budi.

210 57 5
                                    

Raina yang tengah tertidur di tempat tidur terusik ketika gedoran pada pintu kamar semakin kencang. Raina baru saja merebahkan tubuhnya di kasur walaupun masih berbalut baju seragam.

Pintu kamar terbuka menampilkan Dias dengan wajah yang jengkel ketika menatap Raina yang sedang memejamkan matanya. Benar-benar pemalas!

"Lihat, seenggok beban keluarga ini sedang tiduran."

"Lu baru pulang sekolah Raina, ganti baju sana!" Suruh Dias. Lelaki itu berdiri di samping ranjang tempat Raina. Merasa adik sepupunya itu tidak terusik sama sekali, Dias menyentil kuping Raina dengan kencang.

"Sakit," Keluh Raina dengan tangan yang terus mengelus kuping. Rasanya, kuping perempuan ini panas dan sakit sekali.

Raina membuka matanya lalu, duduk untuk menatap Dias yang menatap nya tajam. Merasa takut dengan tatapan tajam dari Dias, buru-buru Raina menundukan kepala nya.

"Lo tuh gak mau kena marah tapi kerjaan gini terus, Rain. Kalo kena marah jangan mewek!"

"Rain cape, makanya tidur. Lagian ini pertama kali Rain kayak gini kali." Bantah Raina.

"Pertama maksud lo?" Sarkas Dias dengan kepala yang di majukan. "Liat Nenek lo noh, hampir jatoh gara-gara kesusahan ngambil obat. Gua kira gak ada siapa-siapa, ternyata lo malah enak tiduran di sini. Kalo ada apa-apa sama Nenek gimana, hah? Gua tanya gimana, Raina? Jawab!"

Raina menyesal tentu saja. Niat nya tadi, Raina hanya akan merebahkan badan nya sesaat sebelum menyiapkan makanan untuk keluarga nya. Namun, malah kebablasan sampai sekarang. Di mana waktu sudah menunjukkan pukul enam sore.

"Adek lo noh, pengen makan tapi gak ada apa-apa. Lo jadi Kakak gak guna banget sih, Rain?"

"Cape gua tiap hari ngomel mulu. Gue udah bilang, jangan macem-macem kalo gak mau di omelin, hidup lo beda sama temen-temen lo." Dias meninggalkan Raina yang masih membeku di tempat nya. Mata perempuan ini sudah berkaca-kaca.

Raina terlalu lelah di sekolah. Tanpa sarapan, tanpa makan siang, bahkan ketika pelajaran olahraga berlangsung Raina hanya minum satu botol air mineral. Dan sekarang, perut nya terasa perih.

Ini memang bukan kali pertama Raina menahan lapar. Namun, tetap saja perutnya merasa sakit di tambah perempuan ini mengidap mag.

Raina menyeka air matanya dengan kasar, berjalan gontai menuju lemari pakaian lalu, mengambil baju tidur miliknya. Mandi terlebih dahulu mungkin dapat membuat dirinya sedikit tenang.

***

"Ada yang nyariin, siapa?" Rizki yang baru pulang dari Masjid berpapasan dengan Raina yang baru turun dari tangga.

"Maksud lo?"

"Bego. Ada yang nyariin lo, gue gatau siapa." Jelas Rizki sambil membuka peci berwarna hitam nya.

Raina yang kesal menoyor kepala Rizki hingga lelaki itu menunduk sembilan puluh derajat. Merasa tidak terima atas perlakuan Kakak nya, Rizki mendorong bahu Raina cukup keras.

Bahu Raina menabrak tembok cukup keras. Perempuan itu mendumel lalu, berlari mengejar Rizki yang sudah menjauh dan hilang di balik pintu kamar lelaki itu.

"RIZKI! SINI LU! ADEK KURANG AJAR!" Teriak Raina sambil menggedor pintu kamar Rizki.

Nek Laras yang kamar nya sebelahan dengan Rizki— keluar kamar dengan tangan yang menyusuri tembok.

"Jangan berantem terus, udah malem. Malu sama tetangga." Kata Nek Laras, beliau menatap Raina dengan wajah pucat nya.

Raina segera menghampiri Nenek nya itu, membantu Nek Laras berjalan untuk kembali ke kamar beliau.

Bukan Aphrodite  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang