HEYYO AVA KAVAR KALIAN?
OGHEY KITA LANJUT YE
•
•
•
TYPO BERTEBARAN YA GUYS"Katakan siapa yang menyuruhmu memata-matai anak Steffan! Jawab!" Bentak Rean sambil menjambak rambut pria yang ditangkap oleh Nathan saat itu.
Dengan tangan terikat di belakang, pria itu menjawab dengan napas yang tersengal-sengal.
"Saya tidak akan pernah memberitahu siapa yang menyuruh saya." Keukeuh laki-laki itu walau sudah babak belur.
Rean menyunggingkan senyumnya dan mengeluarkan pisau lipat yang ada di sakunya lalu melukis namanya di wajah laki-laki tersebut.
"Aarrrggghhh." Teriak laki-laki itu kesakitan.
"Diam! Saya tidak menyuruh kamu untuk bicara ataupun berteriak! Saya akan izinkan kamu berbicara jika kamu memberitahu siapa yang menyuruhmu, paham!" Bentak Rean sekali lagi.
"Sesakit apapun luka yang anda berikan pada saya, saya tetap tidak akan memberitahu."
Rean yang sudah kesal dengan pria itu, langsung memotong bibir laki-laki itu.
"Arrghh." Teriaknya lagi.
Dengan penuh amarah, Rean mengambil samurai lalu menusuk dada dan perut pria itu berkali-kali sampai sudah tak berbentuk lagi, barulah Rean memenggal kepalanya. Keluarlah cairan merah pekat dari tubuh pria tersebut.
Setelah puas dengan mainannya, Rean keluar dari ruang eksekusi dan mengganti pakaiannya yang sudah terkena cipratan darah.
"Bos." Panggil Nathan yang baru datang bersama Kesya.
"Hm." Balasnya dengan gumaman.
"Om baik-baik aja kan? Kok banyak darah gini? Ih bau om." Cerocos Kesya sambil menutup hidungnya. Rean menanggapinya dengan senyuman lalu memberi kode ke Nathan agar dia yang menjelaskan. Nathan pun mengangguk paham.
"Nanti gue jelasin, sekarang kita ke tempat latihan dulu." Jelas Nathan.
"Ok."
Kemudian, Kesya dan Nathan berjalan menuju halaman belakang markas. Saat melewati ruang eksekusi, pintu ruangan itu sedikit terbuka dan menampakkan tubuh tanpa kepala juga tubuh yang sudah tak menyerupai manusia lagi.
"Nathan!!" Teriak Kesya menutup wajahnya. Nathan sangat kaget dengan teriakan Kesya yang cukup memekakkan telinga.
"Kenapaa?" Tanya Nathan khawatir saat Kesya mulai menangis. Pria itu mengingatkannya atas kejadian tahun lalu.
"Hey lo kenapa? Ada setan? Atau kepala lo sakit lagi? Iya?" Kesya menggeleng kuat lalu menunjuk ke arah ruang eksekusi. Bukannya kaget, tapi Nathan malah tersenyum melihat pria itu lalu tertawa terbahak-bahak.
Kesya yang kesal mendengar tawa Nathan langsung mencubit pinggang Nathan dan membuatnya meringis kesakitan.
"Sakit Sya kebiasaan banget deh nyubit pinggang." Omel Nathan.
"Kalo Nathan gak ngeselin gak mungkin Kesya cubit." Ucap Kesya sambil menghapus air matanya kasar.
"Gue kan cuma ketawa Sya, ngeselin dari mana coba."
"Nathan ketawa di saat yang gak tepat tahu. Orang lagi nangis gini malah ketawa."
"Ututu thayang cup cup cup iya maap deh." Kesya yang melihat gaya bicara Nathan yang sok cute, langsung memasang tampang julidnya.
"Kok Nathan lebih ngeselin ya dari Aldo." Wajah Nathan berubah drastis setelah mendengar nama Aldo.
"Jangan sama-samain gue sama tuh anak." Setelah itu Nathan jalan meninggalkan Kesya di belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Girlfriend Is Mafia (END)
Teen FictionSEBELUM BACA... ALANGKAH BAIKNYA FOLLOW DULU YA PLAGIAT JAUH-JAUHH HUSS Seorang gadis lugu dan polos yang menjadi korban bullying di sekolahnya hingga keluarganya tewas dibunuh oleh orang yang sangat sangat ia kenal dan membuat rasa kebencian muncul...