[ 34 ] Lea.

143 40 0
                                    

Jika hari biasanya Raina akan membiarkan rambutnya terurai indah, berbeda dengan hari ini. Perempuan itu mengikat rambutnya di belakang membuat dirinya terlihat lebih fresh.

Hanya tersisa anak-anak rambut yang susah di ikat.

Semua pandangan terpanah pada perempuan ini yang sejak tadi berjalan di sepanjang koridor sekolah dengan santai. Namun, tidak dengan batin nya yang terus menggerutu tidak suka.

Raina memang orang yang tidak pernah mengikat rambutnya di halaman sekolah. Baik sejak awal masuk ke sini hingga sekarang. Raina sangat identik dengan rambut panjang yang tidak di hiasi apapun.

Bahkan, saat-saat pelajaran yang mampu membuat tubuh berkeringat, Raina tidak terganggu sama sekali.

"Aduh, Dewi nya SMA Adiguna baru kali ini rambutnya di iket. Kesambet apa, nih?" Abian merangkul bahu Raina tanpa permisi.

Abian menatap punggung Raina, mulutnya membentuk huruf 'O' dengan anggukan pada kepalanya ketika melihat rambut Raina sudah sangat panjang.

"Gak mau di potong aja atau mau kayak tante Prindapan?"

Raina menyikut perut Abian membuat lelaki itu melepaskan rangkulan sesaat. Lalu, kembali merangkul bahu Raina dengan kekehan.

"Gue juga mau potong, sih. Tapi takut." Ucap Raina mengingat perkataan tante Laila pagi tadi.

Beliau bilang, Raina tidak boleh memotong rambut. Katanya, sayang jika di potong.

"Lah, takut kenapa?" Tanya Abian dengan kening berkerut. Baru kali ini dia mendengar orang takut karena potong rambut. Raina hanya menggeleng sebagai jawaban.

Tiba di kelas, semua atensi menatapnya dengan bingung. Sama seperti orang-orang yang sudah Raina temui.

Raina membuang nafas dengan pelan dan langsung menuju kursi nya yang berada di belakang. Mengapa mereka berlebihan sekali? Apa salah dirinya mengikat rambut?

"Lo makin cakep kalo di iket gitu, Rain." Celetuk Arya, teman kelas perempuan itu yang duduk di pojok kiri ruangan.

"Makasih." Hanya satu kata yang Raina ucapkan sambil menduduki kursi dan tanpa menatap lawan bicara. Padahal, hati nya senang dan mengucapkan syukur beberapa kali.

Tidak ada sahutan lagi dari Arya. Lelaki itu menelan saliva nya kasar karena, hanya ucapan 'Makasih' mampu membuat jantungnya memompa dengan ritme sangat cepat. Arya, bawa perasaan.

Kelas di landa keramaian, semua atensi kembali pada kegiatan mereka yang sempat tertunda.

"LEA!" Panggil Shasha pada perempuan berpipi agak gemuk yang baru memasuki kelas.

"Berisik, anjing!" Tegurnya ketika tiba di hadapan Shasha dan Raina. Perempuan itu langsung duduk di hadapan Raina dan Shasha sambil menatap heran.

Sama dengan Raina yang mengerutkan kening, perempuan ini merasa tidak asing dengan nama Lea dan wajah yang sekarang berada di hadapan nya.

Setelah mengetahui siapa yang berada di depan nya, Lea menghambur ke pelukan Raina dengan heboh. Mampu membuat semua yang ada di sana terkejut sekaligus bingung.

"INI RAINA YANG SERING COMOT BALA-BALA DI KANTIN, KAN?"

"RAINA YANG PERNAH DI KEJAR ANJING SAMPE NYUKSRUK DI GOT, KAN?"

"YANG PERNAH PIPIS DI CELANA WAKTU SD?"

"RAINA YANG TENGIL NYA MINTA AMPUN? INI RAINA APHRODITE LAUZZIYA BUKAN SIH?!?!"

Lea mengguncang-guncangkan tubuh Raina membuat Abian dan Shasha meringis.

"Lo, siapa?"

Lea yang sempat membungkuk untuk memeluk Raina itu sekarang sudah sepenuhnya berdiri sambil mendecih dan mendorong bahu kanan Raina.

Bukan Aphrodite  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang