[ 37 ] Dia bunuh diri.

169 49 0
                                    

Hari ini langit mendung dengan hujan yang belum juga turun. Seorang gadis dengan setelan seragam SMA itu menghela nafas dan bersandar pada tembok pos yang letaknya berada tepat di pinggir gerbang sekolah.

Melipat tangan di dada dengan mata yang melirik ke sana-sini. Banyak murid-murid berlalu lalang karena, kelas yang seharusnya masih berlangsung malah diberhentikan mendadak.

Semua kelas di pulangkan mulai dari kelas sepuluh hingga duabelas di waktu istirahat pertama ini. Alasannya, semua guru rapat mengenai penyambutan lomba-lomba antar kabupaten. Sekolah Raina menjadi tuan rumah tahun sekarang.

Raina lupa lomba apa saja yang diadakan.

"Maaf, Kak. Boleh minta tolong?"

Raina kembali menegakan tubuh dan menatap seseorang yang bertanya seperti itu padanya. Netra perempuan itu menangkap satu buah kardus besar tepat di samping orang yang sama sekali tidak Raina kenal.

"Aku keberatan bawanya, aku boleh minta tolong kakak buat bantu bawa ini, gak? Sebelumnya maaf kalo aku lancang, aku gak tau lagi harus minta bantuan ke siapa," Ujarnya lagi.

"Mau di bawa ke mana emangnya?" Tanya Raina yang kini sudah berjalan mendekat ke arah kardus yang tergeletak di lantai.

"Ke UKS, Kak. Agak jauh, ya. Gak apa-apa, kan?"

Menangkap name tag dengan nama Kalista Putri, Raina mengangguk. "Sans, Kali."

Tanpa mengatakan apapun lagi, keduanya mengangkat satu buah kardus besar di kedua tangan nya. Mereka mengangkat di ke dua ujung kardus. Membawa nya ke ruangan yang sudah di tentukan.

Raina kira hanya kardusnya saja yang terlihat besar, namun, isinya juga berat. Perempuan ini jadi heran, sebelum meminta bantuan pada dirinya, apa adik kelasnya itu membawa barang ini sendirian?

Melihat Raina kesusahan membuat Kalista meringis, merasa tidak enak hati juga karena sudah meminta bantuan pada kakak tingkatnya itu.

"Berat, ya, Kak? Maaf Lista jadi ngerepotin."

"Gak apa-apa."

Lagipula, Raina yang hari ini bergaya seperti kemarin itu merasa sedikit senang. Sebelum Kalista datang, perempuan ini asik bertanya pada diri sendiri perihal ke salon atau tidak ketika di pos tadi.

Seharusnya Raina juga sudah pulang jika memotong rambutnya di batalkan. Namun, motornya yang sejak kemarin di pinjam Dias belum juga di kembalikan membuat perempuan ini pulang pergi menggunakan angkutan umum sejak kemarin.

Setidaknya, Kalista menyelamatkan Raina dari kebingungan.

"Kakak kenapa gak pulang?" Tanya Kalista sambil menatap Raina. Sejak tadi, Raina tidak senyum sama sekali membuat Kalista sedikit takut. "Maaf ya, Kak, kalo Lista kayak sok kenal sok dekat sama kakak."

Raina tersenyum dengan gelengan, "Gue masih betah di sini." Jawab Raina. "Gak usah canggung sama gue, santai aja." Lanjutnya.

Kalista mengangguk dengan senyuman lebar.

Bisa berbincang dengan orang yang selalu didambakan semua teman laki-lakinya membuat Kalista bangga sendiri. Setelah ini, Kalista akan pamer pada teman-teman nya itu.

Semua siswa mengenal Raina. Bahkan, tukang cilok yang selalu berdiam di depan gerbang sekolah saja mengetahui gadis cantik itu.

Tiba di ruang UKS, Raina hanya membantu Kalista sampai ambang pintu karena, teman perempuan itu antusias membantu Kalista membawakan kardus sampai ke dalam.

Tanpa menunggu apapun lagi, Raina pergi dari sana karena sejak tadi menjadi pusat perhatian. Sebenarnya, sejak dirinya melamun di dekat pos saja banyak yang memperhatikan.

Bukan Aphrodite  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang