Happy readding!
17 tahun kemudian...
"Maaf Pak, tapi anak Anda sudah melakukan tindak kekerasan pada siswa di kelasnya. Keluarga korban menuntut agar Zia dikeluarkan."
Kesya dan Aldo langsung menatap tajam anak sulungnya itu. Ini sudah kesekian kalinya mereka dipanggil ke sekolah karena kenakalan anak perempuannya ini.
"Dia aja yang terlalu lembek Bun, cowok kok lemah! Digebuk dikit langsung koma."
Aldo sontak membulatkan matanya tak habis pikir dengan jalan pikiran anaknya. Jiwa-jiwa psychonya nurun dari Kesya.
"Zia!" Tegur Aldo.
"Maaf." Cicitnya.
"Sekali lagi kami minta maaf atas perbuatan anak kami Bu, tolong beri Zia kesempatan sekali lagi untuk merubah perilakunya. Kami akan bantu seluruh biaya pengobatan korban, asalkan Zia masih bisa sekolah di sini." Pinta Aldo dengan nada pelan.
"Maaf Pak, kami pihak sekolah tidak bisa berbuat banyak. Bila keluarga dari korban menerima bantuan Bapak, kami tidak akan mengeluarkan Zia. Tapi kalau beliau bersikukuh untuk Zia dikeluarkan, dengan berat hati Zia akan dikeluarkan."
"Kalau gitu, bisa saya minta nomor telpon Ibu korban?" Bukan Aldo yang berbicara, tapi Kesya.
"Sebentar."
Kepala Sekolah itu menuliskan nomor tersebut di kertas dan memberikannya pada Kesya.
"Terima kasih, kami permisi." Ucap Kesya dan memberi isyarat pada Aldo untuk keluar dari ruang kepala sekolah ini, diikuti Zia dibelakangnya.
Jujur, Aldo marah dengan sikap anaknya yang seperti ini. Terlalu bar-bar menurutnya.
Mereka pun membawa Zia pulang ke rumah untuk memberikan pelajaran.
"Azia Vregant Pratama." Panggil Aldo dengan nada dingin.
Zia ini walaupun di luar nakal, tapi jika sudah berhadapan dengan kedua orang tuanta ia pasti takut dan langsung kicep.
Seperti sekarang, ia hanya bisa menundukkan kepalanya takut dengan detak jantung yang lebih kencang dari biasanya.
"Kamu bisa berubah atau nggak?"
"B-bisa Yah."
"Sekarang kamu pergi dari sini, terserah kamu mau tinggal dimana. Dan satu lagi.. jangan bawa apapun dari sini."
Zia membulatkan matanya, ancaman Aldo tak pernah main-main.
"Bun.." Cicitnya memanggil Kesya.
"Makannya jangan bandel."
"Ayahhh, Zia mohon Yah jangan usir Zia. Zia janji gak nakal lagi, janji gak berantem lagi." Pinta Zia dengan derai air mata.
"Pintu ada di sana."
Dengan berat hati Zia pergi meninggalkan rumah ini tanpa membawa kendaraan ataupun uang sepeser pun.
Mau gimana lagi, sekeras apapun ia membujuk Aldo, tak akan didengarkan.
~~
"Apa ini gak kelewatan sayang?" Tanya Kesya memasang raut khawatir.
"Nggak sayang, aku cuma nguji dia aja. Aku udah nyuruh bawahan aku buat pantau dia."
"Aku takut dia kenapa-napa."
"Kamu lupa Zia siapa? Dia anak dari mantan Queen Mafianya Death Bloods loh." Kekeh Aldo.
"Karena dia anak aku makannya aku khawatir. Musuh-musuh aku bisa aja nyelakain dia." Balas Kesya sedikit marah.
"Aku jamin dia pasti baik-baik aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Girlfriend Is Mafia (END)
Teen FictionSEBELUM BACA... ALANGKAH BAIKNYA FOLLOW DULU YA PLAGIAT JAUH-JAUHH HUSS Seorang gadis lugu dan polos yang menjadi korban bullying di sekolahnya hingga keluarganya tewas dibunuh oleh orang yang sangat sangat ia kenal dan membuat rasa kebencian muncul...