[ 21 ] Lingkaran yang sama.

186 54 3
                                    

Tidak sesuai dengan perkataan Raina beberapa jam yang lalu. Buktinya, ketika Arga menjemput Raina, seberapa keras perempuan itu menolak, Arga tidak menerima bantahan.

Jadi, mau tidak mau Raina harus ikut Arga ke rumah sakit dengan introgasi cukup menakutkan dari tante Laila.

Raina tidak menyangka jika disini bukan hanya ada teman-teman Zaidan yang sudah perempuan ini ketahui siapa saja. Namun, ada beberapa anggota keluarga Zaidan termasuk satu orang yang Raina kenal berada di sini.

Kang Herman-om Zaidan sekaligus orang yang Raina ketahui pemilik cafe tempat Raina bekerja itu tersenyum simpul.

"Kaget, ya?" Tanya beliau dengan tangan yang merangkul seorang wanita cantik yang Raina yakini istri beliau.

Raina mengangguk dengan seutas senyum kaku yang perempuan ini tunjukkan.

Haikal sempat bercerita bahwa kang Herman memang om Zaidan, juga perempuan cantik yang sedang duduk gelisah di kursi tunggu itu Kakak perempuan Zaidan.

Raina pikir, Zaidan tidak mempunyai keluarga lain selain kakek dan ibu nya.

Ingatan Raina langsung tertuju pada perkataan Arga beberapa minggu silam, dimana lelaki itu mengatakan jika Raina satu-satunya harapan keluarga Zaidan.

Entah ini hanya sebuah kebetulan atau sudah di rencanakan. Namun, jika benar semua ini bukan kebetulan, Raina tidak tahu lagi harus bereaksi seperti apa.

"Nanti kang Herman tambahin uang bonus, asal Raina diem dulu di sini sampe operasi Zaidan selesai." Kata kang Herman. Raina tidak dapat mengatakan apapun selain tersenyum.

Operasi Zaidan sedang berlangsung sejak tadi. Dari sumber yang sama, Haikal mengatakan jika Zaidan menjalani operasi usus buntu.

Juna yang sejak tadi bersandar pada tembok dengan Handphone yang menjadi fokus utama itu berjalan mendekat dengan tergesa.

"Saya ada urusan mendadak, maaf tidak bisa menemani sampai operasi selesai. Saya pamit, om, tante, Kak Putri." Ucap Juna dan mencium punggung tangan kang Herman dan istrinya.

Lalu, Juna beralih menuju Arga dan Haikal untuk saling bersalaman tanda perpisahan.

"Sini duduk, Rain." Ajak istri kang Herman dan duduk di salah satu kursi tunggu.

Raina mengikuti dan duduk di samping beliau. Tante Yuna-istri kang Herman itu tersenyum dan menggenggam tangan Raina.

Putri Kenanga Starla, Kakak perempuan Zaidan dengan paras cantik yang semula duduk agak jauh kini mendekat dengan tersenyum manis.

Putri duduk di sebelah tante Yuna.

"Kalo liat langsung gini lebih cantik ternyata."

"Kak Putri lebih cantik."

Jujur, Raina merasa canggung dengan situasi seperti ini. Namun, sebisa mungkin perempuan ini bersikap santai walaupun kaki nya sudah gemetar duluan.

"Maaf udah banyak ngerepotin kamu. Kami: tante, mas Herman dan Putri sama-sama berharap banyak sama kamu, Rain. Mungkin semuanya masih terlalu abu-abu buat mu, tapi, tante gak tau lagi harus gimana biar Zaidan cepet sembuh dari trauma nya."

Selepas mengatakan itu tante Yuna menyeka air matanya, benar-benar tidak sanggup selalu melihat dan mendengar Zaidan kesulitan setiap harinya.

Rasa trauma mendalam akibat kejadian beberapa tahun silam dan kepergian mendadak dari ayah nya membuat Zaidan benar-benar depresi berat. Sehingga, lelaki itu masih menjalani terapi hingga saat ini.

Bahkan, bukan hanya psikis yang membuat khawatir. Namun, baru saja Zaidan di ketahui mengidap usus bantu dan langsung menjalankan operasi hari ini.

Bukan Aphrodite  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang