Raina memilih untuk membawa Arga ke sebuah taman yang tidak jauh dari rumah Raina. Karena jika Raina membawa Arga ke rumahnya, pasti dirinya banyak di tanya ini itu oleh keluarga.
Keduanya duduk di bangku taman, hanya ada kesunyian yang menyelimuti. Raina sudah kesal dari tadi.
"Tudep aja, Kak." Ucap Raina melirik Arga yang berada di sebelahnya.
Arga menarik nafas dalam-dalam dan menatap Raina. Arga tidak tahu harus memulai nya dari mana dahulu. Dan yang paling Arga takuti adalah, Raina akan semakin menjauh dari Zaidan.
"Waktu lo masih kelas sepuluh, Zaidan udah sering merhatiin lo. Waktu itu gue nggak tau, Zaidan bahkan gak ngomong apa-apa soal dia yang tertarik sama lo." Kata dia. "Dua minggu yang lalu, dia ungkapin semua nya sama gue, Juna, terus Haikal. Jujur, gue seneng banget waktu tau dia lagi suka sama seseorang. Tapi waktu gue tau orang yang dia suka kayak lo, gue jadi prihatin sama dia." Lanjutnya.
Arga menyenderkan punggungnya pada sandaran kursi, menatap langit sore hari. Memutar ingatannya ketika bagaimana antusias dan hebohnya Zaidan ketika menceritakan Raina pada dirinya.
"Maksud lo, Kak?" Tanya Raina, menaikan satu alisnya ketika mendengar kalimat terakhir yang di ucapkan Arga. Raina tersinggung.
Arga menatap Raina dengan santai lalu, kembali mendongak menatap langit.
"Lo gak nanya kenapa Zaidan bisa suka sama lo?" Tanya Arga. Tidak ada jawaban dari Raina. Arga anggap Raina penasaran dengan itu.
"Zaidan pernah hampir kecelakaan, dan untungnya ada lo. Mental Zaidan bener-bener down waktu itu, dan lo yang selametin dia."
Raina memang ingat dirinya pernah menyelamatkan nyawa seseorang yang hampir di tabrak mobil kala itu. Namun Raina tidak menyangka bahwa laki-laki itu ternyata Zaidan.
Flashback on
Raina yang baru saja pulang dari supermarket dengan mengendarai motor di buat terkejut ketika menatap seorang lelaki yang berdiam diri tengah jalanan.
Raina kira lelaki itu begal, namun nyatanya tidak. Raina berjalan melalui nya begitu saja. Tidak ada reaksi apapun dari lelaki itu.
Laki-laki itu, Zaidan. Berdiam menatap kosong ke depan, seolah menanti mobil ataupun motor yang ingin menabraknya.
Raina bergidik ngeri, kala itu dia berpikir bahwa mungkin saja lelaki yang sedang berdiam di tengah jalanan itu bukan manusia.
Namun belum jauh dari sana, motor perempuan ini tiba-tiba berhenti. Raina mengecek kembali motornya, Raina menepuk jidatnya dengan sedikit keras, dia lupa mengisi bensin tadi. Padahal, niat awal Raina itu mengisi bensin sepulang dari supermarket.
Raina meminggirkan motornya, menatap Zaidan dari kaca spion nya. Lelaki itu belum bergeming, seakan tidak ada jiwa.
Raina menatap pada sepatu Zaidan, kaki lelaki itu menapak pada aspal. Raina mengerutkan alisnya, jika bukan hantu terus apa? Orang gila?
Baru saja Raina bernafas lega, tetapi pikiran nya secara tidak sengaja berkata bahwa lelaki itu orang gila. Raina jadi takut dibuatnya, terlebih lagi jalanan ini sepi.
Suara klakson mobil yang cukup kencang membuat dirinya membalikkan badan dengan sempurna. Mobil itu akan menabrak Zaidan.
Raina benar-benar takut sekarang. Jarak mobil yang sedang melaju kencang itu masih terlalu jauh dari Zaidan. Raina yakin, rem mobil itu tidak berfungsi makanya supir sudah mengklaksoni Zaidan walaupun masih jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Aphrodite ✔️
FanfictionKata siapa orang cantik selalu jadi prioritas? Kata siapa orang cantik selalu dapat keberuntungan? Kata siapa orang cantik selalu banyak teman? Apa salah mempunyai wajah cantik dan kepintaran? Orang-orang selalu menyamakan nya dengan dewi cinta d...