Berbagai persepsi yang berkecamuk di dalam pikirannya, perempuan ini tujukan pada Abian.
Di mulai tidak menjawab ketika di telepon dan hilang kabar selama beberapa hari ini. Entah, Raina tidak tahu apakah lelaki itu sibuk atau memang benar-benar tidak ingin berbincang dengannya.
Perempuan yang tengah duduk menghadap layar televisi di dalam kamar nya yang menampilkan adegan kekerasan itu menyimpulkan, Abian adalah orang yang sudah terlibat dalam masalahnya beberapa waktu ini.
"I carry a knife and you are under it, drowning in blood." Raina tersenyum bangga karena, baru saja mengeluarkan kalimat yang menurutnya sangat bagus.
Benar kata Anes dan Sisil. Dirinya terlalu bodoh dalam masalah pertemanan. Kebaikan seseorang ternyata tidak selamanya tulus.
Orang terdekat yang di maksud Anes adalah Abian Maheswara. Teman dekatnya selama beberapa tahun ini.
Namun, jika benar lelaki yang sekarang sudah berada di negeri lain itu penyebab dari semuanya, Raina sama sekali tidak mengerti arah jalan pikiran Abian.
Jika Sisil dan Abian mempunyai masalah pribadi, mengapa dirinya juga harus terlibat? Raina tidak punya masalah pada Sisil, Abian dan siapapun yang sudah terjerat sejauh ini.
Hidupnya di kelilingi orang-orang munafik.
"It's a lie, they're all the same as the antagonists in a thriller."
Raina terkekeh geli sambil mematikan televisi. "Ternyata gue pinter juga ngomong bahasa Inggris."
Perkataan Anes tentang surat dari Abian, masih belum terpecahkan.
Melirik Handphone yang sejak tadi bunyi, Raina segera meraih benda yang berada di sampingnya itu.
Panggilan masuk dari Zaidan, membuat Raina teringat perkataan dari tante Yuna. Malam ini adalah acara tunangan Putri.
"Kenapa?" Ucap Raina sambil menempelkan benda pipih itu pada telinganya.
"Acara nya udah selesai. Ada salam dari Kak Putri."
"Iya, wa'alaikumsalam. Sorry gue gak dateng."
"Gak apa-apa."
Hening setelah Zaidan menjawab ucapan Raina.
Perempuan ini berbaring dan menarik selimut hingga menutupi sebagian tubuhnya.
"Udah tengah malem, kenapa gak tidur?"
"Mau, kok. Gue tutup, ya. Ngantuk." Jawab Raina di rasa matanya sudah memberat.
Raina selalu tidak bisa menahan kantuk, matanya sudah menutup sekarang. Namun, kesadarannya belum sepenuhnya hilang.
"Sleep well, Ziya." Setelah mengatakan itu, lelaki di seberang sana menutup sambungan panggilan.
Air matanya menetes, menyisakan rasa sesak yang sejak tadi menggerogoti hatinya.
***
"Jadi, udah ketebak siapa yang nyebarin video itu. Apa tujuan Abian sebenarnya buat deketin lo dan jebak lo kayak gini?" Shasha menatap Raina dengan sorot mata tajamnya, berbeda dengan Lea yang sama sekali tidak percaya setelah banyak cerita yang Raina ceritakan.
Di mulai dari hubungan Abian dan Sisil, kejadian di kantin ketika Sisil dan kedua sahabat nya membuat Raina malu, juga video Anes dan Dinda yang tersebar dan menunjuk Raina sebagai pelaku nya.
Jujur saja, Lea sudah lama mengenal Abian. Namun, untuk setiap masalah dan hubungan percintaan lelaki itu, terlalu abu-abu di mata Lea juga teman-teman satu tongkrongan nya yang lain.
"Sebentar deh, gue masih gak paham sama semuanya. Gue juga gak percaya deh Abian sekejam itu." Kata Lea, mengamati kelas nya yang selalu sepi ketika jam istirahat.
Shasha menatap Lea dengan malas, "Bukan nya Kak Anes bilang pelakunya orang terdekat Raina? Yang deket sama Sisil itu ya Abian. Gue gak tau selama pacaran Sisil sama Abian ada masalah apa enggak. Tapi, bisa jadi Abian punya dendam sama mereka bertiga, terus nyebar video itu. Dan Kak Dinda sama Kak Anes salahin Raina karena, sebelum video di sebar Raina sempet di maki, bisa jadi video itu sebagai alat—"
"Lo ngomong apa, sih, Sha? Berbelit ah, gua gak paham." Potong Lea sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Raina menarik nafas panjang, menatap ke dua temannya yang duduk di hadapannya.
"Abian gak terima sama kejadian di kantin waktu itu dan dia sebarin video Anes sama Dinda, buat balesin perlakuan mereka ke gue." Jelas Raina. "Itu terlalu gak masuk akal."
Lea dengan kepintaran yang pas-pasan, susah payah mencerna ucapan Raina.
"Ya Tuhan, gimana maksud lo, Rain?" Ucap Lea dengan gemas.
"Lo jangan kemakan ucapan Kak Anes yang bilang kalo penyebar video itu gak terima, Rain. Kalo Abian emang gak suka lo di gituin, kenapa gak langsung labrak balik aja? Kenapa harus juga bahayain lo, yang di incer-incer Kak Anes sama Kak Dinda. Masalah video itu bukan hal sepele, itu masalah besar. Apalagi gue denger Kak Dinda sampe di pindahin ke luar negeri. Bisa jadi dia depresi, kan?" Shasha menjeda ucapannya.
"Dan, waktu lo nuduh gue sama Abian, bahkan Abian ngebantah tapi gak meyakinkan juga. Apa iya harus sok misterius bust lindungin lo? Emang apa manfaat nya buat dia? Sekarang waktu Sisil udah meninggal, mendadak aja dia pergi ke Jepang. Apa lo gak curiga juga kalo Abian bersangkutan sama kematian Sisil?"
"Gue denger, Sisil lagi ngandung waktu itu. Bisa jadi dia bunuh diri karena malu kalo dia lagi ngandung? Mungkin itu anak Abian dan Abian gak mau tanggung jawab. Dan lo bilang setelah kemarin Anes liat surat dari Abian, Anes histeris. Jujur, gue juga gak ngerti maksud dari surat itu. Dan setelah gue pikirin, mungkin emang bener Abian penyebab kematian Sisil sama kesebarnya video itu. Abian pergi ke Jepang buat bebas dari masalah ini."
"CUKUP, KEPALA GUA PANAS, NGEBUL!" Teriak Lea sambil memegang kepala nya yang pening mendengar ucapan Shasha.
"Gue pinter, ya. So, semuanya udah tuntas sekarang. Lo lupain Abian itu siapa, lo lupain masalah video, lo lupain kejadian yang udah terjadi."
Apa yang Shasha pikirkan sama dengan perempuan yang sekarang sudah menunduk. Raina merasa dada nya semakin sesak.
"Sejauh gue kenal Abian, dia gak pernah cerita apapun. Bahkan kedekatan lo sama dia, Rain." Terang Lea. "Abian psikopat bukan, sih?"
"Tapi, Sha. Gue kurang setuju sama ucapan lo tadi. Abian gak mendadak pergi ke Jepang, dari dulu tuh cowok emang ada niatan ke Jepang buat nemenin kakak nya di sana." Lanjut Lea.
"It means that Abian had already made a plan from the beginning, atau bisa jadi dia jadiin kakak nya sebagai alasan buat melarikan diri?"
Lea mengedikkan bahu, merasa tidak peduli juga.
"Yaudah lah, beban hidup lo berkurang, Rain. Jadi, semua ini cuma salah sangka aja. Mungkin juga kakak tingkat lo itu tau kalo Abian pelakunya, makanya dia histeris waktu tau Abian pergi ke Jepang." Pukas Lea.
Lea tidak merasakan apa-apa, mau Abian bagaimana pun dirinya tidak peduli.
Berbeda dengan Raina. Dirinya pikir, Raina mengetahui banyak hal mengenai Abian. Nyatanya, tidak. Abian masih orang asing yang sayangnya selalu menunjukkan sikap simpati pada dirinya.
∆∆∆
Keknya bentar lagi tamat, horeee
___________________________________________
Kayaknya aku bakal jarang update sekarang. Soalnya lagi sakit, do'a in aku cepat sembuh ya kawan-kawan. Aamiin.
Kalian juga harus jaga kesehatan!
stay healthy and stay at home, yyaaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Aphrodite ✔️
FanfictionKata siapa orang cantik selalu jadi prioritas? Kata siapa orang cantik selalu dapat keberuntungan? Kata siapa orang cantik selalu banyak teman? Apa salah mempunyai wajah cantik dan kepintaran? Orang-orang selalu menyamakan nya dengan dewi cinta d...