MGIM-39

608 30 1
                                    

HAPPY READDING GAES!

Anggota Death Bloods sudah berusaha untuk menghadang mobil Kesya, tapi mereka masih kalah dengan skill balap Kesya.

Mereka yang melihat mobil Kesya melaju sangat cepat dibuat ketar-ketir karenanya. Mereka takut Kesya akan kenapa-napa, Kesya bisa saja hilang kendali jika ia tiba-tiba merasakan sakit pada anggota tubuhnya. Bisa bahaya!

Saat mobil Nathan mampu mengiringi mobil Kesya, Nathan membuka kacanya dan memukul-mukul kaca mobil Kesya. Kesya yang merasa risih pun akhirnya membuka kacanya.

"KESYA! LO PELANIN GAK MOBIL LO! BAHAYA SYA! KONDISI LO MASIH BELUM PULIH! PELANIN GAK?!" Terpaksa Nathan harus mengeluarkan urat saat berbicara dengan Kesya.

"GAK!" Tolaknya mentah-mentah, lalu menambah lagi kecepatan mobilnya dan meninggalkan mobil Nathan dan yang lainnya di belakang.

"Sial!" Kesal Nathan.

Aksi kejar-kejaran masih berlangsung. Dan tanpa disadari, mereka sudah sampai di mansion Kesya. Kesya memarkirkan mobilnya sembarangan dan langsung masuk ke dalam mansion.

Tapi, Kesya keluar dengan bajunya yang terdapat noda darah. Darah? Dari mana? Oke, Nathan menyadarinya. Jahitan luka tusuk di perut Kesya pasti terbuka.

Ini yang ia takutkan, bagaimana kalau Rean melihat keadaan Kesya seperti itu? Padahal Rean sudah mengingatkan agar mereka semua menjaga Kesya. Tapi apa buktinya? Mereka sudah lalai dalam menjalankan tugasnya untuk melindungi pemimpin mereka.

Dengan tatapan kosong, Kesya berjalan ke dalam mansion dan seluruh anggota menunduk hormat padanya. Tanpa memperdulikan darah yang terus mengucur dari perutnya, pikirannya hanya tertuju pada mansionnya yang kini ramai oleh orang-orang berpakaian hitam.

Setelah tiba di dalam mansionnya, air matanya langsung meluruh tanpa persetujuannya. Dilihatnya mayat yang sudah terbujur kaku itu, itu orang yang akan menjadi Ayahnya. Kenapa jadi seperti ini? Belum sempat ia merasakan lagi rasa kasih sayang seorang Ayah, belum sempat merasakan kembali hangatnya keluarga, belum sempat seluruh keinginannya terwujud tapi Yang Maha Kuasa telah memanggilnya untuk kembali ke sisi-Nya.

Rara yang melihat kedatangan Kesya lansung memeluknya erat dan menangis.

"Hiks Kak, Ayah udah pergii hiks."

"Kamu yang tabah yaa, masih ada Kakak sama Bunda di sini. Allah manggil Ayah duluan karena Allah lebih sayang sama Ayah, ikhlasin Ayah ya Ra?" Kesya mencoba memberi pengertian pada Rara.

Rara hanya mengangguk pelan menanggapi ucapan Kesya. Rasanya begitu menyesakkan dada saat cinta pertamanya pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya.

"Kesya, perut kamu kenapa Nak?" Tanya Nita pada Kesya yang baru saja selesai mengucap doa di depan Almarhum.

"Ini cuma luka kecil kok Bun, Kesya gak apa-apa." Walau kata Kesya itu luka kecil, Nita tampak tak yakin dengan perkataan Kesya.

"Sayang, Bunda mohon, jangan tutupi apapun masalahmu dari Bunda."

Perkataan Nita membuatnya terdiam. Apakah ini saatnya ia membuka identitasnya yang sebenarnya pada Nita? Tapi apakah Nita masih mau menerimanya? Atau Nita akan menjauh darinya? Ia tak sanggup jika harus merasakan kehilangan untuk kesekian kalinya.

"Nanti habis pemakaman Ayah, Kesya  bakal ceritain semuanya ke Bunda." Semoga saja pikiran buruknya tidak terjadi.

"Maaf Queen, apakah Almarhum sudah bisa dikebumikan? Tak baik jika terlalu lama ditunggu." Ucap seorang lelaki yang sedari tadi memang mengurus ini semua.

My Girlfriend Is Mafia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang