"Kakak suka genre thriller?" Raina menatap buku novel yang sedang dibaca oleh Zaidan. Mereka berdiri berdampingan di dalam gedung.
Zaidan mengangguk, "Iya." Setelahnya lelaki ini menyimpan kembali buku novel yang semula dia genggam.
Zaidan mengitari pandangannya pada sekitar buku yang berjejeran di rak. Tatapan Zaidan berhenti pada buku novel berjudul 'psychopath logic' dengan Cliven Zia sebagai penulis.
Raina jelas tahu buku itu. Cerita yang diadaptasi dari aplikasi wattpad dengan pembaca lebih dari tiga juta kali.
Pikiran Raina jadi menjurus pada yang tidak-tidak.
"Kenapa Kakak baca itu?"
Zaidan menatap sekilas Raina dengan senyuman. Zaidan tahu apa yang ada dipikiran perempuannya itu. Orang dengan mental yang sedang tidak baik-baik saja apa pantas membaca cerita seperti ini?
"Gue masih punya akal. Tapi ketika gue baca cerita kayak gini, gue berasa ngelampiasin semuanya."
"Ngelampiasin maksudnya?" Dirasa pertanyaannya melanggar privasi, Raina meringis karena mulutnya tidak bisa terkontrol. "Sorry," Ucapnya.
"Gak apa-apa." Jawab Zaidan. "Lo sendiri kenapa suka baca genre thriller?"
"Suka aja."
Zaidan mengangguk-anggukan kepalanya. Padahal, lelaki ini sudah tahu apa jawaban Raina. Setiap hari mengikuti perempuan itu mana mungkin dia tidak tahu.
"Lo pulang di anter Arga, ya?"
Raina menyimpan buku yang berada di tangannya lalu, membenarkan tas punggungnya yang sedikit melorot.
"Soalnya kalo naik mobil gue, Pak Supri bakal banyak tanya nanti." Lanjut lelaki itu dan berjalan mendahului Raina untuk membayar buku.
"Pak Supri?" Ulang Raina, perempuan ini mengikuti Zaidan dari samping.
"Supir gue."
Raina menganggukkan kepalanya. Ada rasa aneh ketika Zaidan lancar berbincang dengan dirinya. Padahal, dari kemarin yang lelaki itu tunjukkan hanya rasa gugup, malu, bahkan enggan untuk menatap sekali saja.
Raina mencoba untuk mengesampingkan perasaan itu. Mungkin saja, sekarang Zaidan sudah terbiasa berada di dekat Raina. Tapi, apakah secepat itu?
Entah dirinya yang terlalu banyak persepsi atau memang terlanjur peka terhadap situasi. Yang jelas, Raina tidak suka ketika dirinya dihadapan di situasi seperti ini.
***
Arga menepikan motor nya ketika dirasa Handphone miliknya bergetar di balik saku celana jeans berwarna biru dongker.
Raina yang berada di boncengannya memperhatikan setiap gerak-gerik Arga.
Lelaki itu membuka kaca helmnya, membalikan wajah hingga bertubruk pandang dengan Raina. Perempuan yang masih mengenakan seragam sekolah ini sontak memundurkan wajahnya.
"Kita mampir ke Apotik dulu, ya." Ucap Arga, Raina mengerutkan keningnya.
"Kenapa gak anterin gue dulu?" Tanya Raina. Raina ingin cepat pulang ke rumah. Menyelesaikan tugas sekolah, mengontrol keadaan adik-adiknya lalu, bersiap untuk kerja.
"Ke Apotik lebih penting," Raina berdecak mendengar jawaban lelaki itu.
Arga menegakan kembali tubuhnya, menghidupkan motor lalu, menjalankannya ke apotik yang biasa lelaki itu kunjungi.
Arga menepikan motor karena sudah sampai di tempat tujuan nya. Seakan lupa membawa orang di belakangnya, Arga menstandar kan motornya begitu saja dan turun. Membuat Raina setengah berteriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Aphrodite ✔️
FanfictionKata siapa orang cantik selalu jadi prioritas? Kata siapa orang cantik selalu dapat keberuntungan? Kata siapa orang cantik selalu banyak teman? Apa salah mempunyai wajah cantik dan kepintaran? Orang-orang selalu menyamakan nya dengan dewi cinta d...