[ 19 ] Drama.

205 53 38
                                    

"Punya lo sempit, punya gue gak masuk, Rain."

"Yaudah jangan di masukin."

Abian mengerutkan kening, Raina orang yang benar-benar tidak mau banyak bicara. Masalah map milik lelaki itu yang terlalu besar sehingga tidak masuk ke dalam tas milik Raina, membuat Abian uring-uringan.

Saat ini keduanya baru selesai fotocopy tugas kelompok.

Raina dan Abian sama-sama berdiri di depan tempat fotocopy karena menunggu Shasha yang masih mengobrol dengan guru yang kebetulan berada di sana.

Abian kembali merapatkan tas Raina dan berdiri di samping perempuan itu.

"Ribet ai kamu, teh." Kata Abian, menyampirkan map plastik berwarna merah itu lalu, menengok ke belakang di mana Shasha dan guru perempuan itu masih asik mengobrol.

"Caper banget, asli. Gak suka gua."

Raina mengikuti arah pandang Abian, terkekeh geli karena yang lelaki itu ucapkan satu pemikiran dengan dirinya. Shasha memang akrab dengan orang-orang yang berada di kawasan sekolah.

Entah karena perempuan itu yang terlalu humble atau memang sekedar mencari perhatian. Namun, yang jelas, murid seperti Raina dan Abian pasti akan menyangka jika Shasha hanya ingin di akui saja.

"Padahal dia gak pinter, kerjaan nyalin punya orang, tapi ngapa dia selalu ranking?"

Raina beralih menatap Abian, "Karena dia aktif. Guru-guru lebih seneng sama murid yang selalu nanya ini-itu, itu bikin dia dapet point khusus dari guru. Sering-sering ngebabu juga harus."

"Kalo nanya ini-itu bukan nya malah kelihatan begonya?"

Raina menggelengkan kepala dan menatap kendaraan yang berlalu-lalang di hadapan nya. "Gue duluan aja, deh, ya. Kasian orang rumah."

Raina mengeluarkan kunci motornya di dalam tas, setelah melihat anggukan dari Abian perempuan itu segera menyebrang jalan di mana letak sekolah memang bersebrangan dengan fotocopy -an.

Raina berjalan masuk, menyapa penjaga sekolah sesaat lalu, berjalan menuju parkiran sekolah yang letaknya di samping ujung.

Terlihat sudah sepi, karena, jam pelajaran sudah selesai sejak dua jam yang lalu. Di tambah, tidak ada kegiatan lain di hari ini.

Raina menaiki motornya, menjalan kan mesin lalu, ke luar dari barisan parkiran. Segera memakai helm. Namun, pergerakan perempuan itu melambat kala melihat seseorang yang berpakaian compang-camping.

Raina menelan ludah nya kasar, takut-takut jika ternyata seseorang yang berjalan mendekat ke arah nya itu bukan manusia. Di tambah mata perempuan itu yang rabun ketika melihat sesuatu dari jauh.

Namun, seseorang itu semakin dekat hingga Raina dapat menatapnya dengan jelas. Sisil berjalan dengan gontai dengan tas yang perempuan itu seret.

"G- gue minta maaf atas kelakuan temen gue di kantin tadi."

Raina tidak menjawab, hanya menatap Sisil dengan tidak berekspresi. Sisil yang di tatap seperti itu langsung bersujud di hadapan Raina.

"Gue minta maaf, tolong maafin gue. Gue bener-bener nyesel udah lakuin semua ini sama lo. Tolong maafin gue." Mohon Sisil dengan isakan yang tidak henti keluar dari mulutnya.

Raina merasa heran dengan tingkah perempuan di hadapan nya saat ini. Sisil yang sudah seperti orang gila, wajah kusut, dan sekarang terus meracau meminta maaf pada Raina.

"Lo gak salah apapun." Ucap Raina membuat Sisil mendongakkan kepala nya.

"Enggak, semua ini salah gue. Kalo aja temen-temen gue gak tau semua tentang gue mungkin semua ini gak akan terjadi."

Bukan Aphrodite  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang