[ 26 ] Kak Zai bakal inget janji Ziya.

173 42 10
                                    

Raina Aphrodite Lauzziya, bocah yang baru menduduki bangku kelas dua SD itu menelisik setiap sudut kelas dengan mata berbinar. Atensi nya menatap seorang anak perempuan yang tengah menangis di pojokan.

Bocah kecil itu memanyunkan bibir dengan kening berkerut. Heran karena teman sekelas nya itu menangis sejak orang tua nya keluar kelas.

Dengan rasa penasaran yang tinggi, Raina menghampiri anak perempuan itu dan duduk di sampingnya. Raina menatap baju bocah di sampingnya dengan ngeri.

"Baju putih kamu jadi ada corak warna ijo nya," Celetuk Raina kecil dengan telunjuknya yang mengarah pada kerah baju anak perempuan di sampingnya.

Tidak menjawab, malahan, bocah itu semakin menangis membuat mereka menjadi pusat perhatian teman sekelas nya yang lain.

Raina menatap teman sekelas nya itu dan berdiri, "Bukan Rain yang bikin dia nangis, sumpah deh, Rain ndak tau apa-apa. Waktu Rain ke sini ingus dia udah ke mana-mana."

Memilih untuk mengabaikan, teman sekelasnya itu memilih melanjutkan aktifitasnya masing-masing.

Raina kembali duduk dan memukul bahu teman sebaya di sampingnya itu. "Kamu sih, Rain jadi di sangka kriminal, nih." Dumel bocah dengan kunciran dua di setiap pinggir kepala itu.

Raina menatap name tag yang bertengger di baju bocah yang saat ini sudah tidak menangis seheboh tadi. Di rasa sudah membaca, Raina mengangguk dan mengulurkan tangan kanannya.

"Aku Raina, kamu boleh panggil aku si cantik kalau mau. Hehe." Salam Raina. "Asal jangan si cantik jembatan ancol aja udah seneng Raina." Tambahnya.

Karena tidak kunjung menjabat tangan nya, Raina jadi kesal dan menarik paksa tangan kanan anak perempuan itu untuk bersaliman dengan nya.

"Leak jangan sedih lagi ya, udah jelek nanti tambah jelek lagi."

"Lea, bukan Leak!" Sanggah bocah di hadapan Raina dengan pandangan tajam namun, justru terlihat sangat menggemaskan.

"Ndak ada yang salah, ah. Lea itu nanggung banget, kalau Leak udah pas. Lagian kamu tau ndak wujud Leak? Gemesin tau!"

Lea Aswari Naresha, anak berumur tujuh tahun itu menatap Raina dengan kebingungan. Tidak tahu apa itu Leak dan bagaimana wujudnya.

"Emangna Leak itu apa?"

Raina memainkan ujung sepatu dengan bola mata yang mendadak menatap atap dan telunjuknya yang terus mengetuk dagu.

"Raina juga ndak tau, tapi kata Aa Dias, Leak itu gemesin kayak Raina. Karena kamu juga gemesin, yaudah Raina panggil Leak juga."

Lea mengangguk paham mendengar ucapan Raina.

"Kamu ndak ada temen sebangku?" Tanya Raina ketika menatap bangku yang sedang dirinya duduki tidak ada tas milik siapapun.

"Katana Lea berisik, nangis terus, makana temen sebangku Lea pindah." Lea menunduk sesaat, namun tersentak ketika Raina memegang bahunya dengan tanpa perasaan.

"Ndak apa-apa, Raina duduk di samping kamu mulai sekarang. Tapi jangan berisik ya, kalau berisik nanti Raina aduin ke wali kelas karena kamu cengeng."

Raina mengambil tas nya yang semula duduk di depan bersama seorang lelaki. Lalu, menyimpan nya di belakang punggung dan kembali duduk.

"Mulai sekarang kita temenan, jangan nangis lagi, ya."

***

Raina duduk di pinggir jalan sambil menunggu jamputan. Namun, pandangannya menangkap seorang anak laki-laki sebayanya sedang berjongkok di depan gerbang sekolah.

Bukan Aphrodite  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang