Hulaa gaes
Balik lagi sama cerita gue hehe
Ok cuss lanjut baca
•
•
•'Bagi Kesya, hujan itu sama seperti pengingat. Banyak kenangan yang terukir bersamanya. Bahkan walaupun bukan hujan yang mengukir kenangan itu, tetep aja kenangan itu bakal terlintas di benak kita dengan sendirinya.'-Kesya Laurencia.
Setelah mengganti pakaiannya, Kesya duduk di tepi kasur empuknya dengan membawa cemilan dan hot choccolatenya yang diletakkan di atas nakas samping kasurnya.
Pandangannya pun teralihkan keluar jendela yang menampakkan derasnya hujan yang membasahi jalanan.
Tanpa diminta, air matanya lolos begitu saja dan membuat anak sungai di pipinya. Ia kembali teringat akan kejadian pembantaian Ayah dan Bundanya.
"Yah, Bund Kesya kangen sama kalian. Kalian kangen gak sama Kesya? Biasanya nih Bund kalo dingin-dingin gini kita ngumpul di ruang tamu sambil nonton terus makan bakso bareng-bareng. Terus kita main game sama-sama, haha asik banget. Tapi sekarang? Sekarang apa? Cuma mimpi haha." Ucap Kesya bicara sembari menyenderkan kepalanya di kusen jendela.
"Semuanya berubah sejak Om Hassel ambil kalian dari Kesya. Ayah sama Bunda pasti dendam kan sama Om Hassel? Tenang Yah Bund, Kesya yang akan balas dendam kalian. Om Hassel harus nerima akibatnya." Lanjutnya.
"Akibat apa Sya?" Tanya Leona yang baru saja datang dan langsung memasuki kamar Kesya tanpsa mengetuk pintu.
Kesya langsung gelagapan saat menyadari keberadaan Leona. Apakah Leona mendengar semuanya tadi? Jangan sampai sahabatnya ini tahu apa yang akan dia lakukan.
"Ehm bu-bukan apa-apa kok hehe." Bantah Kesya gugup.
Leona yang melihat mata Kesya memerah, berjalan menghampirinya lalu memeluknya dengan tulus. Kesya juga membalas pelukan itu dan tangisnya pecah seketika.
"Nangis aja gak apa-apa kalo ini bisa bikin lo lega. Lo nangis bukan karena lo cengeng, lo nangis karena lo kuat. Lo bisa luapin emosi lo dengan air mata." Ujar Leona menyemangati.
Kesya pun melepas pelukannya lalu menggenggam tangan Leona.
"Makasih Na, Kesya ngerasa beruntuungg banget bisa punya sahabat kayak Leona. Leona paling bisa ngertiin gimana perasaan Kesya." Kata Kesya sambil menghapus bekas air mata yang ada di pipinya.
"Iya Sya sama-sama, lo itu cewek yang kuat oke." Kesya mengangguk paham.
"Oh iya Kesya boleh nanya gak sama Leona?"
"Ya boleh lah. Emang mau nanya apaan?"
"Kalo Kesya berubah, Leona masih mau sahabatan sama Kesya?" Tanya Kesya serius.
Leona yang mendapat pertanyaan seperti itu merasa heran mengapa Kesya menanyakan hal ini padanya.
"Kok lo nanya gitu sih? Lo mau berubah kayak apa?" Tanyanya mengernyitkan dahi.
"Ishh Kesya cuma butuh kata masih atau nggak."
"Hm. Iya gue masih mau lah sahabatan sama lo, ya kali gue ninggalin sahabat gue yang paling unyu inii." Ucap Leona sambil mencubit pipi Kesya gemas.
"Sekali lagi makasih Na." Balas Kesya tersenyum hangat.
"Iya Kesyaaa. Gue juga mau tanya sesuatu sama lo. Kenapa setiap hujan, lo jadi melow?"
"Bagi Kesya, hujan itu sama seperti pengingat. Banyak kenangan yang terukir bersamanya. Bahkan walaupun bukan hujan yang mengukir kenangan itu, tetep aja kenangan itu bakal terlintas di benak kita dengan sendirinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Girlfriend Is Mafia (END)
Teen FictionSEBELUM BACA... ALANGKAH BAIKNYA FOLLOW DULU YA PLAGIAT JAUH-JAUHH HUSS Seorang gadis lugu dan polos yang menjadi korban bullying di sekolahnya hingga keluarganya tewas dibunuh oleh orang yang sangat sangat ia kenal dan membuat rasa kebencian muncul...