[ 54 ] Dongeng.

125 28 5
                                    

"Juna itu brengsek, untung ada Sisil yang selalu bisa hibur gue dan bantu gue buat bisa lupain Juna." Dinda tersenyum di sela kegiatan nya mengukir kayu. "Sisil selalu bantu gue, dengerin curhatan gue. Bantu gue biar gak stuck di cowok yang liar sana-sini." Lanjutnya.

Raina tidak peduli dengan kisah asmara yang telah Dinda lalui. Perempuan ini mengambil ancang-ancang untuk berdiri. Namun, kaki yang terkena pukulan keras itu tidak dapat menahan nya, membuat Raina kembali terduduk.

"Sampai gue dapet kabar kalo Sisil pacaran sama Abian." Senyuman yang sempat terukir itu kini lenyap. "Abian baik sama Sisil, dia selalu beliin apapun yang Sisil pengen." Dinda beralih menatap Raina, membuat perempuan itu tersentak.

"Menurut lo, yang nembak duluan siapa?" Tanya Dinda.

Raina meremas celana yang di pakai nya, perempuan itu tidak pernah tahu apa-apa mengenai hubungan Sisil dan Abian. Karena, semasa dirinya dan Abian bertukar cerita, lelaki itu tidak pernah membawa masalah percintaan nya.

"A-abian?" Jawaban itu terdengar seperti pertanyaan.

Dinda menggeleng tegas, menatap Raina dengan dahi mengerut.

"Ternyata Sisil yang nyatain perasaan duluan ke Abian." Kata Dinda. "Abian perlakuin Sisil layak nya ratu."

Dinda mendekatkan kursi goyang yang dirinya duduki pada Raina.

"Hubungan mereka baik-baik aja, dan gue rasa perasaan Sisil gak sepihak. Sampe ... lo datang di kehidupan Abian dan bikin semua nya jadi berubah. Abian posisiin diri lo di urutan pertama, Rain." Dinda menatap Raina dengan alis terangkat satu. "Apa lo gak sadar?"

"Sisil ngerasa punya kehidupan setelah ada Abian. Tapi semenjak lo datang, Abian perlahan-lahan jauhin Sisil. Sisil sampe depresi, Rain." Dinda memelankan suaranya di ujung kalimat. "Menurut lo, siapa yang salah di antara hubungan mereka? Sisil, Abian, atau lo?"

Raina tidak menjawab. Perempuan ini sudah yakin jika dirinya yang akan di salahkan. Sekeras apapun membantah, Dinda tetap menatap dirinya orang yang sudah menghancurkan hidup Sisil dan merebut Abian dari perempuan itu.

Dinda tertawa dan menundukkan pandangan nya. Perempuan itu menatap ukiran yang baru saja dirinya buat. Nama Sisil dan ukiran bunga Lili yang tidak terlalu jelas terpampang di sana. Perempuan ini mengusap air mata nya yang turun begitu saja.

"Gue gak tau siapa yang salah di sini." Kalimat itu terdengar menyedihkan, rasanya kebencian yang tumbuh membuat dirinya sendiri hancur.

Dinda kembali menatap Raina dengan sumringah. "Mau dengerin dongeng? Sisil, Abian, Raina, Nesa sama Dinda yang jadi peran utama." Tidak ada jawaban dari Raina. Dinda mengangguk, menganggap diam nya Raina adalah jawaban.

Dinda menengadah sambil bersandar, matanya menerawang. "Sisil itu sering di buli karena di anggap anak buangan, sampe tahun 2013, Dinda sama Nesa kenal dia. Sisil selalu mentingin orang lain di banding dirinya sendiri, tanpa peduliin hidupnya semenderita apa. Selama Dinda ke siksa karena Strict Parents, dia yang hibur Dinda. Mereka selalu cerita banyak hal, gak ada yang di sembunyiin."

Dinda tersenyum kecut, menatap Raina lurus. "Sampe akhirnya Dinda jadian sama Juna, semua nya gak semulus yang cewek itu harapin. Juna yang Dinda kira baik, dia ternyata bejad kayak teman-teman nya termasuk Arga sama Abian."

Raina mengerutkan kening, terkejut dengan fakta yang baru saja dirinya dengar. Jika Juna, Arga, dan Abian berteman, mengapa tidak pernah terlihat bersama? Bahkan, Raina merasa mereka seperti orang asing yang tidak saling mengenal.

"Dinda cerita ke Sisil, satu-satu nya orang yang paham sama situasi dia saat itu. Sebelum Dinda tau kalo Abian satu tongkrongan sama Arga, Dinda yakin kalo dia cowok baik-baik. Dan Dinda dengan bodohnya percaya sama kepalsuan dia. Tepat saat itu juga, Raina satu kelas sama Abian dan bikin Sisil ngerasain apa yang Dinda rasain." Dinda menjeda ucapan nya.

Bukan Aphrodite  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang