MGIM-37

670 30 3
                                    

Suara tangis pilu yang keluar dari bibir orang-orang yang tengah bersedih membuat anggota Death Bloods yang ditugaskan Nathan tak kuasa menahan tangis.

Kejadian ini membuat mereka kembali teringat dengan pengalaman pahit di masa lalu. Mereka tahu seperti apa rasanya ditinggalkan orang tersayang, terlebih dengan orang yang masih satu darah.

Mereka memang laki-laki bahkan sudah dilatih sekeras mungkin, tapi rasa sesak di dada tetap tak bisa mereka tahan.

Lalu salah satu dari mereka menghampiri Nita yang tengah menahan tangis mencoba merelakan kepergian sang suami.

"Bu, kita tunggu Queen dulu apa langsung kita makamin aja Bu?" Tanyanya Riko sopan.

"Queen siapa?" Pertanyaan Nita membuat Riko gelagapan. Ia lupa kalau Nita belum tahu yang sebenarnya tentang Kesya.

"Maaf, maksud saya Kesya." Nita mengangguk paham.

"Kita tunggu Kesya saja." Riko pun mengangguk sembari tersenyum hangat lalu bangkit dari duduknya dan kembali ke tempatnya.

"Bundaaa, Kak Kesya kapan pulangnya? Rara mau peluk Kak Kesya." Rengek Rara yang menghapus air matanya.

"Sebentar lagi sayang, Rara sabar ya nunggunya?" Rara mengangguk lalu Nita mengecup lama puncak kepalanya.

Dalam hati ia berdoa agar dikuatkan hati dan mental anaknya. Ia berharap jika dewasa nanti, Rara bisa menjadi wanita yang tak kenal takut seperti Kakak angkatnya.

~♥~

"Halo sayang, gimana rencana kamu? Berhasil?" Tanya seorang pria yang sedang duduk di kursi kesayangannya.

"Belum ihh, masih ada aja yang belain dia. Kan kesel aku jadinya." Balas wanita di sebrang telepon.

"Hahaha.. menghancurkannya memang sulit sayang jadi kamu juga harus berhati-hati. Dia tak selemah yang kamu bayangkan, dia sudah berbeda dari dia yang dulu. Tetaplah bermain dengan cantik sampai dia benar-benar berada dalam genggamanmu dan siap kamu hancurkan. Mengerti?"

"Iya ngerti. Udah ya aku mau pergi dulu."

"Silahkan, selamat bersenang-senang sayang."

"See youu."

Tut..

"Mari kita mulai lagi permainannya." Ucapnya sambil menusuk foto seorang gadis dengan pisau.

~♥~

Suasana di pesawat yang membawa Kesya beserta inti Death Bloods begitu hening, sangat jauh berbeda pada saat mereka pergi ke Itali.

Kesya hanya diam termenung memikirkan semua yang terjadi di Indonesia, bagaimana keadaan Rara dan Bundanya di sana? Kuatkah mereka? Sudah dimakamkan atau belum jenazah Ayah angkatnya?

Nathan juga hanya diam tak henti merutuki dirinya yang bisa lepas kendali membentak dan memaki Kesya padahal kondisi Kesya sedang down. Firly, Alexa, dan Lucy sudah tertidur pulas akibat terlalu kelelahan.

Dengan keberanian, Nathan mencoba menghampiri Kesya yang duduk sendiri di depan kursi Firly.

"Sya.." Panggil Nathan lembut.

Kesya menoleh menatap Nathan dengan tatapan kosongnya.

"Gue boleh duduk di sebelah lo?" Kesya mengangguk sebagai jawaban.

Masih dengan rasa penasarannya, Kesya menunggu Nathan berbicara sambil mengalihkan pandangannya ke arah jendela pesawat.

"Sya.. gue.."

My Girlfriend Is Mafia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang