⚠️ Warning, part ini mengarah pada 16+. Jika tidak ingin membaca, boleh di skip. ⚠️
______________________________________
"Selamat ulang tahun."
Raina mengerutkan kening selepas membuka pintu rumahnya. Di hadapannya, kini sudah berdiri seorang Bram dengan pakaian kasual.
Perempuan ini menatap layar Handphone nya sesaat. Raina hampir lupa jika hari ini adalah hari bersejarah. Dimana dirinya sudah menginjak umur tujuh belas tahun sekarang.
"Lo gak nyuruh gue masuk?"
Raina yang masih berdiri di ambang pintu itu sepenuhnya keluar lalu, menutup pintu.
Perempuan yang mengikat rambutnya itu membuat Bram tertawa pelan. Berniat untuk memegang rambut Raina namun, segera di tepis.
Bram dengan cepat merubah ekspresi nya menjadi datar ketika mendapatkan penolakan dari Raina.
"Makasih. Tapi, rumah gue lagi gak menerima tamu." Ucap Raina, memilih mengabaikan tatapan dalam dari Bram.
Bram tidak menggubris perkataan Raina yang mengarah pada sindiran. Lelaki itu menatap mata Raina yang tampak berbeda.
"Abis nangis?"
Raina membuang muka, "Bukan urusan lo."
"Nangisin Abian?"
Mendengar nama Abian di sebut, Raina menatap Bram yang lebih tinggi darinya itu.
"Lo kenal Abian?"
Bram mengangguk sambil memasukan kedua tangannya pada saku jaket.
"Lo tau gue nangisin dia?"
Lagi, Bram mengangguk santai. "Gue bahkan tau semua yang lagi terjadi sama lo."
Raina menatap Bram dengan tangan yang meremas rok selutut nya yang berwarna biru.
"Gue enggak bohong. Zaidan, Arga, Abian. Tentang mereka gue udah tau. Kecuali, kehidupan lo yang selalu lo tutupin." Lanjut Bram.
Raina mengeraskan rahang, "Lo tau dari mana?"
Bram tidak menjawab, lelaki itu berjalan mendekat pada Raina.
"Seberapa banyak musuh lo, Rain?"
Raina mengerutkan kening, tidak paham dengan pertanyaan Bram.
"Maksud lo?"
"Lo gak sadar dari tadi kita di awasin?"
Hendak menatap sekitar yang menurutnya tampak sepi, namun, Bram lebih dulu menarik tubuh Raina dalam pelukannya. Lelaki itu menaruh dagunya pada bahu Raina.
Merasa terkejut dengan perlakuan Bram, Raina di buat heran dengan sosok tinggi yang berdiam di dekat pagar. Namun, ketika tatapan mereka bertemu, orang itu pergi begitu saja.
Raina jelas mengenali sosok berhoodie hitam dengan masker yang menutupi wajahnya. Perawakannya seperti Anes.
Untuk apa perempuan itu kembali datang ke rumahnya?
Seakan tersadar dari lamunannya, Raina mendorong tubuh Bram untuk menjauh. Namun, bukannya menjauh, Bram malah menyandarkan kepala Raina pada dada bidangnya dan mempererat pelukan mereka.
"Bram!" Tegur Raina. Seakan tuli, Bram mengelus kepala Raina.
"Jangan terlalu percaya sama siapapun ataupun keluarga lo sendiri." Kata lelaki itu dengan suara yang rendah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Aphrodite ✔️
FanfictionKata siapa orang cantik selalu jadi prioritas? Kata siapa orang cantik selalu dapat keberuntungan? Kata siapa orang cantik selalu banyak teman? Apa salah mempunyai wajah cantik dan kepintaran? Orang-orang selalu menyamakan nya dengan dewi cinta d...