[ 5 ] Zaidan itu memang penguntit!

359 66 11
                                    

Hujan turun dengan deras hari ini, terpaksa kelas yang sudah di jadwalkan olahraga di lapangan harus berdiam di kelas. Jam pelajaran olahraga di kosongkan, termasuk kelas XI IPS 1.

Padahal semua murid sudah berganti pakaian, bersiap menuju lapangan sesaat sebelum hujan turun. Mereka mendesah kecewa, tidak bisa melihat kelas XII IPA 2, alias kelas Zaidan yang jadwal nya sama dengan kelas XI IPS 1.

"Ujan pagi hari itu enak nya rebahan sambil nonton spongeboob, makan bubur Kang Iman terus teh manis." Celetuk Abian yang membaringkan tubuhnya di meja Raina yang menyatu dengan meja Shasha. Abian menggunakan tas Raina sebagai sanggahan pada kepalanya.

Raina mengangguk, teringat masa kecil nya yang selalu seperti itu. Berdiam di depan televisi sambil diselimuti selimut yang tebal dan disuguhkan cemilan oleh mama.

Shasha menyenderkan kepalanya pada meja dan menghadap ke arah Raina juga Abian yang sedang memiringkan kepalanya menatap Shasha.

"Napa lu?" Tanya Abian dan memilih untuk duduk, tidak enak rasanya seperti ini. Karena, kakinya panjang dan pastinya menghalangi jalan.

"Gue gak bisa liat kak Zaidan dong," Lirih Shasha masih dengan posisinya.

"Hilih, apa lebih nya sih si Zaidan Zaidan itu?" Tanya Abian. Heran saja gitu, kenapa banyak sekali perempuan yang menyukai nya.

Shasha dengan cepat membenarkan posisi duduknya menjadi tegap, memandang Abian dengan berbinar.

"Kak Zaidan itu soft, boyfriend-able, masalah ganteng sama tajir beuh jangan ditanya lagi, penyabar, sayang keluarga, pinter juga dia. Ya intinya dia orang sempurna nggak kayak lo."

"Maksud lo apa?" Sewot Abian tidak terima. Apa-apan Shasha ini? Jadi dia membandingkan dirinya dengan Zaidan? Jelas beda, kali. Abian itu nomor satu, tidak terkalahkan.

"Soft? Gue soft kalo ke emak, boyfriend-able? Gue boyfriend-able aslinya, penyabar? Gue penyabar Sha kalo lagi nggak marah-marah, gue juga sayang keluarga kali, sampe keluarga kucing jalanan deket rumah gue sayangi sepenuh hati jiwa dan  raga, tajir? Halah paling dia masih pake duit ortu." Jelas Abian dengan menggebu-gebu.

Shasha berdecih, memilih untuk mengabaikan ocehan Abian yang menurutnya tidak penting. Shasha lebih baik membayangkan betapa tampannya Kak Zaidan ketimbang harus mendengarkan Abian.

"Nih ya, gue baru kali ini liat cowok selembut dia, INTINYA GUE SUKA BANGET SAMA DIA RAINA." Kata Shasha yang diakhiri teriakan dan menatap Raina dengan penuh keyakinan.

Raina mengangguk dengan kaku, dirinya merasa tidak enak dengan Shasha. Walaupun Raina masih belum paham dengan tingkah Arga dan Zaidan, tapi tetap saja jika semuanya ini salah.

Jika benar Zaidan itu mengejar dirinya lalu bagaimana dengan Shasha?

Raina memang tidak peduli dengan orang lain, namun dalam artian tingkah dan perkataan yang menurutnya tidak penting. Tapi untuk masalah perasaan, Raina masih punya hati untuk peduli.

"Lo suka banget sama Kak Zaidan?" Tanya Raina, bertanya dengan hati-hati.

Shasha mengangguk dengan antusias, membenarkan ucapan Raina yang memang benar seperti itu faktanya.

"Gue bener-bener suka sama dia, Rain." Shasha menjeda ucapannya, perempuan ini nampak berpikir, "Atau rasa suka gue udah jadi obsesi ya?" Lanjutnya.

"Sadar lo monyet!" Sarkas Abian sambil mengetuk kepala Shasha pelan menggunakan botol minum milik Raina.

Raina meringis mendengarnya, dia benar-benar tidak sanggup untuk membayangkan apa yang akan terjadi kedepannya. 

"PUNTEN."

Bukan Aphrodite  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang