MGIM-52

702 33 3
                                    

HAPPY READDING!



Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, akhirnya mereka semua sampai di markas Death Bloods. Mereka yang terluka sudah berada di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif. Mereka yang tewas pun sudah berada di rumah sakit untuk dibersihkan terlebih dahulu, baru dimakamkan.

Dan bagi mereka yang hanya mendapat luka kecil atau bahkan tidak terluka, pergi ke markas untuk membersihkan diri dan mengganti pakainnya.

"Bawa dia ke ruang eksekusi." Titah Kesya pada anggota Death Bloods untuk membawa Clara yang tidak sadarkan diri ke ruang penjemputan ajalnya itu.

"Bundaaa!" Panggil Rara ceria. Ia pun langsung memeluk Nita menyalurkan rasa rindunya.

"Bunda kangen sama Rara, Rara gak nyusahin Bang Samuel kan?"

"Nggak kok Bund, malahan Rara seneng banget bisa diajak main sama Bang Samuel." Kemudian Rara dengan antusiasnya menceritakan apa saja kegiatan yang ia lakukan bersama Samuel.

Samuel yang baru pertama kali mengajak anak kecil bermain, awalnya sedikit kikuk dan tak tahu harus apa. Tapi, untung saja Rara adalah anak yang ceria dan humble. Hal ini membuat Samuel lebih gampang beradaptasi dengan Rara.

Bahkan ia merasa seperti sudah jadi seorang bapack-bapack.

"Sam, thanks ya lo udah jagain Rara."

"Iya Queen, gue seneng bisa jagain Rara. Dia anaknya juga asik, kapan-kapan boleh kan gue ajak dia main lagi?" Ujar Samuel dengan raut wajah gembira.

Kesya merasakan perubahan Samuel, karena ia tidak pernah melihat Samuel sebahagia jni.

"Boleh. Lo seneng banget keknya?"

"Rasanya lebih seneng dari pada dapet organ korban yang gue bunuh." Oke, candaannya terlalu hmm gimana gitu ya.

Kesya tertawa, ia senang jika bisa membuat orang bahagia.

"Lo gak apa-apa kan?"

"I'm fine, lo lupa gue siapa?" Kekehnya menyombongkan diri membuat Samuel mendengus.

"Yang Ratu mah beda." Tawanya kemudian.

Drrtt..

Drrtt..

"Kenapa Cy?"

"Aldo kritis Sya."

Deg!

Oh astaga! Baru saja ia merasa senang, ada saja yang membuatnya jatuh.

"Gue ke sana."

Tutt..

"Kenapa Sya?"

"Aldo kritis, gue harus pergi ke sana. Gue titip Bunda sama Rara ya, kalo mereka mau nyusulin gue, tolong anterin aja."

Samuel paham kemudian mengangguk.

Sebelum pergi, Kesya mengabari Leona untuk datang ke rumah sakit menemani Lion yang kondisinya juga lumayan parah.

~♥~

"Gimana dia?" Tanya Kesya dengan raut paniknya namun sikapnya masih berusaha untuk tenang.

"Masih ditangani Dokter Sya." Balas Lucy.

Kesya mengela napas berat, mengapa harus Aldo yang terkena peluru itu? Kenapa bukan dirinya? Bagaimana jika Aldo tidak baik-baik saja? Apakah Aldo bisa melewati masa kritisnya?

Tidak bisa Kesya membayangkan jika Aldo memilih untuk pergi selama-lamanya.

Ia pun mendudukkan dirinya di kursi tunggu yang sudah tersedia di sana. Entah kenapa sekarang kepalanya terasa pusing, matanya memanas. Ia menangis, namun dengan segera ia menghapus air mata itu.

My Girlfriend Is Mafia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang