MGIM-27

931 40 6
                                    

Dengan perasaan senang yang menyelimuti hatinya, Kesya melangkahkan kakinya ke dapur saat mengetahui Nita berada di sana.

"Assalamu 'alaikum."

"Wa 'alaikumussalam. Eh Ke__ Astagfirullah ini kenapa muka kamu luka-luka gini? Habis berantem ya?" Tanya Nita dengan nada khawatir.

"Hehe iya Tan. Tadi ada preman di jalan lagi malakin ibu-ibu, karena Kesya kasihan akhirnya Kesya tolongin deh ibunya." Bohong Kesya karena tak ingin membuat Nita bertambah khawatir padanya atau bahkan merasa tidak tenang jika bersamanya karena Kesya dikelilingi orang-orang jahat.

"Ya ampunn sini-sini Tante obatin." Ucap Nita lalu mendorong kursi rodanya menuju kamarnya yang terdapat kotak P3K yang ia bawa dari rumahnya.

Dengan telaten Nita mengobati luka Kesya dan sangat berhati-hati agar Kesya tak merasakan sakit. Kesya hanya diam mendapat perlakuan seperti ini. Padahal lukanya sudah diobati di rumah sakit tadi, tapi ia juga ingin merasakan kelembutan seorang ibu.

"Nggak sakit?" Nita bertanya karena sedari tadi Kesya tidak menunjukkan ekspresi kesakitan sama sekali. Yang ditanyai hanya menggeleng sebagai jawaban. Luka seperti ini sudah menjadi hal biasa baginya, jadi ya jika diobati seperti ini, meski sakit tapi ekspresi tetap bisa dikendalikan.

"Tante, boleh Kesya panggil Tante Bunda?" Tanyanya ketika Nita sudah selesai mengobatinya.

Nita cukup terkejut mendengarnya, tapi ia senang jika Kesya mau menganggapnya sebagai Ibu.

"Apa kamu gak malu kalo punya Ibu yang cacat kayak gini?" Tanya Nita ragu. Lagi, Kesya menggeleng kuat sebagai jawaban.

"Ngapain Kesya malu? Yang Kesya butuhin itu kasih sayang seorang Ibu, bukan sempurnanya fisik seorang Ibu. Dan Tante pasti bisa sembuh, Kesya janji bakal mempercepat pengobatan Tante sama suami Tante. Terus kita bisa kumpul deh." Ucapnya begitu antusias membuat Nita terenyuh dibuatnya.

Mengapa Kesya rela membiayai pengobatannya dan suaminya? Sebegitu inginkah Kesya menjadikannya sebagai keluarga?

"Tante kok malah ngelamun? Kesya gak boleh ya panggil Tante itu Bunda?"

"Boleh dong, sini." Nita merentangkan tangannya tanda agar Kesya memeluknya.

Kesya pun menghambur ke pelukan Nita dan menangis. Sungguh ia rindu dekapan seperti ini, ia kembali teringat kenangan bersama Bundanya dulu.

"Secepatnya Kesya akan balas dendam Yah, Bun." Batinnya.

"Aduhh kok malah nangis, kenapa hm?" Nita mengurai pelukan untuk melihat wajah Kesya.

"Ke-Kesya kangen B-bunda sama Ayah Bun. Kesya masih gak rela mereka pergi hiks, Kesya gak bisa ditinggalin kayak gini Bun."

"Udah-udah ikhlasin mereka ya? Kasihan mereka kalo kamu belum bisa ngelepas mereka seutuhnya. Ada Bunda di sini yang akan selalu ada buat Kesya." Perkataan Nita membuat perasaan Kesya tenang. Dan ia kembali memeluk Nita, menyalurkan perasaan yang ia rasakan saat ini.

"Makasih Bunda udah mau jadi Bundanya Kesya. Kesya sayang Bunda."

"Bunda juga sayang."

~~

"Hi girls." Sapa Crisilla yang baru memasuki area kantin.

"Dari mana lo?!" Sarkas Clara kesal. Bagaimana tidak, mereka berdua dihukum membersihkan toilet karena tidak mengerjakan PR yang diberi. Tapi, Crisilla malah meninggalkan Clara sendirian. Terpaksalah Clara membersihkan seluruh toilet sendiri. Lain halnya dengan Adrissa yang paling rajin dan pintar di antara mereka bertiga, jadi ia tak terkena hukuman apapun.

My Girlfriend Is Mafia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang